25. Berubah

32 6 0
                                    

Arda memilih kembali ke kota asalnya. Sebelum itu, ia sudah menghubungi Tania untuk tidak pergi karena ia lah yang akan pulang. Agensi pun sudah mengizinkannya mengambil libur setelah membayar ganti rugi.

Semuanya baik-baik saja sebenarnya. Hubungannya dengan Mutia masih berjalan. Dokter mengatakan kalau Arda hanya perlu istirahat lebih banyak. Juga para penggemarnya yang justru mendukungnya untuk rehat.

Hanya saja, ada sesuatu yang berbeda dari hidup Arda. Mutia-nya.

Mutia adalah seorang gadis yang manja. Mungkin karena dia kehilangan figur ayah saat masih kecil. Jadi ketika memiliki sosok yang mampu menggantikan papanya, gadis itu akan meminta seluruh kasih sayang lelaki itu untuknya.

Arda tidak keberatan, sungguh. Dia senang jika Mutia bergantung padanya. Dia merasa dibutuhkan dan memiliki tujuan hidup.

Sayangnya, keputusan fatal yang diambilnya telah mengubah Mutia-nya.

Hari ini Arda kembali pulang dengan tangan kosong dari rumah Mutia. Gadis itu masih tidak bisa ditemui. Dia sibuk dengan promosi bukunya yang kini sudah memasuki waktu pre-order.

Kesal, Arda membanting pintu rumahnya. Membuat Tania yang berada di dapur sontak menghampirinya. Wanita yang sudah memasuki kepala empat itu sama sekali tidak terkejut saat anaknya lagi-lagi pulang dengan wajah murung.

"Masih belum bisa diajak ketemu, Ar?" tanya Tania lembut.

Arda sedikit terkejut saat bundanya datang. Ia kira di rumah tidak ada siapa-siapa. Karena jam segini biasanya Tania sedang berada di butik.

"Ya gitulah, Bun. Bunda kok udah pulang?" Arda memaksakan senyumannya.

"Bunda lagi capek, pengen libur aja," ujar Tania.

Arda hanya mengangguk. Tanpa sepatah kata pun, Arda beranjak ke kamarnya. Meninggalkan Tania yang menatapnya sendu.

🌷🌷🌷

Pagi lagi-lagi terasa hambar. Tak ada lagi sapaan manis dari sang terkasih. Jangankan sapaan manis, pesannya saja belum dibalas sejak dua hari yang lalu.

Arda memilih untuk mandi. Mungkin air dingin bisa membantu mendinginkan otaknya yang sudah begitu panas memikirkan setiap masalah yang menimpanya. Mungkin saat ia keluar nanti Mutia akan membalas pesannya.

Nyatanya, tiga puluh menit Arda habiskan dengan sia-sia. Tidak ada ketenangan yang ia dapatkan dari kamar mandi. Yang ada malah dia kedinginan.

Deringan telepon mengalihkan perhatian Arda. Lelaki itu bergegas menyampirkan handuknya di pundak. Memeriksa ponselnya sejenak.

Princess Bunny🖤 is calling

Ini serius? Mutia menelponnya? Demi apa?!

Dengan wajah yang sangat terlihat bahagia, Arda mengangkat teleponnya. Dia harus bersikap baik kali ini. Jangan sampai membuat gadisnya semakin marah.

"Halo sayang?"

"APA SAYANG SAYANG?!"

Arda menjauhkan telinganya dari ponsel. Gadisnya ini kenapa suka sekali berteriak sih? Untung sayang.

"Jangan teriak-teriak, Tia. Aku nggak budek. Kamu kenapa telpon?"

"Hari ini aku mau ketemu. Jam tiga di taman biasa. Bisa?"

Second Chance in Another Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang