MALAM BESTIE. SABTU INI LAGI SENANG BANGET AKU, JADI KU UPDATE TERUS NIH, HEHE.
JANGAN LUPA DI VOTE DAN KOMENTAR JUGA DONG, BESTIE.
HAPPY READING ❤️
***
Keesokan harinya pukul empat pagi Evan sudah terbangun dari tidurnya. Ia segera bangun dan mengecek suhu anaknya yang masih sedikit panas. Evan memperbaiki selimut yang menutupi badan mereka dan mencium pipi mereka bertiga satu persatu.
"Kapan bangun? Nyaman banget tidurnya."
Setelah mengatakan itu Evan mencuci mukanya dan segera keluar dari ruang itu dan menuju mobil lalu pergi mencari jamu dan juga membeli kompres plester untuk anaknya dan kembali lagi ke rumah sakit lalu mengambil beberapa pakaian dia dan kedua putranya.
Evan menutup kembali bagasi mobilnya dan segera masuk sambil membawa tas isi baju dan beberapa mainan anaknya. Sesampainya di ruangan Evan segera meletakkan barang-barang itu di bawah nakas.
"Ayah ngapain?" tanya Kenzo.
"Kenapa udah bangun, hm? Masih gelap, Ken."
"Mau pipis," jawabnya.
Evan segera menurunkan Kenzo dari atas brankar dan segera bocah itu berjalan menuju kamar mandi. Evan pun melanjutkan kemas, kemas barang yang ia bawa tersebut.
Kenzo keluar dari kamar mandi dan segera naik dengan sendirinya menggunakan kursi.
"Ken," panggil Evan saat Kenzo hendak tidur kembali.
"Iya, ayah?"
"Nanti kalau mau mandi ini baju kalian, ya," ucap Evan sambil menunjuk pakaian anaknya di bawah nakas. "Baju yang kalian pakai ini di letakkan di kantung plastik ini, ngerti?" Kenzo mengangguk.
Evan membuka satu tas lagi yang berisi air putih mana tahu para temannya mau menjenguk Aldara. "Ini kalau ada Oma, Opa, Om atau aunty di ambil," pesan Evan. Kenzo mengangguk lagi.
"Ayah kerja?" tanya Kenzo dan seketika matanya melebar. "Ayah aku udah bisa ngomong 'R'. Bunda Ken bisa ngomong 'R'. Oh iya, bunda belum bangun," ucapnya lesu kemudian.
"Ayah bunda kapan bangun?" tanyanya.
"Doain semoga cepat bangun."
"Ayah kerja?" tanyanya.
Evan menggeleng. "Enggak."
"Tidur lagi masih gelap," suruh Evan dan anak itu kembali tidur di samping Aldara.
Evan menghela napasnya ia tersenyum tipis dan berjalan menuju mereka bertiga.
"Ra... kapan kamu bangun? Aku kangen, anak-anak lagi sakit, Ra. Aku beruntung punya kamu, lihat sekarang mereka udah bisa melakukan sendiri tanpa ada kamu, mereka udah cukup dewasa, Ra. Ayo bangun aku kangen."
"Ra, anak-anak kangen kamu. Maaf telat untuk selamatin kamu, kamu boleh hukum aku tapi please kamu bangun." Evan mencium tangan Aldara yang ia genggam.
"Anak-anak sering tanyain sama aku kapan kamu bangun. Kamu gak mau bangun? Kamu gak mau main sama mereka lagi? Ra, bangun."
Setelah mengatakan itu Evan tertidur dan bangun kembali pukul setengah enam pagi. Ia segera keluar untuk mencari sarapan dan segera mandi.
Kenzo sudah bangun terlebih dahulu. Anak itu menggosok matanya dan melihat kearah Evan.
"Kenapa bangun lagi?" tanya Evan menuju Kenzo dan meletakkannya punggung tangannya di dahinya. Dahinya masih terasa panas begitu juga dengan Kenzie.
"Mau sekolah, kalau Ken gak sekolah bunda marah."
"Kalian masih sakit jadi libur dulu, jaga bunda ya."
"Ayah, bunda kapan bangun?"
"Doain ya, Ken."
"Ken udah berdoa sama Allah supaya bunda cepat bangun dan bisa main bareng bunda lagi. Ken juga berdoa semoga bunda sama ayah sehat selalu sampai kami besar."
"Ken, jangan nangis. Kalo Ken nangis terus sakit siapa yang mau jaga bunda selagi ayah pergi, hm?"
"Ken gak mau sakit ayah. Huaa.... Ken gak mau sakit." Anak itu terus-menerus menangis agar Aldara cepat bangun.
Evan memeluk Kenzo. "Ssttt, diam ya. Tuh, panas lagi kan? Jangan nangis, ya, kalau gak mau sakit." Kenzo mengangguk.
"Abang," panggi Kenzie.
Kenzo cepat-cepat menghapus air matanya. "Iya?"
"Abang kenapa nangis?"
"Abang gak nangis, Enzie."
"Sebentar ayah mau telepon sekretaris dulu." Evan berjalan keluar dari ruang itu.
"Pagi ini meeting kita batalin saja. Anak saya dan istri saya sedang sakit, terima kasih," ucap Evan singkat menutup telepon itu dan mencari nomor wali kelas kedua anaknya.
"Selamat pagi buk maaf mengganggu. Begini Kenzo dan Kenzie sekarang tidak enak badan mohon izin nya Bu agar tidak masuk hari ini."
"....."
"Iya, baik terima kasih." Evan segera masuk kembali ke dalam ruangan itu.
"Ayah gak jadi pergi?" tanya Kenzo.
"Enggak." Evan mengambil sarapan untuk mereka. "Sarapan dulu."
Mereka segera memakannya sesekali Evan mengacak rambut mereka berdua. Begini kek akur.
Setelah selesai sarapan mereka segera mandi sambil menunggu mereka mandi Evan berjalan menuju Aldara dengan mata yang masih terpejam.
"Ra, aku gak bisa tidur tanpa kamu."
Ia mencium punggung tangan Aldara.Pintu kamar mandi itu terbuka. Evan melihat mereka yang sudah berpakaian rumah. Evan segera menuju ke duanya dan mengecek suhu tubuh mereka yang semakin panas.
Evan segera mengangkat ke duanya di atas brankar yang sudah tersedia terpisah oleh Aldara.
"Mau tempat bunda," ucap Kenzo.
"Kalian lagi sakit gak boleh gini." Evan membaringkan mereka dan segera melepaskan plester yang menempel di dahi anaknya lalu menggantikannya yang baru. Evan menuangkan jamu beras kencur dan memberikan kedua putranya. "Minum dulu."
"Ini apa, Yah?"
"Minuman enak." Kedua putranya meminumnya sampai habis.
"Tidur, ya. Semoga cepat sembuh terus bisa main sama bunda." Mereka mengangguk.
Kedua mata lentik itu tertutup tertidur Evan segera mencium dahi mereka berdua.
Evan menghela napasnya menuju Aldara. "Ra, bangun, kamu gak kangen?"
***
Ketika sudah mulai siang Evan segera membangunkan kedua putranya untuk makan siang.
"Ken, Enzie, bangun makan siang."
Kedua bocah itu bangun dan segera makan yang di beli oleh Evan. Setelah selesai makan Evan segera membuangnya ke luar dan kedua bocah itu turun dari tempat menuju aldara lalu tidur di samping kanan dan kiri Aldara tak lupa sebelum itu mereka mencium pipi Aldara.
Evan membuka pintu dan melihat kedua putranya sudah tidur di samping Aldara. Evan berjalan menuju mereka bertiga dan menyelimuti mereka. Evan juga bergabung untuk tidur bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO & KENZIE DIGANTARA ( TAMAT )
Teen FictionSemoga cerita ini lebih banyak dari pada cerita bapaknya, amin ..... Sorry bestie kalau dari cerita pertama dan kedua yang bagian konfliknya agak aneh. Soalnya gak bisa e buat konfliknya apalagi dengan kata-katanya. Menceritakan seorang anak kembar...