(70) Daddy Issues

14 0 0
                                    

“I have a father, but it feels like I don't have one.”
-Laureen

__________

-HAPPY READING-

Ketika pintu lift terbuka, dengan rasa gugup Laureen berjalan keluar lift, entah kenapa kakinya terasa tak memiliki tulang untuk melangkah.

Dengan perlahan, kini Laureen sudah berada di depan pintu jati berwarna coklat yang menjulang tinggi, ia mengangkat tangannya yang terkepal, ragu sedikit tangannya bergerak.

Tok, tok, tok.

Setelah mendapat izin dari orang di dalam, tangannya meraih knop pintu dan mendorong pintu secara pelan.

Dengan ragu Laureen melangkahkan kakinya memasuki ruangan keramat itu, ia menunduk tak berani untuk menatap wajah tegas sang Ayah.

Tadi Devandra mengabarinya untuk segera pergi ke kantornya untuk membicarakan hal yang penting, awalnya Laureen hendak menolak, tapi ia merasa kalau dirinya menolak ayahnya akan tambah marah kepadanya.

"Siang, Pa." Sapa Laureen sedikit canggung, ah biasanya juga begini.

"Siang." Sapa balik Devandra tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kenapa papa suruh, Lau kesini?" Tanya Laureen sedikit gugup.

Devandra sontak mengongak, menatap putri nya yang semingguan ini tak ia temui, terakhir bertemu juga pas Laureen yang ia hukum tiada henti.

"Kenapa? Kamu tidak suka?" Tanya Devandra.

Laureen mengigit bibir bawahnya gugup, "N-nggak git---"

"Kamu apa kabar?" Serobot Devandra, saat Laureen hendak membuka suara Devandra kembali berkata membuatnya kembali menutup mulut rapat-rapat, "Ah tidak penting, juga."

"Langsung ke inti saja." Serobot Devandra, "Saya benci basa-basi yang bertele-tele."

Dengan berdehem pelan sebelum ancang-ancang nya untuk mengatakan apa penyebabnya menyuruh Laureen kesini.

"Say--papa mau, kamu hindari Maureen." Ucapnya membuat Laureen mendongak.

"M-maksudnya?" Tanya Laureen sedikit tidak mengerti.

"Kamu tidak mengerti?" Tanya Devandra heran, Kata-katanya sangat mudah untuk dipahami anak SMP kenapa Laureen tak memahaminya? Padahal tadi ia juga sudah memikirkan kata-kata yang singkat, jelas, dan padat. Tapi tetap saja Laureen ingin menyuruhnya bertele-tele dengan sedikit bumbu pedas.

"Papa rasa kamu tidak terlalu bodoh untuk mengerti kata-kata itu." Ungkap Devandra.

"Papa mau kamu jauhi Maureen." Jelasnya membuat Laureen menoleh tak terima.

"Laureen kembaran sama Maureen, gimana bisa Lau jauhin." Bantahnya.

Devandra menyunggingkan senyum dan kekehan pelan, "Kamu lupa bahwa kamu dalang dari semua ini?" Tanyanya begitu tajam.

"Saya tidak mau melihat Maureen menderita lagi, dia terlalu menderita Laureen, seumur hidupnya dia selalu terkurung di rumah dan berdiam diri di kasur rumah sakit, dan kamu? Kamu hanya menghabiskan waktu hidup mu untuk bersenang-senang."


'Senang?' ah ingin rasanya Laureen tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit.

"Papa tidak mau Maureen selalu dekat dengan petaka,"

PERGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang