45. Hari dengan Salsa

15 2 0
                                    

Mutia benar-benar tidak mau ambil pusing atas segala hal yang terjadi. Dia sudah menerima jika harus berpindah dunia terus-menerus. Walaupun itu cukup menguras tenaga, tapi bukankah lebih baik menikmati semuanya? Sebab berpikir terlalu keras hanya akan membuat pikirannya semakin lelah.

Pagi ini, Mutia sudah siap dengan kaos putih dan cardigan hijau. Tak lupa celana jeans boot cut andalannya. Wajahnya juga sudah terpoles make up yang sangat menunjang penampilannya. Walaupun kata Arda, Mutia sudah cantik tanpa make up.

Mutia menghampiri mamanya yang melakukan rutinitas paginya, menyiapkan makanan. Kali ini Mutia membantu memindahkan piring dari dapur ke ruang makan. Kebiasaan yang Mutia lakukan jika sedang menginginkan sesuatu.

"Mau apa?" tanya Raisha langsung setelah keduanya menyelesaikan kegiatan.

"Hehe, mau main ke apartemennya Salsa. Boleh?" cengir Mutia.

Raisha mengangguk. "Yaudah, tapi makan dulu di rumah."

Mutia bersorak senang. Mamanya ini memang yang terbaik! Dengan segera gadis itu memakan makanan yang sudah disiapkan.

🌷🌷🌷

Satu hari sebelum memutuskan pergi, Mutia sempat menghubungi Salsa. Jaga-jaga saja siapa tahu Salsa sudah pindah apartemen atau sedang tidak bisa diganggu. Walaupun di masa depan Salsa tetap menempati apartemen yang sama, tapi ini di dunia yang berbeda.

Bagaimana ya menjelaskannya? Yang jelas menurut Mutia, dunia novel seperti dunia paralel. Setiap hal yang berada di dunia ini diperankan oleh orang yang sama, tapi dengan alur yang berbeda.

Mutia adalah pembaca buku sejak kecil. Baik itu fiksi maupun non-fiksi, Mutia menggelutinya. Bahkan hampir semua genre fiksi sudah pernah gadis itu baca.

Banyak sekali cerita mengenai transmigrasi jiwa ke dalam novel yang Mutia baca, dan kebanyakan hasil akhirnya pasti berbeda dari alur asli novel yang dimasuki. Jadi Mutia tak ingin berpatok pada alur yang sudah dibuat.

Apalagi saat ini Mutia berada pada adegan yang sama sekali tidak dibahas dalam novelnya. Segala yang Mutia lakukan tidak terikat pada alur karena ceritanya memang sudah selesai. Jadi bukan tidak mungkin terjadi hal tidak diinginkan seperti skandal Arda dengan Dini saat itu.

Kembali ke masa sekarang, Mutia sudah berada di depan apartemen Salsa. Jujur, dia sedikit ragu menekan tombol bel di samping pintu. Mengingat temannya itu sungguh budeg walaupun bel sudah dipencet berkali-kali.

Ada cara mudah membuat Salsa membuka pintu dengan cepat, yaitu meneleponnya. Namun, sebagai seorang introvert tingkat tinggi, berbicara lewat telepon dengan Salsa akan mengurangi energinya cukup banyak. Jadi dengan terpaksa Mutia menekan bel terus menerus. Lebih baik fisiknya yang kehabisan energi daripada mentalnya.

"IYA WOI, SABAR ELAH!" Teriakan itu berasal dari dalam.

Mutia bisa menebak jika Salsa tengah misuh-misuh di dalam. Sebagai orang yang santai, Salsa cukup membenci orang yang tidak sabaran. Tapi sayangnya gadis itu malah berteman dengan orang paling malas menunggu seperti Mutia.

"Mutia? Anjir, lo ngeselin banget. Gara-gara lo gue gagal dicium Jaehyun. Huwaaaaa," rengek Salsa tidak jelas.

Sekadar informasi, Salsa adalah seorang pecinta musik Korea. Gadis itu salah satu penggemar boy group Korea, NCT namanya. Dengan anggota sebanyak itu, tentu saja Salsa selalu oleng sana-sini. Namun, satu orang yang tak pernah luput dari halusinasi gadis itu adalah Jaehyun. Mutia bahkan sampai muak mendengar namanya.

"Kebanyakan halu, gue boleh masuk nggak nih?" tanya Mutia basa-basi sebab gadis itu langsung nyelonong masuk setelahnya.

Mutia dan Salsa sebenarnya memang sudah seakrab itu. Tak jarang Mutia justru menghabiskan waktu di apartemen ini saat Salsa sedang lembut. Kejadian di dunia nyata itu, Mutia hanya tidak enak karena dia baru bertemu dengan Salsa setelah sekian lama.

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang