Dua bulan berlalu sejak malam pertemuan dua keluarga itu. Baik Arda maupun Mutia kini sedang keteteran karena harus terus menyiapkan pernikahan mereka di sela kesibukan. Untungnya, para orang tua yang begitu perhatian, rela untuk membantu.
Contohnya adalah Tania. Sungguh sangat beruntung Mutia karena memiliki mertua seorang desainer. Dengan begini, Mutia tak perlu repot untuk mencari desainer yang dapat membuat baju sesuai seleranya. Tania sudah hafal bagaimana selera calon menantunya itu.
Siang hari ini Tania mengajak Mutia untuk ke butik. Mereka akan melakukan fitting baju pernikahan. Seharusnya mereka bersama Arda, tetapi lelaki itu masih sibuk dengan pekerjaannya.
Yah ... Mutia juga sih. Gadis itu bahkan memundurkan pertemuan hingga sore hari. Untunglah Tania sedang tidak memiliki janji temu dengan kliennya.
"Bunda," sapa Mutia saat sudah berada di depan butik. Gadis itu dapat melihat Tania sedang berbincang dengan seorang karyawan kepercayaannya. Mungkin sedang membicarakan perkembangan butik.
"Eh, mantu bunda udah dateng. Sini masuk, Sayang." Yang dipanggil segera menghampiri. Lantas menuntun Mutia untuk masuk ke ruangannya.
Mutia masuk ke dalam ruangan milik ibu mertuanya. Ruangan ini biasa digunakan Tania untuk mendesain pakaian ataupun pekerjaan lainnya.
Tania sengaja meletakkan gaun untuk Mutia di ruang kerjanya. Dia tidak ingin ada yang melihat gaun-gaun itu dan menginginkannya. Dia ingin, gaun Mutia menjadi satu-satunya di dunia.
Tania membuat beberapa desain yang dapat Mutia pilih. Sisa gaun yang tak terpilih dapat Mutia putuskan untuk dijadikan gaun keluarga, maupun Bridesmaids.
Mutia sedikit menyayangkan karena gaun pernikahannya tidak berwarna kuning. Arda meminta untuk menggunakan warna putih sebagai warna utama. Saat itu Mutia menolak, berakhir dengan kesepakatan untuk menggunakan warna coklat muda.
Mutia menghampiri salah satu gaun yang tampak simpel tapi tetap elegan. Gaun ini tidak akan membuat kulitnya terlihat begitu gelap. Pun warnanya yang kekuningan membuatnya menyukai gaun ini.
"Bunda, Mutia mau yang ini." Mutia menatap Tania dengan mata yang berbinar-binar.
Tania tersenyum. "Itu desain pertama yang bunda buat khusus buat pernikahan kalian. Karena kamu suka warna kuning, bunda sengaja pilih warna itu. Terus karena kamu orangnya ceroboh, bunda sengaja bikin gaunnya simpel."
"Yaudah, aku mau coba gaunnya dulu ya, Bun."
🌷🌷🌷
Di tempat yang berbeda, Arda mengacak rambutnya kesal. Lagu yang sudah ia rancang semalaman ditolak oleh agensi. Katanya, lagu ini kurang menarik minat dan Arda tidak mampu menyampaikan pesannya.
Orang gila!
Arda bahkan tidak tidur demi menyelesaikan lagunya. Dia juga membatalkan jadwal fitting baju pernikahan hanya untuk pekerjaannya. Bisa-bisanya bosnya itu seenak jidatnya berkata seperti itu.
Arda memilih untuk memainkan ponselnya. Mungkin dengan beristirahat sejenak dapat memulihkan pikirannya. Lagipula dia butuh inspirasi untuk merevisi lagunya.
Baru beberapa menit menggulir layar, sebuah telepon masuk. Nama Princess Bunny🖤 tertera di sana. Arda menarik napasnya. Belakangan ini ia agak malas berbicara dengan tunangannya, sangat menguras tenaga.
"Halo?"
"Halo. Nanti bisa ketemu?"
Kan. Mutia selalu saja mengganggu. Harusnya gadis itu sadar kalau Arda sedang sibuk. Jadwal fitting saja ia batalkan, apalagi pertemuan tidak penting seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in Another Universe
RomanceKefrustasian Mutia atas meninggalnya sang kekasih membuatnya melampiaskan melalui karya. Mutia menerbitkan novel yang menceritakan kisah hidupnya bersama sang kekasih. Perbedaannya adalah dalam novel itu, Mutia dan sang kekasih akan hidup bahagia be...