Pukul 06.00, Aldara bangun dari tidurnya dan segera berdiri sambil menahan sakit. Ia segera mandi tak lupa untuk membawa handuknya dan segera pergi mandi.
Setelah selesai mandi, Aldara menaruh handuk itu seperti semula. Aldara berjalan keluar kamar menuju kamar kedua putranya. Ia perlahan membuka pintu itu dan segera masuk.
Di sana ia tidak mendapatkan kedua putranya. Suara air dari kamar mandi terdengar Aldara tersenyum karena anaknya bisa melakukannya sendiri. Aldara segera mempersiapkan seragam sekolah mereka dan duduk di atas kasur sambil menunggu kedua putranya selesai mandi.
Ceklek!
Pintu itu terbuka mendapatkan bocah berusia lima tahun yang telah selesai mandi dengan handuk yang masih mereka gantung di leher mereka dan kolor yang mereka pakai di dalam kamar mandi.
"BUNDA!!" pekik mereka dan segera menutup kolor yang mereka pakai.
"Bunda gak sakit lagi?" tanya Kenzo.
Aldara menggeleng. "Bunda udah sehat, sayang."
"Bagus deh kalau begitu."
"Tanamannya jangan lupa di bawa. Terus sama buku tulisnya jangan lupa," peringat Aldara.
"Iya, bunda."
"Bunda boleh kelual? Mau pakai selagam," ujar Kenzo.
"'R' sayang 'R'."
"L." Kedua bocah itu menjawab bersamaan.
Aldara menghela napasnya. "Pakai aja seragam kalian gak usah malu," suruh Aldara.
"Tetap malu bunda...." ucap Kenzo.
"Itu adek kamu aja biasa aja."
"Itu kan beda, bunda...."
Aldara tertawa dan segera berdiri. "Ya udah bunda keluar. Tapi jangan lama-lama, cepat turun dan sarapan, ngerti?"
Mereka memberi hormat kepada Aldara. "Siap, bunda," ucap mereka siap.
Kedua bocah itu melihat bundanya yang sudah mulai menjauh dengan segera mereka memakai seragam mereka dan segera keluar.
Kenzo dan Kenzie di dapur tidak mendapatkan Aldara dan segera bertanya kepada pembantu itu.
"Bi, bunda mana?" tanya Kenzo.
"Oh, Nyonya. Nyonya sedang bangunin ayahnya, Den."
"Udah tua aja masih bangunin. Bilang-bilang kami harus bangun sendiri tanpa ada yang bangunin. Ayah sendiri masih di bangunin. Dasar ayah jelek," gerutu kenzie.
"Kenzie....." panggil Kenzo dengan nada sedikit takut. Kenzie menatap saudara kembarnya, Kenzo menunjuk kebelakang Kenzie yang sudah ada kedua orang tuanya.
Kenzie menoleh ke belakang. Seketika matanya melebar karena ada ayahnya dan bundanya.
"Ngomong apa tadi, hm?" tanya Evan.
"En....enggak ngomong apa-apa kok, Yah," jawabnya gelagapan.
"Ayah, sayang, pagi-pagi jangan ribut dong, ayo sarapan, kan, kamu mau meeting nanti."
"Tapi, Ra....."
"Ya udah ayo mari sarapan." Aldara mendorong tubuh Evan pelan dan duduk di kursi. Aldara segera menyiapkan sarapan serta lauk pauk untuk kedua putranya dan suaminya.
Keluarga itu pun segera sarapan hanya terdengar dentingan sendok. Evan selalu menatap Kenzie dan Kenzie sedikit ketakutan karena tatapan dari Evan. Suasana menjadi senyap.
Evan telah selesai sarapan ia terus melihat gerak-gerik Kenzie. Kenzo yang ada di tengah-tengah mereka melihat ayahnya dengan tatapan seperti itu sangat mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO & KENZIE DIGANTARA ( TAMAT )
Teen FictionSemoga cerita ini lebih banyak dari pada cerita bapaknya, amin ..... Sorry bestie kalau dari cerita pertama dan kedua yang bagian konfliknya agak aneh. Soalnya gak bisa e buat konfliknya apalagi dengan kata-katanya. Menceritakan seorang anak kembar...