Chapter 15

114 13 0
                                    

"Memikirkan perasaan orang lain nggak menjamin orang itu memikirkan perasaan kita juga"

Sean membulatkan matanya melihat notifikasi dari kalender di ponselnya. Ternyata hari ini adalah ulangtahun adiknya. Maka dari itu semalam Arsa mengubah raut wajahnya sedih mendapatkan jawaban dari dirinya yang hanya menggelengkan kepalanya. Sean merasa bersalah membuat adiknya sedih. Baru juga bangun dari tidurnya, ia harus buru-buru ke kamar mandi untuk bersiap-siap keluar.

Lima belas menit Sean baru keluar dari kamarnya dan menoleh melihat kamar adiknya yang masih tertutup. Biasanya ia dibangunkan oleh Arsa, entah itu pintu kamarnya didobrak atau langsung masuk memainkan wajahnya.

Sean berjalan meraih kunci mobilnya kearah garasi. Ia mencoba menenangkan dirinya untuk tidak buru-buru karena itu buruk. Merisaukan Gilang yang duduk di bangku teras rumah membaca koran dengan ditemani teh.

"Mau kemana, Ka?" Tanya Gilang melihat Sean melangkah lebar kearah garasi.

"Keluar sebentar."

Gilang mengangguk. "Kamu lupa sama ulangtahun Arsa, kan?"

"Iya."

••••

Di sebuah toko mainan yang baru saja buka dan langsung diserbu berbagai pertanyaan oleh Sean.

"Mbak! Saya mau cari mainan yang paling populer dimainkan anak-anak dan nggak mudah rusak."

"Sebentar." Pegawai toko itu memasuki tokonya mencari sesuatu dan membawa sebuah boneka besar.

"Saya cari mainan cowok, mbak. Bukan cewek," ucap Sean melihat barang apa yang pegawai toko itu bawa.

"Bilang dari awal dong, Kak." Pegawai itu kembali ke dalam dan membawa sebuah box merah. "Ini permainan anak-anak terbaru dan baru keluar, namanya Mainan Mobil Sport Super Car."

"Saya ambil, mbak." Pegawai toko itu membulatkan matanya.

"Beneran, kak?" Sean mengangguk. "Ini satu set dengan yang itu, Kak."

Pegawai toko itu menunjuk box merah di samping Sean yang terdapat banyak mobil-mobilan sport kecil-kecil, dan yang di bawa mbak pegawai toko itu yang besar.

"Saya sudah bilang kan, mbak? Saya ambil!"

"Baik, jadi satu juta dua ratus ribu rupiah." Sean mengeluarkan kartunya dan membayarnya

Setelah selesai membayar dan dibungkus kan pegawai toko sekalian. Sean melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.21 ia terburu-buru. Mungkin jam segini Arsa sudah keluar dari kamarnya dan mencarinya untuk diajak bermain.

"Terima kasih sudah berbelanja di sini."

Sean kembali memasuki mobilnya dan meletakkan hadiah Arsa di sampingnya. Ia menjalankan mobilnya ke daerah pantai untuk membeli es kelapa di tempat favorit Arsa saat membeli es kelapa. Ia melihat gerobak penjual es kelapa langganan Arsa dan menghampirinya. Belum buka, bahkan pemiliknya baru saja datang menggotong kelapa. Sean membantu orang tersebut agar cepat. Orang itu justru kaget saat Sean membantunya, bagaimana tidak? Tidak dikenal tiba-tiba ikut membantu dan dengan perasaan senang orang itu juga dengan ringan membawanya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang