Chapter 46

65 4 0
                                    

"Jaga dia, karena dia sangat berharga"

Ketiga gadis duduk berjajar di gazebo dengan menatap laut lepas berhias dengan warna jingga dari matahari yang akan tenggelam. Ini lebih cukup dari yang Adara bayangkan, semua kerisauan, dan ketakutannya seakan-akan hilang setelah kembali lagi kepada Kezia, teman lamanya yang dulu sangat sulit ia dekati. Tapi sekarang mereka duduk berjajar untuk menikmati keindahan matahari.

"Gua mau kita bareng-bareng lagi kayak dulu," kata Adara.

Kezia mengangguk. "Gua juga, gua kangen sama sikap lo yang deketin gua pakai coklat."

Adara tertawa kecil. "Masih suka?"

"Banget, apalagi sekarang makin banyak varian rasa," balas Kezia.

"Besok ke rumah gua, yuk?" Ajak Ara.

"Kenapa?" Tanya Adara.

"Besok nyokap bokap gua nggak ada, jadi gua sendirian di rumah," jawab Ara.

"Oke," balas Kezia.

Tidak hanya Adara kembali kepada teman lamanya, Ara juga memiliki teman baru. Suasananya sekarang akan berbeda, kebahagiaan sudah ada di depan matanya. Kenangan pahit itu akhirnya tersingkirkan tanpa diukir kembali, tapi entah bagaimana kedepannya.

••••

Sore ini, Zea mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa untuk berlibur ke pegunungan bersama teman-temannya. Setelah Sheila jadian dengan Sean, Sheila akhirnya ikut dengannya dan menjadi temannya saat berlibur. Begitu pula dengan Sean, setelah jadian dengan Sheila, sikapnya tidak seperti dulu yang kikuk.

Di sisi lain, Ezra sudah siap dengan kopernya dan baju yang ia kenakan sekarang. Nanti malam, ia akan berangkat bersama teman-temannya. Ada rasa ingin menatap wajah Zea di hatinya. Wajah Zea sudah masuk dalam pikirannya, dan pintu yang tidak terkunci tersebut kembali terbuka dengan sendirinya.

Menatap langit malam. Hari ini sangat cerah, bintang dan bulan berdampingan. Pemandangan ini tidak sering terjadi karena sering mendung, walaupun tidak hujan pula. Kezia datang dari belakang dengan tersenyum sumringah. Ia memeluk Ezra dari belakang. Ezra yang memegangi pagar pembatas balkonnya pun langsung terkejut dengan tangan seseorang yang melingkar di pinggangnya.

Ezra tersenyum menatap wajah Kezia. Pasti ada maunya kalau seperti ini. "Mau apa?"

"Jangan lupa oleh-olehnya," pinta Kezia. "Oh, iya. Dara sekarang jadi teman aku lagi"

"Dara?" Beo Ezra.

"Yang waktu itu lho, masa lupa?" Ezra menggeleng.

"Muka ganteng, kapasitas memori dikit," cibir Kezia.

"Ngakuin juga kalau Abangnya ganteng," ucap Ezra menyugar rambutnya ke belakang.

"Ih, apaan sih! Jangan gitu juga kali bang, malah alay kalau kayak gitu." Lagi-lagi Kezia mencibir Abangnya.

"Biarin." Ezra mencubit kedua pipi adiknya dengan gemas.

"Sakit, bang!"
Kezia memukul-mukul lengan Ezra, tapi tidak menghasilkan apa-apa. Akhirnya, ia mencubit pinggang Ezra yang langsung dilepaskan cubitannya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang