(55) I Need You Right Now

16 1 0
                                    

Huhuuuu
Updateeeeeee

Setiap orang memiliki kebahagiaan masing-masing, ntah dari kasih sayang, keluarga, teman, bisa juga harta. Tapi... Nggak semua manusia bahagia dengan harta yang melimpah. Banyak anak diluaran sana yang merindukan kasih sayang orang tua walaupun banyak harta, ada pula yang memiliki kasih sayang orang tuanya tapi ia menginginkan harta yang melimpah. Intinya kita sebagai manusia mesti bersyukur atas nikmat yang ada, kita bisa menganggap satu hal dengan sepele tapi di luaran sana banyak anak yang pengen hal sepele itu sebagai impian, So.... cukup merasa kamu yang paling tersakiti.

Bumi ini banyak penghuni dan bumi ini berputar. Semua bisa berubah seiringnya waktu.

Dan jangan pernah menyepelekan keinginan orang lain, mungkin buat kamu emang gak seberapa tapi buat dia mungkin itu luar biasa.

Ceramahnya ditutup

“Kamu itu seperti mimpi yang indah, mambuat bahagia, namun susah untuk di jadikan nyata.”
-Laureen.

“ jika bersama mu adalah mimpi maka biarkan aku bermimpi untuk selamanya“
-Laureen.

“Apakah salah seorang anak menginginkan kasih sayang?”

-HAPPY READING-

D

evandra merentangkan kedua tangannya dengan hati riang gembira Laureen masuk ke pelukan hangat sang ayah yang sudah lama sekali tak ia rasakan kehangatannya.

"how's your day?" Tanyanya lembut tak seperti terakhir Laureen menemuinya.

"I'm fine" Jawab Laureen cepat.

"Ah syukurlah" Ucap Devandra lega, ia dan Devandra berakhir duduk di sebuah kursi yang tersedia disana.

Laureen bercerita dengan sangat antusias, membuat Devandra terkekeh sendiri.

Rumahnya telah pulang.

Ini yang Laureen inginkan, bersama dengan ayahnya dan berbagi banyak cerita.

Devandra tersenyum lebar mendengar 'kan putrinya yang kini tengah bercerita dengan tangan yang di rentang-rentangkan.

Tak ada yang mengganggu, tak ada yang menelponnya untuk memintanya segera pergi ke kantor. Tak ada meeting, tak ada Devandra yang mengerikan, disana terlihat seorang ayah dan anak.

Laureen menceritakan banyak hal, dari makanan kesukaan dan warna favorit, tanpa ada Maureen yang datang dengan mengadu kesakitan seperti biasa.

Mereka hanya berdua berbagi banyak cerita, disana terlihat dua orang anak dan ayah yang sangat serasi.

"Demamnya makin tinggi, bang" Ucap Maureen yang tengah memeras handuk kecil yang tadi sudah ia masukan ke baskom yang berisi air dingin.

Ia menempelkan handuk kecil itu ke kening panas Laureen, "Ke rumah sakit aja" Usul Devano.

"Papa..." Lirih Laureen.

Laureen mengerijapkan matanya untuk menyesuaikan kesadarannya, setelah sepenuhnya sadar ia tersenyum kecut.

'Cuma mimpi ya?'

Sebegitu merindukannya ia dengan kasih sayang sang ayah sampai terbawa ke alam mimpi?

Hanya mimpi? Tak bisakah itu menjadi kenyataan, sebentar saja. Ia membutuhkan cinta pertama nya, ia merindukannya.

Apakah ia tak pantas untuk mendapatkan kasih sayang secara nyata?

PERGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang