7. Kesuksesan

45 7 0
                                    

Apa yang dikatakan Editor Cindy menjadi kenyataan. Karya Mutia untuk pertama kalinya meledak. Karyanya terjual sebanyak tiga ribu eksemplar dalam lima menit.

Penerbit terus saja memperbarui stok hingga jika diakumulasikan, karya Mutia terjual sebanyak 1,2 juta eksemplar. Dan itu hanya dalam kurun waktu satu hari.

Penerbit memutuskan untuk menutup pemesanan sementara dikarenakan pemesanan yang membludak. Saat itu, sempat terjadi kericuhan karena buku tidak kunjung dikirim. Itu semua karena pemesanan yang terlalu banyak sehingga pihak percetakan pun mengirimkan pesanan lebih lambat dari tanggal perjanjian.

Penerbit mengambil keputusan untuk mengirimkan stok pertama terlebih dahulu. Mendahulukan para pemesan pertama sembari menunggu buku-buku lain selesai dicetak.

Setelah semua buku berhasil didistribusikan, penerbit menerima permintaan dari luar negeri. Bukan permintaan untuk mengirim, tapi mengubah buku itu menjadi beberapa bahasa. Tentu saja permintaan itu diterima karena sangat menguntungkan penerbit. Dan jangan lupakan jika penerbit yang menaungi karya Mutia adalah penerbit Mayor.

Di balik kesuksesan Mutia, sudah pasti ada kontra di baliknya. Banyak orang yang mencerca gadis itu di salah satu platform. Mengatakan perbuatan Mutia sangat tidak etis. Menganggap gadis itu memanfaatkan kesuksesan kekasihnya untuk memperoleh keuntungan. Apalagi kekasihnya itu baru saja meninggal.

Apakah Mutia peduli tentang hal itu? Jawabannya tidak. Bukan anti kritik, tapi mereka bahkan tidak mengenal Arda lebih baik darinya. Untuk apa mendengar mereka?

Tidak ada seorang pun dari mereka yang tahu apa keinginan Arda. Seberapa besar keinginan laki-laki itu untuk mempersuntingnya. Apa salahnya jika Mutia mewujudkannya walaupun hanya berbentuk cerita fiksi?

Mereka bahkan tidak tahu jika menjadi salah satu tokohnya adalah keinginan Arda sedari dulu?

Mungkin para manusia pendengki itu akan mati kejang-kejang jika tahu yang Mutia lakukan adalah keinginan Arda. Memberitahu seluruh dunia bahwa Mutia adalah milikinya. Hanya miliknya.

Walaupun tidak selamanya. Tapi setidaknya pernah. Sampai nanti Mutia menemukan seseorang yang bisa menerimanya apa adanya seperti Arda. Seseorang yang tak pernah malu mengakuinya sebagai kekasih walaupun dirinya masih dikelilingi kekurangan.

Dan juga ... seseorang yang dapat menerima jika Arda pernah dan akan selalu menjadi kenangan indah dalam hidup Mutia. Walaupun sudah tidak ada rasa cinta, gadis itu yakin nantinya ia tak akan pernah mampu melupakan Arda. Ditambah lagi Tania dan Riu sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri.

Mutia menghela napas lelah. Saat ini gadis itu tengah bersiap menghadiri sebuah acara televisi untuk ke-sekian kalinya dalam satu bulan ini.

Sebenarnya, Mutia ingin sekali menolak. Tapi dengan skandalnya yang masih jadi bahan perbincangan, menolak undangan sebuah acara akan jadi malapetaka. Jadi Mbak Cindy memaksanya untuk mendatangi setiap acara.

Mutia mendengkus kesal. Skandal apanya? Mereka hanya para manusia pendengki yang menggiring opini publik.

Opini mereka sama sekali tidak masuk akal. Katanya, Mutia tidak menghargai kedua orang tua Arda yang masih berduka. Bisa saja Riu dan Tania jadi berharap setelah membaca ending novelnya.

Bukannya itu pemikiran bodoh? Riu dan Tania bukan orang yang seperti itu. Mereka tidak sebegitu bodohnya hingga tak dapat membedakan antara dunia fiksi dan nyata. Karena itu tak ada ungkapan keberatan yang dikumandangkan. Ketika mendengar bahwa karya Mutia memecahkan rekor MURI sebagai penjualan buku terbanyak, keduanya mengucapkan selamat dengan penuh ketulusan. Keduanya justru berterimakasih karena Mutia sudah menciptakan akhir yang lebih baik untuk anaknya.

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang