Chapter 28

79 7 0
                                    

"Kalau prosesmu tidak secepat orang lain, tidak apa, setidaknya kamu sudah berproses"

Upacara sedang berlangsung, dan sekarang bagian amanat pembina. Sheila menghela nafas berat, mengayun-ayunkan sebelah kakinya, karena bosan. Pesan pembina ialah, " Jika ingin pulang langsung pulang, karena banyaknya preman yang berkeliaran dan cuaca yang tidak menentu."

Otak Sheila kembali memikirkan idenya waktu itu untuk pura-pura pingsan lagi. Ia menyenggol lengan Zea. "Gua pingsan ya?"

"Kenapa? Capek?"

Sheila menggelengkan kepalanya. "Perut gua nggak enak"

"Jangan bilang lo lagi datang bulan." Sheila mengangguk cepat.

"Mau gua anterin?" Tawar Zea.

"Nggak deh, gua bisa sendiri," ucap Sheila berlalu ke UKS tanpa pingsan terlebih dahulu.

"Lah? Katanya mau pingsan, tapi, ya, udahlah." Zea kembali berbalik mendengar amanat pembina upacara.

"Ngapain lo? Alasan?" Sean menghampiri Sheila yang hendak menidurkan tubuhnya ke ranjang UKS.

"Perut gua nggak enak," jawab Sheila.

"Kenapa?"

"Cowok nggak perlu tau"

"Harus banget gua jadi cewek demi bisa tau keadaan lo?"

"Nggak juga sih, mending sekarang lo balik ke barisan sono, gua mau tidur," suruh Sheila.

"Kalau gua mau di sini?"

Lagi-lagi Sheila menghela nafas berat. "Gua terganggu"

"Ya, jangan merasa ada gua kalau gitu, gua jagain lo di si-"

"Anka? Ngapain di sini?" Tanya Anita yang tiba-tiba masuk memegangi perutnya.

"Nggak ada, cuman mampir," jawab Sean yang mendapatkan tatapan sinis dari Sheila.

Anita berjalan ke salah satu ranjang UKS dan menidurkan tubuhnya. Sean bingung, Anita terlihat sehat-sehat saja, mengapa ia ikut tidur di UKS?
"Lo kenapa, Ta?" Tanya Sean menghampiri ranjang Anita.

Sheila yang merasa sudah tidak diganggu langsung menidurkan tubuhnya dan menutup matanya, berharap nanti jika bangun sakit dan rasa tidak enak di perutnya berkurang.

"Gua lagi datang bulan," jawab Anita.

"Oh, iya, sekarang tanggalnya ya?"
Sheila membulatkan matanya. Bagaimana Anita biasa saja membicarakan hal tersebut? dan Sean juga, mengapa ia bisa hafal dengan tanggal datang bulannya Anita? Seperhatian itu kah?

"Iya, mangkanya nggak enak. Sekarang lo balik ke barisan lo deh, jangan di sini terus, nanti disangka lo nggak jaga barisan," suruh Anita.

"Iya-iya." Sean melangkah meninggalkan ranjang tempat Anita dan melirik Sheila. Wajah Sheila sangat damai.

Setelah upacara selesai, Zea menyempatkan dirinya untuk melihat keadaan sheila. Ia khawatir, hari ini hari pertama datang bulannya Sheila. Zea khawatir jika Sheila tiba-tiba menangis dan mengeluh karena perutnya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang