"Terluka karenanya, tapi tidak membencinya"
•
•Jam menunjukkan pukul 05.20 saat mereka semua sampai di depan rumah Ezra. Mereka semua bertemu dengan orang tua masing-masing saat turun dari bus, kecuali Zea. Arden berlarian menghampiri Zea dan memeluk pinggang kakaknya. Sementara Nathan memeluk pundak Zea dan tersenyum ke arahnya.
"Gimana? Seru nggak?" tanya Nathan.
Zea mengangguk. "Banget."
Arden mendongakkan kepalanya menatap kakaknya. "Kak Zea seneng banget bisa liburan dan habisin waktunya sama temen-temennya. Bisa petik strawberry sama kumpul bareng temennya."
Puk.
Baru saja sampai, pantat Sean sudah dihadiahi pukulan dari Arsa. Sean memilih diam dan menatap Arsa. Tara menahan senyumannya saat melihat Arsa mulai menjahili Sean. Sudah terlihat jelas kalau terdapat bendungan air mata di sana. Sean berjongkok dan langsung memeluk Arsa."Mamii..." Sheila menghampiri Hani dan Endra di sana.
"Gimana, sayang? Seru liburannya?" tanya Endra.
"Seru banget, Pi. Sampai nggak pengen pulang tadi aslinya," jawab Sheila.
"Ya pulanglah, masa mau ninggalin mami begitu aja?" seru Hani.
Sheila terkekeh. "Enggak dong, mami nggak akan aku tinggalin gitu aja."
Naufal buru-buru berlari ke arah Rania dan Fino di sana. Ia memeluk Rania dengan sangat erat dan mencium pipi Mamanya. Fino hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putra sulungnya.
"Jangan berlebihan, kasihan adik kamu," kata Fino.
"Nggak apa-apa, abangnya kayak gini itu juga sayang sama adiknya," balas Naufal mengelus perut Rania.
"Cuman mama doang? Papa enggak?" Naufal tersenyum dan memeluk Fino dengan sedikit tertawa kecil.
"Papa kamu semalaman khawatir sama kamu kalau nggak bisa tidur di sana, soalnya kamu nggak bisa tidur kalau nggak sama guling polkadot abu," kata Rania.
Naufal terkekeh. "Buktinya mata aku masih seger, berarti bisa tidur."
Fino hanya tersenyum menatap putranya. Sangat humoris seperti Rania saat muda, tapi sekarang juga masih humoris, walaupun sedikit seram kalau memarahinya. Apalagi kalau merusak barangnya. Kalau marah saja sudah seram, ketambahan lagi saat hamil sangat sensitif suasana hatinya.
Kezia tersenyum dan berlari ke arah Ezra, begitupun Ezra. Mereka berpelukan sangat erat hingga Kezia sedikit terharu.
"Kok nangis? Adiknya abang kok cengeng." Ezra mengusap pipi Kezia. "Jangan nangis."
Kezia menggeleng. "Cuman kangen aja, ini terharu karena kangennya Zia yang terpendam."
Ezra terkekeh dan memeluk adiknya lagi. Ia mengelus rambut Kezia dan menciumnya. Zayan menghampirinya dan Kezia pun melepaskan pelukannya.
"Seneng?" tanya Zayan.
Ezra tersenyum. "Banget, bisa kumpul bareng sama orang yang kita sayangi itu menyenangkan."
"Ndra! Gua pulang duluan ya?" pamit Arzan kepada Ezra dan teman-temannya yang lain.
"Kenapa buru-buru?" tanya Ezra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA with ES [END]
Teen Fiction"𝐋𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡-𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧" ••••••• Sejak kecil ditinggal oleh sang mama...