(29) Ngalah

23 2 0
                                    

Hah hshshshshs

-HAPPY READING-

Dua tangan kecil menggenggamnya kembali membuat Laureen sadar akan lamunan nya, perlahan mereka bertiga berjalan ke arah ruang keluarga yang telah di siapkan dengan pernak-pernik.

Setelah sampai mengantar Laureen ke hadapan Rayyan, Raya dan Gina pun berjalan bergabung dengan Safa yang kini tengah berdiri. (Wee kek nikahan yak di anterin ke pelaminan🥲)

Rayyan berjongkok di hadapan Laureen kemudian, Rayyan menyondorkan setangkai bunga mawar di hadapan Laureen.

"will you be my girlfriend?"

Dunia Laureen seakan hancur, tepukan dan sorakan yang ia dengar dari Salsa, Gilang dan tiga bocil.

Laureen menatap lekat wajah Rayyan, disana ia terbayang 10 tahun yang lalu ia terbayang kenangannya bersama Maureen yang kini tengah terjebak hujan di halte.

"Kakak adek laper" Adu Maureen.

Bocah berusia enam tahun itu sontak menoleh ke adiknya, "Sebentar ya kakak cari makanan ke sana"

"Tidak usah kak, nanti kakak basah" Tolak satu bocah yang seumuran.

"Tidak apa-apa kok" Ujarnya, lalu bocah kecil itu berlari menerobos hujan sementara para orang yang berteduh di tempat yang sama menatap nya heran.

Tak lama kemudian Laureen kecil kembali mengantarkan satu roti untuk adiknya, "ini, maaf ya ini benyok tadi kakak terepeleset" Ujarnya dengan wajah yang merasa bersalah.

"Kakak jatuh? Luka tidak?" Tanya Maureen kecil dengan wajah bersalah.

"Seharusnya kakak tidak usah repot-repot" Ujarnya seraya membersihkan tanah basah yang menempel di baju kakaknya.

"Eh tidak usah, kamu makan saja, nanti tangan adek kotor" Tolak Laureen kecil.

"Ya... Yaudah deh, Adek sayang kakak selamanya!" Seru Maureen kemudian memeluk Laureen yang basah kuyup.

"Lau..." Panggil Rayyan membuat Laureen sadar akan lamunannya.

"Gue suka Rayyan"

"Jangan tikung yaa"

"Kakak harus ngalah"

"Ih cucu oma pinter banget, bisa ngalah sama adeknya"

"Kakak ngalah ya? Kasihan adeknya"

"Dek mau?" Tanya Devano berumur 8 tahun.

"Mau!" Seru bocah perempuan.

Devano memberikan satu cokelat itu pada Laureen, "ini" Ujarnya.

"Lalu abang bagaimana?"

"Tidak papa, nanti abang ambil lagi ke dalam"

"Kenapa abang selalu memberi adek? Padahal abang juga butuh?"

"Kita sebagai kakak tertua harus ngalah sama adeknya, contohnya seperti ini abang ngalah sama kamu sama Maureen, kamu juga harus ngalah sama adek Maureen, oke?"

"Cucu kakek pinter, suka ngalah lagi"

"Ngalah ya kak"

"Kakak harus ngalah"

"Ngalah dong kak!"

"Kakak sudah lebih besar dari Maureen, jadi ngalah ya?"

"Ngalah, oke?"

"Ngalah, kakak kan sudah dewasa"

"Harus ngalah sama adeknya"

"Ponakan aunty sekarang udah gede, pinter ngalah lagi"

"Janji?"

"Janji!"

"Kakak tidak lelah ngalah terus?"

"Kak, kakak tunggu disini ya ada bibi sama pak mamat,"

"Memangnya mama, papa, sama Maureen mau kemana?"

"Kita bakal pergi jauh"

"Laureen tidak diajak?"

"Nggak gitu, kali ini kakak memang tidak boleh ikut"

"Kalian disana berapa lama?"

"Sekitar 2 tahun"

"Lama sekali"

"Kakak! Adek balik!"

"Adek!"

"Tahu tidak disana adek dapat banyak teman tapi selalu sepi karena tidak ada kakak"

Ngiung ngiung

Mobil ambulan berhenti di halaman rumahnya, "Adek"

"Mama kakak ikut ya?"

"Jangan sayang, kakak disini saja, mungkin sekitar satu tahun kita balik"

"Ngalah"

"Ngalah"

"Ngalah"

"Lau? Gimana?" Tanya Rayyan sedari tadi menunggu, Salsa dan Gilang pun sudah lelah menyoraki.

"Terima!"

"Terima!"

(Ah ternyata mereka gak tau capek)

Laureen bingung sangat bingung, harus dengan Rayyan dan di benci kembarannya, atau dengan kembarannya dan di benci orang yang dia suka?

"Lau?"

"NGGAK!" Laureen menggelengkan kepalanya cepat dengan derai air mata, "NGGAK GUE GAK BISA!"

Laureen berlari keluar rumah bernusa Eropa itu dengan air mata yang menderai wajahnya.

Rayyan tertawa, mentertawakan dirinya yang bodoh, ia memukul tempok sebagai pelampiasan, "ARGHHH!!" Pekiknya kemudian menghancurkan dekorasi yang ia Salsa setelah Gilang dekor.

Salsa mengajak tiga bocah yang kini tengah ketakutan, Raya yang di derai air mata, "ayo kita ke atas main boneka" Ajak Salsa.

Mereka menurut naik ke atas dengan Salsa yang mengiring nya, dirasa mereka sudah masuk dengan cepat Salsa mengunci pintu kamar itu kemudian berlari menuruni anak tangga.

"GOBLOK!! TOLOL, BEGO, BEGO LO RAY!!" Rayyan mencaci maki dirinya sendiri seraya mengacak rambutnya fresuasi.

"Ray ini udah resiko, lo harus bisa terima apapun keputusan Laureen" Ujar Gilang.

"GUE BEGO!! LO BEGO RAY LO BEGO"

"TOLOL, BANGSAT!!"

"SIALAN!!"

-SEE YOU NEXT PART-


PERGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang