Chapter 32

86 9 0
                                    

"Aku terlalu mempercayaimu, sehingga aku lupa dengan sifat manusia yang bisa berubah kapan saja"

"Dari tadi nggak bersih-bersih ngapain sih? Padahal lombanya udah selesai tapi badan lo masih kotor sama tepung," kesal Garrel, karena Sava yang masih berlumuran tepung.

Keadaan seragam olahraga Sava penuh dengan tepung, tidak tertinggal leher, rambut, dan celananya juga putih. Padahal perlombaannya sudah selesai, tapi Sava tidak segera membersihkan dirinya.

Sava cengengesan. "Gua ketiduran di kelas dengan keadaan kayak gini."

"Lo bisa tidur dengan keadaan lo yang kayak gini?" Sava mengangguk. "Aneh"

"Gua kecapekan, dan nggak sempat bersih-bersih"

Banyak siswa-siswi berlalu-lalang untuk pulang, sementara Sava dan Garrel berdebat pasal keadaan Sava yang putih-putih. Sejak tadi, Sava hanya cengengesan dengan tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

Garrel menghela nafas pasrah. "Lo bersih-bersih sekarang, gua tunggu di lapangan. Jangan lama-lama, keburu malam."

"Kenapa gua harus bersih-bersih di sekolah? Udah jam pulang. Ya, udah, bisa bersih-bersih di rumah lah," balas Sava.

Garrel menjitak kening Sava. "Lo mau pulang dengan keadaan lo sekarang?"

"Bodoh amat."

Garrel mengatupkan bibirnya menahan emosinya, harus tetap sabar. "Udah! Sekarang lo bersih-bersih dulu, abis gitu temuin gua di lapangan."

"Iyaa..."
Sava menuruti perkataan Garrel dan mengambil bajunya di loker. "Puas?" Tanyanya melewati Garrel.

"Cepet!"

Sava hanya melambaikan tangannya tanpa berbalik. Setelah Sava berbelok, Garrel mengembangkan senyumannya. Ia memukul-mukul angin karena gemas. Tidak hanya keadaan Sava saja, tapi wajahnya juga ikut putih karena terdapat tepung di sana, dan itu membuat Garrel gemas dengannya. Ia menghentakkan kakinya. Sungguh, rasanya Garrel ingin berteriak.

Naufal dan Arzan bingung dengan sikap Garrel di koridor. Mereka berdua membawa perlengkapan kebersihan sekolah dari gudang untuk membersihkan lapangan indoor sekolah, dan tiba-tiba disuguhkan dengan melihat Garrel yang bersikap aneh.

"Kenapa tu anak? Kesambet?" Tanya Arzan.

"Kayaknya sih," ujar Naufal menghampiri Garrel.

Arzan langsung mencolek punggung Garrel yang membuat sang empu terlonjak kaget.

"Apaan sih!" Garrel mengusap punggungnya.

"Elo yang apaan, mencak-mencak kayak orang gila," balas Arzan.

Garrel menahan senyumnya. "Nggak ada,"

Naufal melempar pel-pelan pada Garrel dan langsung diterima. "Lagi salting ya lo?"

"Hampir."

"Hampir apaan? Itu udah salting tingkat atas, menyerupai orgil lagi," cibir Arzan.

"Daripada lo."

"Emang gua kenapa?"

"Di tinggal pindah sekolah sama ceweknya," sindiran Garrel mampu membuat Arzan kesal.

Sebelum yang disindir marah, Garrel buru-buru berlari untuk menghindari amukan dari Arzan.
"Sialan! Sini lo!"

Naufal menggelengkan kepalanya dan mengambil ember yang Arzan letakkan. "Gini ni, kalau ada duo bocil yang harus dirawat."

••••

Sheila dan Zea sudah mulai membersihkan lapangan, tapi hanya berdua. Sean dan Ezra juga belum kunjung-kunjung datang. Mereka berdua mendengar suara tawa seseorang dari kejauhan dan menghentikan kegiatannya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang