Keesokan harinya pukul setengah tujuh kedua putra Aldara sudah siap untuk berangkat sekolah. Anak ketiganya, Kejora. Tetap menangis kalau Aldara mau pergi kemana selalu saja mengikutinya. Kalau ada Evan berbeda lagi cerita, nempel terus sama dianya sampai-sampai Aldara di singkirkan.
"Bunda udah siap," teriak mereka sambil mengedor pintu kamar Aldara yang kedap suara itu.
Pintu terbuka dengan segera Aldara mengajak ketiga anaknya untuk turun memakai lift agar langsung sampai di garasi mobil. Sesampainya di sana mereka langsung mengeluarkan mobil dan langsung pergi menuju sekolah kedua putranya itu berada.
Sesampainya di sekolah kedua putranya langsung menyalimi punggung tangan Aldara begitu juga dengan Kejora yang ikut juga menyalimi tangan Aldara.
"Dedek Kejora mau sekolah juga kayak abang?" tanya Kenzie. Kejora menggeleng.
"Terus kenapa salim dedek?" geram Kenzo.
"Udah sana entar telat, dadah abang. Dadah dulu Kejora." Anak itu melambaikan tangannya kearah kedua abangnya itu.
"Dadah dedek, muachh...." Mereka mencium pipi Kejora di sebelah kanan dan kiri lalu segera masuk dengan wajah yang selalu melihat ke belakang.
Aldara segera menggendong Kejora dan segera masuk ke dalam mobil lalu segera pulang kerumah.
***
Sesampainya di rumah dan memarkirkan kembali mobil di garasi dengan segera Aldara langsung ke kamarnya lalu meletakkan anaknya di kasur dan juga ia yang berbaring di kasur.
"Kamu kangen ayah enggak?" tanya Aldara sambil memainkan pipi anaknya.
Mendengar kata ayah Kejora langsung menangis.
"Hei cantik kenapa, hm? Kamu kangen? Mau telepon? Mau susu? Cup, cup, cup, sini baring sama bunda." Aldara membaringkan anaknya di sampingnya lalu memeluknya.
"Cengeng banget sih kamu kalau gak ada ayah. Sebentar bunda telepon dulu."
Aldara segera mencari nama Evan dan segera melakukan vidcall. Evan di seberang mengakatnya.
"Hallo ayah, gimana kabarnya? Kerjaan gimana? Di situ udah mulai nyaman kah gak ada bunda, hm?"
"Kabar baik, kerjaan juga baik, enggak nyaman dan gak enak puas kamu!"
jawab Evan.Aldara tersenyum. "Kamu lagi di hotel? Atau apartemen?"
"Apartemen."
"Anak kamu nih dari kemarin aku tinggal ke kamar mandi hanya buang air kecil nangis, aku lepas jaket nangis. Padahal masih satu atap bukan keluar. Sama kayak kamu juga, kan? Manjanya mereka turun dari kamu."
Evan di seberang tertawa pelan.
"Oh iya, kamu gak rapat kan?"
"Entar sore."
"Cantik sini bilang hallo ayah."
"Allo ayah," ucapnya.
"Hallo manis, gimana kabarnya?" tanya Evan.
"Baik ayah."
"Aik ayah."
"Jadi, pengen cepat-cepat pulang jadinya, kan, Ra."
"Kok jadi aku sih?"
"Iyalah, gara-gara kamu."
"Sekarang kamusnya cowok selalu benar dan cewek selalu salah?"
"Benar sekali."
"Dasar."
"Bercanda aja, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO & KENZIE DIGANTARA ( TAMAT )
Teen FictionSemoga cerita ini lebih banyak dari pada cerita bapaknya, amin ..... Sorry bestie kalau dari cerita pertama dan kedua yang bagian konfliknya agak aneh. Soalnya gak bisa e buat konfliknya apalagi dengan kata-katanya. Menceritakan seorang anak kembar...