"Mulut mu mengomentari hidupku, mengapa tidak sekalian atur biaya hidupku?"
•
•"Cantik dan ganteng banget sihh." Sheila menatap Zea yang mengunakan pakaian warna gelap, menyamakan warna baju Arden.
Arden mengeluarkan kacamata hitam dari saku baju dan memakainya. "Oh, iya, dong."
Sheila tersenyum menatap bocah laki-laki dengan kacamata hitamnya. "Eh? Makin tambah ganteng kalau kayak gitu."
Arden cengengesan. "Hehehe, siapa dulu dong... Arden gitu lho."
"Udah siap?" Zea mengangguk.
"Siap!" Arden berjalan terlebih dahulu.
Zea menyamakan langkahnya dengan Sheila. "Makasih."
Sheila menatap Zea dan mengalungkan tangannya ke lengan temannya. "Apapun itu demi Arden dan elo."
"Lo sahabat satu-satunya yang gua miliki, dan gua beruntung punya elo."
"Makasih."
••••
Sean, Naufal, Ezra dan Arzan memasuki sekolah dengan celingak-celinguk melihat sekitarnya. Bagaimana dengan Arsa? Justru Arsa merasa dirinya seperti artis, bahkan bocah itu memberikan ciuman jauh untuk cewek-cewek di sekitarnya.
"Dih! Jangan malu-maluin, Cil!" pinta Sean melihat apa yang dilakukan Arsa.
"Jadi Abang malu ajak Arsa?" Arsa menatap Sean dengan cemberut.
"Mending diam."
"Iyain."
"Kezia mana ya..?" Naufal celingak-celinguk mencari keberadaan Kezia di sekitar panggung yang sudah ramai, tapi tidak menemukan Kezia. "Katanya udah siap-siap, tapi kok nggak nongol batang hidungnya?"
"Males ketemu lo, mungkin," kata Arzan.
"Nggak akan lah, gua mau laporan sama nyonya ini," balas Naufal.
Ezra melihat Adara dengan laki-laki duduk di kursi sedang berbincang-bincang dan sesekali tertawa. Ia menghampiri Adara dan tidak menggubris teman-temannya.
"Lo tau Kezia ada di mana?" Tanya Ezra yang langsung to the point.
"Ha? O-oh Kezia? Tadi dia samya Darren di ruang musik, tapi nggak tau kalau sekarang." Adara mengangkat bahunya tidak tau.
"Oke, makasih." Ezra meninggalkan Adara begitu saja dan mencari keberadaan adiknya
"Siap tadi?" Tanya Leon yang bingung tiba-tiba ada seseorang yang menanyakan perihal Kezia pada Adara.
"Abangnya Kezia." Leon kaget.
"Ha? Yang bener aja lo!" Adara mengangguk.
"Kenapa? Ganteng, ya?" Leon menatap punggung Ezra yang menjauh.
"Enggak, masih gantengan gua," kata Leon yang langsung mendapatkan gelak tawa Adara. "Kenapa lo?"
"Iya, deh, ganteng."
Yusra baru saja memasuki gerbang dengan mobil dan para pengawal yang membuatnya mencolok, apalagi satu sekolah mengenalnya karena adik dari pemilik sekolah ini. Menggunakan baju berwarna kuning dan warna merah menyala, sungguh sangat mencolok.
Adara menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan-nya perlahan-lahan. Ia berlari kearah Yusra dengan senyum merekah dan wajah bahagia. Ia mengalungkan tangannya ke lengan tangan Yusra sambil berkata, "Akhirnya mama datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA with ES [END]
Ficção Adolescente"𝐋𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡-𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧" ••••••• Sejak kecil ditinggal oleh sang mama...