41. Bandel

16 6 0
                                    

Mutia terlena dengan pelukan yang diberikan oleh Salsa. Gadis itu terus menangis, menceritakan segala keluh kesah yang menghinggapi hatinya. Mencoba menghilangkan segala kegundahan yang mengganjal di hatinya.

Sekali lagi, Mutia mendapatkan kenyamanan dari seseorang selain Arda.

Saat itu, Mutia yang sibuk menangis tentu saja kelelahan. Gadis itu akhirnya tanpa sadar tertidur dalam pelukan Salsa. Entahlah apa yang dilakukan Salsa kemudian.

Apakah sahabat dari Mutia itu memapahnya ke kamar? Atau malah membiarkannya tidur di ruang tamu? Apapun yang Salsa pilih, Mutia harap itu tidak akan menyusahkan dirinya sendiri.

Yang paling penting adalah ... Mutia kembali ke dunia novel. Sebenarnya hal ini sudah gadis itu prediksi, tapi perasaan terkejut saat menatap kamarnya yang berbeda tak bisa dihindari. Mutia ingat betul perasaan itu, campur aduk antara senang, sedih, dan dilema.

Perasaan campur aduk yang Mutia alami membuat energinya selalu terkuras. Eh, apa jangan-jangan itu efek dari berpindah dunia? Jika begitu, akan lebih baik untuk berpindah dunia beberapa waktu sekali agar energinya tak mudah habis.

Kembali ke saat ini, Mutia tengah kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Raisha sedang berada di luar rumah, dan ia pun tak bisa pergi karena sedang dipingit. Rasanya sangat membosankan, padahal harusnya Mutia sudah terbiasa menghabiskan waktu di kamar tanpa melakukan apa pun.

Apa mungkin dia bosan karena tidak bisa bertemu dengan Arda?

Sekarang? Apa yang harus Mutia lakukan? Dia hanyalah seorang anak nolep yang tak memiliki banyak teman. Jika keluar dari rumah, Mutia hanya akan menghabiskan waktu bersama Raisha, Arda ataupun Salsa.

Sekarang, siapa yang bisa Mutia ajak keluar? Tidak mungkin Raisha, wanita itu sedang pergi sekarang. Salsa? Selain bosan karena baru saja bertemu, Mutia juga paham bahwa jam segini adalah waktu Salsa untuk bekerja, jadi ia tak ingin mengganggu.

Ugh, betapa tidak enaknya menjadi penulis lepas yang tak memiliki kegiatan apa pun. Mutia jadi tidak tahu harus melakukan apa. Tapi kalau ditawari untuk bekerja tetap dan terikat dengan jadwal, Mutia juga pasti tidak mau sih. Secara gadis itu 'kan mudah bosan, jadi tidak suka melakukan segala sesuatu dengan 'terlalu rutin'.

Apakah Mutia harus menghubungi Arda? Walaupun sedang bekerja, Arda pasti sama sekali tidak masalah jika diganggu. Tapi jika Mutia menghubungi Arda, itu sama saja dia melanggar peraturan yang sudah ditetapkan ibunya.

"Argh, ngeselin banget. Kenapa harus dipingit sih? Mana ditinggal sendirian di rumah. Seenggaknya temenin gitu," amuk Mutia.

"Bodo, ah. Pokoknya ini salah mama karena ninggalin gue sendirian di rumah sampai bosen."

Mutia segera mengambil ponselnya. Lantas mengirim pesan kepada Arda. Mencoba tidak peduli kepada hatinya yang mendadak gelisah.

Arda 🖤

Sayang|
Aku kangennnnnn:(|
Sendirian di rumah nih, kamu nggak pengen ke sini?|

_______________

Perlu waktu yang lumayan lama untuk Arda membalas pesannya. Mungkin lelaki itu sedang sibuk sampai tidak sempat membuka ponsel. Walaupun begitu, Mutia yakin Arda akan langsung membalasnya ketika membaca pesannya.

Arda 🖤

|Eh, bukannya kita nggak boleh chattingan dulu ya?
|Kita juga belum boleh ketemu, Sayang.
|Sabar dulu ya, aku juga kangen banget sama kamu😘

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang