Chapter 29

86 9 0
                                    

"Dia seolah-olah memberikan harapan dengan sebuah tatapan"

Aroma harum masakan Sean membuat mata Sheila tiba-tiba segar, padahal baru bangun. Sheila buru-buru menuruni tangga dengan memeluk molangnya ke arah dapur.

"Masak apaan lo? Baunya enak, Gua boleh coba nggak?" Cerocos Sheila mengikuti langkah Sean.

"Lo jangan ikutin gua kayak bocil bisa nggak? Tunggu di meja makan, nanti gua kasih. Kalau kayak gini takutnya lo kena kuah panasnya." Sean hanya khawatir, bukan ingin bersikap ketus pada Sheila.

Sheila memajukan bibirnya. Ia menuruti ucapan Sean dan duduk di kursi sambil menopang dagunya. Menatap Sean kesana-kemari untuk menyiapkan makanan. Sheila tersenyum, ternyata Sean bisa masak. Namun, tiba-tiba pikiran negatif muncul dalam pikirannya. Apa sebelumnya Sean pernah memasakkan makanan pada Anita juga?
Sheila menundukkan kepalanya dengan tetap memeluk molang dalam pangkuannya.

Tiba-tiba ada suara mobil memasuki daerah pekarangan rumahnya. Sheila yang tau itu siapa, langsung beranjak dari duduknya dan berlari keluar. Sementara Sean? Ia tetap melanjutkan menyiapkan masakannya agar Sheila cepat-cepat makan.

"Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Sheila menggeleng.

Hani tersenyum dan mencium bau sesuatu dari dapur. Hani menghampiri asal aroma bau tersebut dan menatap Sheila garang. "Dia siapa?"

Sheila cengengesan. "Dia temen aku yang bantuin dan jaga aku sebelum mami kesini."

"Ohh, ganteng juga," puji Hani.

Hani menghampiri Sean dan menepuk bahunya. Sean berbalik dan sedikit kaget karena orang tua Sheila yang tiba-tiba ada di hadapannya, padahal tadi Sheila sudah bilang kalau nyokapnya akan datang.

Sean mengambil tangan Hani dan menciumnya. "Perkenalkan, nama saya Anka, Tante."

"Kamu beneran temennya Sheila?" Hani menyipitkan matanya mengintruksikan Sean. "Bukan pacarnya?"

Sheila kaget, bukan karena maminya, tapi perkenalan Sean yang menggunakan nama 'Anka' pada maminya.

"Doakan saja, Tan." Sean melirik Sheila dengan tersenyum.

"Kamu nikahin juga nggak apa-apa." Sheila membulatkan matanya karena ucapan Hani.

"MAMIIIII...."

Hani terkekeh. "Bercanda. Tapi kalau mau juga  nggak apa-pa." Hani melirik masakan Sean yang sudah selesai di mangkok. "Kamu masak apa? Harumnya aja sampai depan"

"Mau cobain, Tan? Biar aku siapin. Ini buat Sheila, kasihan udah nunggu dari tadi," tawar Sean.

"Boleh," jawab Hani.

Hani melangkah ke sofa ruang tamu dan duduk di sana. Sementara Sheila menghampiri Sean dan berdiri di sampingnya.

"Ekhem... Ngapain lo pake nama Anka ke mami gua? Bukannya itu panggilan untuk orang terdekat ya?"

"Emangnya lo nggak deket sama gua?" Sheila terdiam dan kembali duduk di kursi meja makan sambil menunggu Sean selesai dengan tenang.

Sean meletakkan mangkok berisi sup di depan meja Sheila dan juga nasi. "Nih, sama nih nasinya, awas! Masih panas"

Sheila mengangguk dan mengambil sendok. Ia meniupnya hanya dengan dua kali saja dan langsung mencobanya. "Akhh, panas-panas"

Sheila mengipas-kipas lidahnya. Sean yang baru kembali setelah memberikan supnya pada Hani langsung bingung dengan sikap Sheila sebelum ia buru-buru mengambil air putih.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang