Sudah dua bulan lebih namun Evan tidak ada tanda-tanda mau pulang bahkan tidak memberitahu kapan dia akan pulang. Selama anaknya sekolah dan pulang agak telat membuat Aldara semakin bosan di rumah.
Aldara segera mengambil ponselnya lalu memberitahukan kepada Evan agar ia di izinkan pergi ke markas utama.
––––––––––––––––––––––––––––––––––––
KAK EVAN
–––––––––––Kak, aku izin boleh ya pergi ke markas?|
––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sudah beberapa kali Aldara mengirim pesan itu kepadanya namun tidak ada balasan oleh Evan. Aldara hanya menghela nafasnya dan segera berdiri menuju kamar lalu mengambil jaket dan segera pergi ke markas sendirian.
***
Sesampainya di sana Aldara di sambut seperti biasa sama mereka. Aldara segera masuk dan melihat Dika, Alvaro dan yang lainnya sedang minum alkohol sambil bermain putaran botol itu. Ada beberapa dari mereka yang sudah tepar ada yang masih melanjutkan permainan walaupun mata mereka sudah memerah. Aldara datang dan mengambil minuman itu.
"Woi, Ra! Gila lo! Kalau suami lo tau gimana?" pekik Alvaro.
Aldara memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Ini kadar alkoholnya tinggi anjir! Gimana dong?" tanya Dika.
"Ra, sadar, entar Evan marah."
"Ha? Evan? Siapa dia?" tanyanya yang matanya sudah memerah.
"Suami lo!" jawab mereka semua.
"Suami gue? Suami kok ngekang istrinya dan gak boleh kemana-mana sih? Ha?" Aldara meminumnya lagi.
"He! Asal lo semua tau, gue tuh sedikit tertekan sama dia karena sikap dia yang selalu seenaknya. Sekarang lo tau dia dimana? Di Bogor. Bukannya di Bogor punya cewek cantik? Gue kan gak secantik dulu, biarin dia cari cewek lagi." Aldara memegang kepalanya lalu meletakkan botol minum itu di meja lalu melambaikan tangannya. "Bye."
"Lo mau pulang? Gila lo!" ujar Alvaro.
"Bye." Aldara naik keatas motornya lalu memakai helmnya. Alvaro dan yang lainnya masih setia mengikutinya di belakang.
"Pulang dengan keadaan mabuk? Gila lo!"
"Don't touch me." Aldara menepis tangan Alvaro. Lalu segera ia memundurkan motornya dan segera pergi tak lupa yang lainnya mengikutinya.
"Ibu negara kenapa, bang?" tanya orang itu kepada Dika. Dika mengidikkan bahunya.
***
Sesampainya di rumah Aldara segera turun dari motornya dengan selamat dan Alvaro beserta lainnya menghela napas lega karena sudah menghantarkan Aldara dengan selamat.
Alvaro segera menelepon Evan. "Van, istri lo tertekan karena sikap lo."
"....."
"Coba lo lihat chatan-nya. Dia datang pas kami lagi main dan dia minum alkohol."
"....."
"Gue serius, anjir! Gak percaya? Lo telepon aja sekarang." Alvaro menatap ponselnya yang sudah di matikan oleh Evan. "Cabut!" Perintah Alvaro dan mereka semua pun segera pergi dari situ menuju markas kembali.
Aldara membuka pintu rumah dan segera berjalan menuju tangga dengan keadaan mabuk. Sesekali kedua pembantu itu membantu namun Aldara selalu menolak dan tidak mau di sentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO & KENZIE DIGANTARA ( TAMAT )
Подростковая литератураSemoga cerita ini lebih banyak dari pada cerita bapaknya, amin ..... Sorry bestie kalau dari cerita pertama dan kedua yang bagian konfliknya agak aneh. Soalnya gak bisa e buat konfliknya apalagi dengan kata-katanya. Menceritakan seorang anak kembar...