26 Desember 2022.
Tanggal itulah yang tertulis di pojok kanan bawah laptop Mutia. Apa ini? Dia kembali ke satu tahun yang lalu?
Tidak masuk akal. Mengapa? Pertama, dia mungkin hanya lupa mengganti settingan tahun. Kedua, tanggal 26 Desember di tahun 2022 adalah hari kematian Arda. Mana mungkin mamanya begitu santai bahkan sempat-sempatnya membuat kue kering?
Oh, jangan lupakan kalau nanti malam ia akan bertunangan!
Awalnya, Mutia benar-benar yakin bahwa tanggal di laptopnya memang eror. Akan tetapi, ia justru ditampar oleh kenyataan ketika garis yang tadinya berputar mendadak berhenti. Menampilkan bermacam-macam pemberitaan mengenai kata kunci yang ia masukkan.
Musisi kesayangan negeri, Ardandi Martias Handoko akan segera melangsungkan pertunangan.
Sempat hiatus, kini musisi terkenal Ardandi kembali dengan kabar mengejutkan.
Empat tahun menjalin kasih, Ardandi dan Mutia akhirnya bertunangan.
Arda, Arda, Arda. Semua judul berita itu pasti menyangkut namanya. Lantas mengapa semua menyebutkan tentang pertunangan.
Bukankah orang yang sudah mati tak bisa bertunangan?
Lagipula yang ia cari itu berita pertunangannya, bukan pertunangan Arda. Mengapa yang muncul malah nama mantan kekasihnya?
Eh tunggu-
Arda, pertunangan, 26 Desember. Sesuatu yang familiar dalam ingatannya. Tapi apa ya?
Argh, semuanya terasa begitu memusingkan. Apakah yang ia alami setahun ke belakang adalah sebuah mimpi? Tapi mengapa begitu panjang?
Kalau benar setahun belakangan adalah mimpi, maka kerja keras adalah satu-satunya penyesalan Mutia. Dia tidak akan pernah melupakan betapa lelahnya mengebut naskah, lalu merevisinya habis-habisan. Belum lagi dengan segala hujatan editor yang harus ia terima sebagai kritikan, sungguh menguras fisik dan mental.
Oh, jangan lupakan berbagai gunjingan yang harus Mutia terima dari berbagai sisi. Kemudian harus mendatangi banyak acara untuk menghindari skandal. Berpura-pura dan terlihat baik-baik saja walaupun ia begitu lelah dengan setiap hal yang terjadi.
"Anjirlah, ini gimana sih? Pusing."
Mutia pergi tanpa mematikan laptopnya. Berbaring di kasurnya untuk mengistirahatkan pikirannya. Berharap semua kerumitan ini pergi dari kepalanya.
Berkali-kali Mutia mencoba memejamkan matanya. Tidur sejenak mungkin akan membantunya menenangkan diri. Tapi seberapa banyak pun Mutia mencoba, semua itu hanya sia-sia.
Memantapkan hati, Mutia kembali duduk di hadapan laptopnya. Tak ada masalah yang bisa diselesaikan dengan tidur.
Kematian Ardandi Martias Handoko
Jantung Mutia berdebar menanti berhentinya ikon loading. Dia tidak mengerti tentang apa yang ia inginkan. Di satu sisi, kesuksesan karir adalah impiannya. Namun, di sisi lain, hidup bahagia dengan Arda juga mimpinya. Mimpi yang ia kira tak akan pernah terwujud setelah raga lelaki itu dipendam dalam tanah.
Tapi kini ... Mutia seakan diberi harapan untuk mewujudkan mimpinya. Jika spekulasinya benar, maka hidup bahagia dengan Arda bukanlah sebuah kemustahilan.
Penelusuran Anda tidak cocok dengan dokumen apa pun
Arda masih hidup.
Apakah ini mimpi? Jika iya, tolong jangan bangunkan Mutia. Biarkan ia bermimpi selamanya.
Tapi ini tidak mungkin mimpi. Semuanya sangat nyata. Bahkan jika Mutia menampar dirinya sendiri, rasa sakitnya pasti akan sangat terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in Another Universe
RomanceKefrustasian Mutia atas meninggalnya sang kekasih membuatnya melampiaskan melalui karya. Mutia menerbitkan novel yang menceritakan kisah hidupnya bersama sang kekasih. Perbedaannya adalah dalam novel itu, Mutia dan sang kekasih akan hidup bahagia be...