31. Rayuan

17 7 0
                                    

Apa kalian berpikir kalau Mutia benar-benar berhenti mempersiapkan pernikahan? Jika iya, maka kalian salah. Gadis itu hanya sedikit kesal dengan Arda. Dia berharap dengan ini Arda bisa menyadari kesalahannya.

Dan benar saja, tak perlu menunggu dua puluh empat jam untuk membuat Arda sadar. Sebab pukul enam pagi keesokan harinya, Arda sudah datang ke rumah gadisnya. Dia tidak peduli jika agensi memarahinya karena tidak kunjung menyelesaikan albumnya. Yang terpenting baginya saat ini adalah membuat Mutia mengubah keputusannya.

Pernikahan harus tetap diadakan di tanggal yang mereka rencanakan. Tepat satu tahun setelah pertunangan mereka. Hari di mana katanya Mutia mengalami kecelakaan dan masuk ke dunia novel.

26 Desember 2023

Jadilah saat ini Arda berdiri di depan pintu rumah kekasihnya. Di tangannya, ada sebuket mawar kuning kesukaan Mutia. Dia harus bisa meluluhkan gadis kesayangannya itu.

"Eh, Arda. Kenapa, Nak? Kok pagi banget? Mutia aja belum bangun," kata Raisha yang membukakan pintu.

Tentu saja Mutia belum bangun, sebab Arda sengaja datang sebelum gadis itu bangun. Kalau Mutia sudah bangun, belum tentu gadis itu mau menemuinya 'kan? Jadi untuk mengurangi resiko penolakan, Arda datang lebih pagi.

"Gapapa, Ma. Arda ke atas ya? Mau sekalian bangunin Mutia," pamitnya tak ingin berlama-lama.

"Arda." Arda menghentikan langkahnya saat Raisha memanggilnya.

"Mama tau kalian ada masalah. Walaupun Mutia nggak pernah cerita, wajah kusutnya tiap pulang belakangan selalu keliatan jelas. Mama percaya sama kamu, dan tolong jangan kecewakan mama. Jaga Mutia dengan baik."

Tidak ada jawaban dari Arda. Bahkan sampai Raisha berlalu pun, lelaki itu masih mematung. Tidak menyangka dia akan mendapat petuah seperti itu dari calon mertuanya.

Selama ini, Raisha tidak pernah ikut campur dalam hubungan keduanya. Berbeda dengan Tania yang kerap memberi nasehat, Raisha cenderung cuek. Membiarkan Mutia mengambil jalannya sendiri selama anaknya itu bahagia. Bahkan saat Arda terkena skandal dulu, Raisha sama sekali tak memberi nasehat apapun.

Jika begini, bukannya berarti Arda sudah keterlaluan?

Arda mencoba untuk abai. Yang terpenting saat ini adalah berbaikan dengan Mutia. Dia tidak ingin pernikahan mereka diundur dan berujung gadis itu semakin ragu.

Arda memasuki kamar Mutia tanpa mengetuk pintu. Mutia itu malas sekali bangun pagi. Jadi saat ini, pasti gadis itu masih bergelung dengan selimutnya.

Sayangnya, perkiraan Arda salah. Mutia berdiri di sana. Di depan kamar mandinya dengan handuk kimononya. Matanya terbelalak menatap seseorang yang baru saja memasuki kamarnya tanpa izin.

Sial!

Sudah Arda bilang, kan? Belakangan ini ia lebih ganas saat bersama Mutia. Disuguhkan pemandangan indah seperti ini membuatnya semakin yakin untuk segera menikahi kekasihnya. Dia sudah tidak bisa menahan!

"Kok nggak ketuk pintu dulu sih?!" sentak Mutia.

Sebenarnya, Mutia sudah biasa tampil dengan busana minim di depan Arda. Hanya saja setelah insiden yang terjadi di hotel waktu itu, rasa malunya seakan bertambah dua ratus persen.

Di otaknya saat ini terbayang bagaimana Arda menjamahnya dengan lembut saat itu. Mereka bisa saja melakukannya lagi, toh sebentar lagi akan menikah. Tapi 'kan mereka ceritanya sedang bertengkar!

"A-aku mau ngomong sama kamu. Tapi kayaknya nanti aja. Kamu pakai baju dulu, aku tunggu di mobil." Tanpa menunggu balasan, Arda segera nyelonong keluar. Bisa gawat kalau dia lama-lama berada di sana.

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang