Chapter 60

166 4 0
                                    

"Lo ninggalin kita tanpa pamitan, Ndra"

Naufal tersenyum puas melihat tumpukan buku album yang telah selesai hanya dengan jangka waktu singkat. Kerena memang temannya. Ia meraih ponselnya, perasaan tidak enak saat melihat grupnya dengan teman-temannya sepi, padahal biasanya biasa-biasa saja.

Tiba-tiba, Sean mengirimkan sebuah pesan untuk ke rumah Ezra. Mengapa harus saat larut malam seperti ini?

Naufal meraih hoodie nya dan mengeluarkan sepeda gunungnya di garasi. Tidak lupa, ia juga mengambil tas untuk memasukkan semua buku albumnya dan membagikannya kepada teman-temannya.
Udara sangat dingin setelah hujan tadi menusuk-nusuk kulitnya. Di teras rumah Ezra terdapat sebuah motor yang memiliki banyak goresan dan penyok karena benturan. Tiba-tiba sekumpulan polisi keluar dari rumah Ezra dan meninggalkan tempatnya. Naufal pun bingung dengan apa yang terjadi.

Setelah meletakkan sepedanya, Naufal berjalan memasuki rumah Ezra yang terbuka lebar. Terdapat tiga orang tertidur dengan selimut yang menutupi hingga dada, dan wajah mereka pucat pasih semua. Naufal lemas melihat ketiga orang-orang tersebut. Sahabatnya, orang yang selalu ramah, dan teman barunya, telah tiada.

Bulir-bulir air mata menetes membasahi pipinya. Di belakangnya, baru saja Garrel datang dengan Arzan yang mengikutinya dari belakang. Mereka bingung dengan Naufal yang terduduk di ambang pintu rumah dengan meneteskan air matanya. Garrel akan menertawakan Naufal, tapi melihat Sean yang keluar dari dalam dengan keadaan mata sembab membuat ia mengurungkannya.

Seseorang yang berharga di ES-nya telah tiada dengan orang tuanya dan teman barunya. Kezia, Zea, dan Sheila hanya diam dengan tatapan kosongnya. Arden diletakkan Sean di kamar Kezia, karena Kezia sendiri yang menginginkannya. Garrel dan Naufal berlari ke arah tubuh Ezra yang terkulai lemas. Tangan Naufal bergetar menyentuh tangan Ezra yang dingin.

Temannya yang sejak kecil menginginkan bertemu dengan Mamanya, sekarang dapat bertemu dengan Varsa. Naufal, Arzan, dan Garrel menangis bersama dengan menatap sahabatnya.

"Lo nggak pamit sama kita, Ndra," kata Naufal. "Katanya kita satu, tapi lo yang berbeda tempat kalau kayak gini."

"Gua bahagia punya elo, Ndra."

"Yang tenang ya, Ndra?"

"Kita bakal tetap satu kayak yang lo inginkan," kata Arzan dengan suara sedikit bergetar.

"ES kehilangan orang yang paling berharga," balas Garrel.

Lino dan Linda tiba dengan langkah terburu-buru jika itu mengenai Nathan, yaitu leader mereka. Setelah Melihat Nathan terkulai lemas. Mereka ikut menangis dengan sesenggukan.
Semuanya merasa kehilangan, dan merasakan suasana yang amat berbeda karena kehilangan salah satu dari mereka.

Hujan gerimis kembali mengguyur hingga membuat tas Naufal yang masih berada di sepedanya basah. Beruntung, tas tersebut anti air.

Kezia diam mematung melihat kedua orang yang ia sayangi. Raganya masih ada, tapi dia telah tiada.

••••

Suasana pagi hari yang sepi. Kezia, Lino, Linda, anggota ES, Darren, Adara, Ara, Aurel, Sheila, Leon dan Bagas berkumpul di rumah Kezia. Mereka semua diam dengan tatapan kosong, kecuali Garrel. Garrel ingin menghidupkan suasana, tapi harus bagaimana?

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang