Satu hari menghabiskan waktu di kota orang, lima orang manusia itu memilih pulang. Mutia adalah dalang dari kepulangan mereka yang mendadak. Gadis itu merasa tidak enak karena membuat orang tuanya dan orang tua kekasihnya meninggalkan pekerjaan.
Setelah pulang dari luar kota, tak ada yang berubah dari kehidupan mereka. Hanya saja, kini mereka semakin dekat dan sering meluangkan waktu bersama. Terlebih lagi Arda dan Mutia yang semakin lengket.
Seperti saat ini, Mutia masuk ke rumah Arda tanpa izin. Tadi dia sudah menghubungi Tania, mengatakan siang ini akan bertamu. Tania tentu saja mengiyakan, menyuruh Mutia langsung masuk karena dirinya sedang tak berada di rumah. Sementara Arda pasti sedang menghabiskan waktu di ruang musik.
Dengan langkah perlahan, Mutia menyusuri rumah tunangannya. Menelisik setiap inchi bangunan yang menjadi saksi bisu pertumbuhan lelakinya. Tempat yang menyimpan beribu kenangan indah masa pacaran keduanya.
Satu pertanyaan keluar dari benaknya. Saat istana ini kehilangan pangerannya, apakah keadaannya masih sebaik ini?
Ah, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Harusnya saat ini Mutia menikmati kehidupannya.
Mutia sampai di sebuah pintu yang tidak tertutup rapat. Dari dalam sana, terdengar suara piano yang tengah dimainkan seseorang. Seingatnya, ini masih intro lagu.
I found myself dreaming in silver and gold
Saat intro selesai, Mutia langsung menyanyikan bagian awal lagu. Membuat Arda yang sudah membuka mulutnya menoleh. Lelaki itu tersenyum mendengar suara lembut kekasihnya.
Like a scene from a movie that every broken heart knows
Mutia memilih masuk dan menutup pintu. Lantas menguncinya dengan rapat. Berharap tidak ada siapapun yang akan mengganggu kebahagiaan mereka saat ini.
We were walking on moonlight, and you pulled me close
Mutia duduk di sebuah kursi. Gadis itu terus bernyanyi. Masih dengan diiringi tatapan memuja dari Arda.
Split second and you disappeared and then I was all alone
Arda mengalihkan pandang dari kekasihnya. Saat itu, Mutia memejamkan matanya. Tiba-tiba saja ingatannya terlempar pada kehidupan aslinya.
I woke up in tears with you by my side
A breath of relief, and I realizedHari itu, sehari setelah kematian Arda. Pagi di mana ia terbangun dengan begitu bahagia. Memikirkan prianya akan merajuk sebab Mutiara terlambat bangun. Hari di mana Mutia berakhir dengan tangisan di sepanjang waktunya.
Jika hal itu sampai terjadi lagi, Mutia tidak tahu akan bagaimana dirinya.
No, we're not promised tomorrow
Benar. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi besok. Apakah ia masih bisa bernapas? Apa ia akan terus bersama Arda? Apa ia akan selamanya terjebak dalam dunia fantasinya?
Namun, tak ada yang bisa Mutia lakukan. Satu-satunya cara untuk tidak menyesal adalah menjalani kehidupan ini dengan baik. Entah bagaimanapun akhirnya.
So I'm gonna love you like I'm gonna lose you
I'm gonna hold you like I'm saying goodbyePikiran buruk mulai menyelinap. Bagaimana jika Arda bukan jodohnya? Di kehidupan yang lalu, Arda meninggalkannya begitu saja. Lalu di kehidupan yang sekarang, hubungannya dengan Arda mulai mengalami banyak rintangan yang sebelumnya tak pernah hadir.
Masa bodoh! Kalau pun Arda bukan jodohnya, maka Mutia tidak akan menyesal. Dia akan sangat bersyukur pernah bertemu dengan lelaki sebaik Arda. Apalagi mendapat banyak kasih sayang dari lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in Another Universe
RomanceKefrustasian Mutia atas meninggalnya sang kekasih membuatnya melampiaskan melalui karya. Mutia menerbitkan novel yang menceritakan kisah hidupnya bersama sang kekasih. Perbedaannya adalah dalam novel itu, Mutia dan sang kekasih akan hidup bahagia be...