40. Bertemu Teman Lama

12 5 0
                                    

Coba tebak apa yang Mutia dapat di hari kedua-nya dipingit?

Gadis itu kembali ke dunia nyata. Mutia sendiri tidak tahu bagaimana ia bisa berada di sini. Yang jelas, Mutia hanya tidur dan terbangun di dunia yang berbeda.

Bagaimana cara Mutia membedakan dunia nyata dan dunia novel? Mudah saja, di dunia nyata, semua benda tentang Arda sudah lenyap. Sedangkan di dunia novel, kamarnya dipenuhi dengan sesuatu tentang prianya.

Kali ini, Mutia tidak terlalu terkejut ataupun kebingungan. Justru, kembalinya ia ke dunia nyata membuktikan kebenaran spekulasinya. Mungkin yang perlu Mutia lakukan saat ini adalah mencari tahu apa yang terjadi padanya. Juga bagaimana ia terus berpindah dunia.

Pertama, mungkin Mutia perlu menjelajahi seisi kamarnya. Gadis itu yakin jika petunjuk utama pasti berada di dalam kamarnya. Sebab tempat inilah yang seringkali menjadi sarananya berpindah dunia.

Apa yang Mutia periksa lebih dulu? Tentunya bagian yang paling sering ia gunakan, meja kerjanya. Seperti biasa, di sana ada tumpukan buku yang sengaja Mutia letakkan di sana. Biasanya, itu adalah buku-buku yang belum selesai dibaca oleh Mutia dan akan kembali dibaca saat suntuk dengan pekerjaan. Selain itu, ada juga buku-buku semacam bullet journal yang berisi tentang habit tracker, spending tracker, bahkan monthly budget. Mutia lebih suka mencatat semua hal di dalam buku dibanding ponsel.

Mutia mengambil buku coklat yang berada di tumpukan paling atas. Buku ini adalah milik Arda. Buku yang baru sempat ia baca dua halaman awalnya. Sepertinya Mutia harus membacanya nanti. Sebab buku ini adalah satu-satunya barang tentang Arda yang masih bertahan di kamarnya.

"Mutia, turun dulu yuk? Kita sarapan," teriak Raisha. Dari suaranya, sepertinya wanita itu berada di lantai bawah. Mungkin sedang memindahkan makanan di dapur ke ruang makan.

Mutia meletakkan buku coklat itu kembali ke tempatnya. Lantas memilih untuk turun dan makan. Entah apa alasannya, yang jelas Mutia merasa jika dia harus membiasakan diri untuk hidup dalam dua dunia. Dia harus menjalani kehidupannya di dunia nyata maupun dunia novel.

"Pagi, Mama," sapa Mutia ketika sampai di ruang makan. Gadis itu mengecup pipi Raisha yang membuat wanita itu menatap heran. Tumben sekali Mutia bersikap romantis seperti ini?

Mutia tak acuh, gadis itu terlihat begitu ceria hari ini. Sangat berbeda dengan kemarin yang terus menangis sepanjang hari. Diam-diam, Raisha merasa lega karena anaknya sudah bisa move on dari mendiang kekasihnya.

Ngomong-ngomong, coba tebak apa yang membuat Mutia dapat terlihat begitu bahagia walaupun tanpa kehadiran Arda? Tentu saja karena ibunya! Mutia benar-benar bangga memiliki ibu sekuat Raisha.

Jika Mutia berada di posisi Raisha, entah apa yang akan terjadi padanya. Dia bahkan begitu terpuruk setelah kehilangan Arda, padahal hubungannya hanya berjalan selama empat tahun, itu pun belum mengarah ke hubungkan yang lebih serius. Sedangkan Raisha bisa bertahan lebih dari dua puluh tahun setelah kehilangan suaminya. Padahal mereka sudah menjalani hubungan total sepuluh tahun.

Yah, mungkin dirinya juga menjadi alasan Raisha untuk tetap bertahan. Dimas, papa Mutia pasti akan sedih jika Raisha terus terpuruk atas kepergiannya sampai mengabaikan putri mereka. Jadi Raisha memutuskan untuk melanjutkan hidup bahagia bersama putrinya.

Tapi, bagaimana rasanya ketika putri yang menjadi alasannya untuk hidup dinyatakan koma dan tidak diketahui kapan akan sadar?

"Hari ini aku ada jadwal apa, Ma?" tanya Mutia. Selama di rumah sakit, Mutia tak bertemu dengan satu pun rekan kerjanya. Jadi gadis itu tak tahu apa yang terjadi dengan pekerjaannya.

"Mama juga nggak tau. Waktu kamu kecelakaan dan dinyatakan koma, agensi langsung mengumumkan kalau kamu Hiatus sampai waktu yang belum di ditentukan. Mungkin kamu bisa ke agensi aja langsung kalau udah baikan, temuin manajer kamu."

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang