39. Bunda Marah

326 14 0
                                    

SELAMAT MALAM, READESKU

JANGAN LUPA VOTENYA, YA

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA AKU.

SELAMAT MEMBACA

***

Beberapa tahun kemudian......

Bugh!
Krek!
Bugh!

Pukulan demi pukulan melayang tepat sasaran. Kini di markas bagian barat Pheonix di penuhi dengan anggota geng yang sedang berkelahi.

"Bangsat!!" ucap lelaki itu saat lawannya memukulnya karena tidak siap.

Bugh!
Bugh!

"Akhh," lirih orang itu.

"Tujuan lo apa ngebakar markas kami bagian timur, ha?!" tanyanya. "Dan salah satu anggota kami kebakar gara-gara lo sialan!" lanjutnya.

Bugh!

"Ma-maaf, kami di suruh sama angkatan pertama kami. Dia sekarang ada di markas utama kalian," jawabnya.

"Darah di balas darah, api di balas api, nyawa di balas nyawa. Kami keluarga, keluarga selamanya. Itu semboyan kami, jadi lo siap menerimanya."

Ia menendang dagu orang itu sampai terhuyung ke belakang dan orang itu pingsan. Lelaki itu tersenyum miring.

"Bang, bisa mati anak orang," kata adiknya itu.

"Nyawa di balas nyawa, api di balas api, kita keluarga selamanya. Itu, kan, yang di ajarkan sama om Al?"

"Ya tapi...."

"Bagus lo jatuhin semua lawan. Good job brother," ucapnya saat melihat lawannya pada tepar dengan melumuri darah.

"Woi cabut," perintah orang itu dan mereka segera pergi dari situ meninggalkan mereka yang sedang terbaring lemah tanpa adanya bantuan orang.

***

Di markas utama semua anggota bergerak menyerang lawan mereka. Begitu juga angkatan pertama yang ikut andil dalam masalah ini.

"Ck! Gue heran sama lo, kenapa sih lo selalu cari ribut sama anggota kita. Apalagi sekarang lo bakar markas kami, mau lo apa? Menang? Enggak akan pernah, bro. So, lo terima takdir aja," ucap Alvaro yang sedang berhadapan dengan ketua warlocks angkatan pertama yang sudah keluar dari tahanan.

"Bangsat!" Rahang laki-laki itu mengeras dan segera memukulnya.

"Anjing!"

Bugh!
Bugh!
Bugh!

Alvaro memukulnya tanpa ampun hingga dia mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Seorang siswi SMP berjalan melewati area peperangan itu. Karena ia sudah belajar ahli bela diri dari kedua orangtuanya dan kedua abangnya, ia pun ikutan gabung sambil meninggalkan tas itu dan berlari menuju situ.

"Hai, adik kecil," sapa orang itu.

"Hallo juga, om."

"Ngapain ke sini? Bahaya. Anggota saya warlocks sama anggota Pheonix lagi adu."

"Oh, jadi om itu anggota warlocks juga?"

Orang itu mengangguk. "Ikut om aja, yuk, ke hotel. Berapapun om bayar semau mu. Kulit mulus seperti mu tidak baik ikut andil dalam peperangan ini."

KENZO & KENZIE DIGANTARA ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang