(56) So?

16 1 0
                                    

Cughhh

Update lagi!!!!!

saat baskara sedang menikam buana, aku berkamuflase pada bintang nirwana. langkah kaki yang tak beraturan memecah kelu lamunan. afeksi dalam ilusi, debaran tanpa emosi, bernyawa dalam satu dimensi, menikmati ruang yang sepi. bibir membisu, pikiran berpacu, tubuh yang terpaku pada potongan kisah biru. oh lihatlah diriku, aku pernah bersandar padanya di tengah terik, menggores kisah dengan berisik, menerka polemix yang rumit, beradu irama hati di ruang sempit, meninggalkan ilusi pelik. kita pernah sedekat atma sebelum sejauh dua buana, dua kalbu dalam romansa, menuai rasa tanpa berkata. kamu yang singgah dan aku terlampau sungguh pada atma yang rapuh, dengan sawalanya membuat luluh, dan sialnya jiwa ini jatuh. aku tamu yang kamu undang menggores kisah dalam ruang, lalu kamu pergi dan menghilang, dan aku tak kamu biarkan pulang terjebak kenangan yang kamu tuang.

-HAPPY READING-

"Apakah salah jika anda berkunjung atau menjenguk anak kandung anda sendiri?" Tanya Devano dengan suara pelan tapi cukup menusuk.

"Saya mohon luangkan sedikit waktu penting anda untuk anak anda" Ucap Devano lagi.

"Apakah salah ketika anak sakit dan orang tuanya berkunjung?"

"Bukankah kamu sendiri yang mau mengurus kedua adikmu?" Tanya Devandra, membuat emosi Devano memuncak tapi tetap ia tahan.

"Saya memang mengurus nya, tapi secepat itu anda lepas tanggungjawab?" Tanya Devano nyelekit di lubuk hati Devandra.

"Kamu kekurangan biaya---"

"Jangan terus berfikir dengan uang anda bisa selesaikan semuanya, Tuan Devandra" Potong Devano cepat.

"Langsung ke inti kenapa kamu kesini?" Tanya Devandra.

"Bukankah tadi saya juga langsung ke inti? Bahkan Laureen yang anda bilang bodoh pun bakalan mengerti kenapa anda tidak?" Sindir Devano.

"Devano jika tidak ada yang penting silahkan pergi" Usir Devandra.

"Tidak penting? Oh saya mengerti, Laureen tidak penting. Begitu yang anda maksud?!" Tanya Devano dengan manaikan volume suaranya.

"Saya tidak bilang begitu---"

"Ya terus?! Apa maksud anda?!" Sentak Devano.

"Jangan buat masalah di kantor saya!" Sentak balik Devandra.

"Ya... Saya tau ini kantor anda. Kantor yang selalu ada utama 'kan dari anak-anak anda sendiri, dan...." Devano menggantung ucapnya, "Dan yang membuat ibu kandung saya meninggal" Sambungnya.

Brugh!

"Jangan asal bicara!"

"Asal bicara? Saya bukan penulis yang mengarang sebuah cerita. Tuan Devandra" Ucap Devano kemudian mengusap ujung bibirnya yang berdarah akibat pukulan kejam Devandra.

"Anda yang membuat ibu saya meninggal, disaat ibu kandung saya mengandung besar anda malah sibuk bekerja hingga terjadi pendarahan, apa kurang jelas?" Ucap Devano masih terlihat santai.

"Berhenti bicara atau nyawa kamu melayang" Ucap Devandra tajam dengan mengeluarkan pisau.

"Anda tidak malu jika ada berita yang mengabarkan 'Seorang Tuan Devandra  rela membunuh anaknya karena tidak mau menjenguk anaknya yang sakit' lucu bukan?" Ucap Devano dengan tawa miring khas miliknya.

PERGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang