14. Takut

49 10 0
                                    

Pagi menjelang, sinar matahari mulai menerobos masuk ke dalam beberapa ruangan. Salah satunya adalah kamar hotel milik Ardandi Martias Handoko, salah satu musisi muda ternama.

Seperti biasa, Arda sangat sensitif dengan sinar matahari. Jadi lelaki itu terbangun dari tidur pulasnya. Menggeliat sejenak untuk merenggangkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.

Sedetik kemudian Arda melotot. Lelaki itu segera bangun dari tidurnya. Dengan panik, ia mencari keberadaan ponselnya.

Astaga, bisa-bisanya ia lupa untuk mengabari Mutia!

Arda merasa frustrasi saat tak menemukan ponselnya di manapun. Lelaki itu mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan semalam. Siapa tahu ponselnya tertinggal.

Ah, Arda ingat! Ponselnya masih berada dalam tas kecil yang dibawanya pergi semalam.

Arda menyalakan ponselnya. Tapi yang terlihat hanya layar hitam. Ah, sepertinya ia harus membeli ponsel baru. Bagaimana bisa baterainya habis padahal tidak digunakan?

Arda mengambil charger ponselnya. Menunggu sebentar sampai baterainya terisi sedikit. Kemudian lelaki itu mencoba menyalakan ponselnya kembali.

21 missed call from Princess Bunny🖤

"Mati gue," gumam Arda panik.

Dengan segera Arda mencoba menghubungi Mutia balik. Kemudian mengumpat saat menemukan ponsel gadis itu tidak aktif. Berkali-kali Arda mencoba, tapi hasilnya tetap sama.

Arda menyerah, mungkin ia bisa menghubungi Mutia lagi nanti. Lelaki itu memeriksa notifikasi lain. Siapa tahu ada yang penting.

Dani (Manager)
Arda, coba liat berita. Lo lagi diomongin tuh.

"Diomongin?" monolog Arda.

Arda segera membuka aplikasi berita di ponselnya. Lantas mengetikkan namanya sendiri sebagai kata kunci. Dia penasaran, apa yang jadi perbincangan?

Tentang pertunangannya kah? Atau tentang konser nanti malam? Tapi kalau memang tentang dua hal itu, maka seharusnya sang manager tak akan repot-repot mengabarinya.

Arda membelalakkan matanya saat membaca judul beberapa berita tentangnya. Bagaimana bisa?

Musisi Terkenal, Ardandi Terpergok Merayakan Tahun Baru Bersama Aktris Pendatang Baru.

Tengok Kemesraan Ardandi dengan Dini

Geger! Musisi Ternama Ardandi Kepergok Bermesraan dengan Aktris Pendatang Baru

'Apa-apaan ini?'

Ah, tidak bisakah masalah datang satu persatu? Mulai dari ia lupa mengabari Mutia, kekasihnya tak bisa dihubungi, lalu kini berita tidak jelas tentangnya beredar. Bagaimana kalau Mutia membacanya?

Atau Mutia sudah membaca berita itu? Lalu gadis itu menelponnya berkali-kali semalam? Kalau benar itu terjadi, Arda tak akan segan untuk menghancurkan ponselnya karena mati di waktu yang tidak tepat. Kalau perlu, Arda akan menggugat media massa yang menyebarkan gosip tentangnya. Tak bisakah mereka mencari tahu fakta terlebih dahulu sebelum membuat berita?

Media massa di negaranya memang perlu diperbaiki. Mereka tidak seharusnya menguntit artis dan menyebarkan berita tentangnya begitu saja. Apalagi kalau ternyata berita itu dilebih-lebihkan.

Tak tahukah mereka jika seorang public figure juga membutuhkan privasi? Arda lelah harus terus bersembunyi di balik masker dan topinya. Dia ingin sesekali dapat keluar dengan bebas. Tapi saat ia keluar tanpa alat penyamaran, berita skandal langsung bermunculan di mana-mana.

Sekali lagi, Arda mencoba menghubungi Mutia. Berharap gadis itu akan mengangkat teleponnya. Sayangnya harapan itu terputus saat lagi-lagi suara operator yang menyambut.

"Mutia, angkat dong. Jangan salah paham, Sayang. Mereka bohong," gumam Arda.

Arda kalut. Matanya sudah memerah. Dia tak dapat lagi menahan rasa panik yang hendak menguasai dirinya. Dia benar-benar takut jika nanti Mutia marah dan meninggalkannya

🌷🌷🌷

Dua jam berlalu dan masih belum ada kabar dari Mutia. Arda sudah menghubungi beberapa orang yang dekat dengan tunangannya. Mulai dari orang tuanya sendiri, calon mertuanya, juga sahabat dekat gadis itu. Tapi mereka mendadak menghilang entah ke mana.

Tak ada pilihan lain. Persetan dengan konser nanti malam. Yang paling penting sekarang adalah bertemu Mutia.

Arda mengambil tas kecil yang lebih mudah dibawa ke mana-mana. Lelaki itu memasukkan beberapa barang yang tak bisa ditinggal. Setelah selesai Arda berlari keluar. Tak memikirkan resiko apa yang akan ia terima nanti.

Arda mengerang frustrasi kala melihat wartawan berjejer di depan lobi hotel. Mereka sangat menghambat karena Arda tak mungkin dibiarkan pergi begitu saja. Mereka pasti akan mencercanya dengan begitu banyak pertanyaan. Kemudian memojokkannya.

Masa bodoh dengan semua penyataan itu. Arda bisa mengklarifikasinya nanti. Yang penting saat ini adalah ia harus keluar untuk menuju bandara.

Arda sudah siap berlari jika saja seseorang tak menarik kerah belakangnya. Lelaki itu menoleh, hendak memaki siapapun yang menghalangi perjalanannya. Sayangnya, yang pria muda itu temukan adalah Dani, manajernya.

Dani menatap Arda dengan penuh amarah. Apakah tuannya ini bodoh? Keluar di saat situasi sedang keos seperti ini hanya akan menambah masalah.

"Lo gila? Nggak mikir apa yang bakal terjadi kalau mereka sampai ngeliat lo?" bisik Dani marah. Dia sengaja mengecilkan suaranya agar tak banyak yang mendengar.

"Lo yang gila! Sekarang gue harus ketemu sama Mutia. Gue nggak mau dia salah paham." Arda berseru keras yang membuat Dani mengumpatinya dalam hati.

Dasar majikan goblok.

Dani menoleh ke arah luar. Benar dugaannya, kini beberapa wartawan semakin semangat menerobos masuk. Mereka terus menatap ke arah Arda seakan laki-laki itu adalah genangan air di padang pasir yang tandus.

"Arda! Apa berita itu benar?"

"Arda, apa hubungan anda dengan Dunia?"

"Apakah hubungan anda dengan Mutia sedang tidak baik-baik saja?"

Semua pertanyaan-pertanyaan dari wartawan terus datang silih berganti. Arda hanya bisa termenung menatap petugas keamanan hotel yang berusaha keras menahan para wartawan di luar. Hatinya sakit saat mendengar beberapa pertanyaan dari wartawan itu.

Di tempat yang jauh darinya, mungkin Mutia tengah bersedih. Mempertanyakan hal yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan wartawan tadi. Arda jadi semakin pusing dibuatnya. Dia ingin segera pulang dan berbicara kepada Mutia.

Melihat atasannya yang hanya diam, Dani lantas menarik Arda untuk masuk. Semakin lama Arda berdiri di sana, maka semakin mereka membebani petugas keamanan. Satu-satunya cara untuk menangani semuanya saat ini adalah diam sejenak. Semua bisa diperbaiki setelah keadaan sudah membaik.

"Sekarang lo diem di sini. Kita bakal nemuin tunangan lo kalau situasinya udah mereda. Ngerti?" pinta Dani.

Anggukan dari Arda sudah cukup membuat Dani mengerti lelaki itu tak ingin diganggu. Maka dengan segera Dani berbalik pergi setelah menyampaikan sebuah amanat.

"Jangan buka sosmed. Sosmed itu neraka buat orang yang lagi kena skandal."

Larangan adalah perintah. Mungkin itu juga berlaku untuk Arda. Sebab lelaki itu kini malah membuka Instagram-nya. Membaca beberapa komen dan DM yang ia terima.

@dimas_kuncoro : Gue juga cowok, tapi gue malu sama kelakukan lo, Bro.

@itsonlyou_ : Emang ya, semua cowok kelakuannya sama aja.

@Darriel : ini nih cowok idaman cewek-cewek? Makan tuh idaman!

Arda meremas ponsel yang ada di tangannya. Apa ia sebejat itu? Ah, harusnya tak perlu bertanya. Arda memang sebejat itu.

***
To Be Continued

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang