"Kenangan kita juga berharga. Jadikan yang baik sebagai pelajaran, dan yang buruk sebagai perubahan"
•
•"Ayo, Ar! Katanya mau joging. Kok malah ikut tidur?" Nathan menatap Arden yang sedang memeluk gulingnya.
"Udah mager," jawab Arden dengan matanya yang tertutup.
Nathan menyahut guling Arden dan mengangkat tubuh Arden untuk berdiri di lantai. Tapi tubuh Arden loyo. Dengan sigap, Nathan memegangi bahu Arden dan menegakkannya lagi. Walaupun matanya masih mengantuk karena tadi ia kembali tidur, Arden memegangi sisi tempat tidur sebagai sanggahan.
"Ayo, Ar!"
Arden melirik Nathan yang sudah bersiap dengan mengenakan kaus kaki dan hanya tinggal memakai sepatu saja. "Bentar, aku siap-siap dulu."
"Cepet," pinta Nathan keluar kamar.
Lima belas menit Arden turun dengan wajah segar, padahal tadi tampak kusam dan malas untuk keluar. Ia menghampiri Nathan yang duduk bersila dengan memainkan ponsel.
"Ayo! Udah siap nih." Semangat Arden kembali lagi.
"Pagi-pagi mau kemana nih?" Tanya Arfan dengan memegangi teh yang baru saja ia buat.
Senyuman Arden merekah. "Mau joging sama Abang."
"Ohh. Hati-hati, kalau mau menyebrang lihat-lihat dulu," pesan Arfan.
Arden mengangguk paham dan hormat kepada Arfan. Arfan terkekeh dengan mengelus rambut Arden sejenak, lalu duduk di samping Nathan. Nathan langsung berdiri dan keluar diikuti Arden.
"Jangan cepet-cepet," pinta Arden.
"Nggak bisa kejar ya..." Goda Nathan.
"Iya, kan langkah Abang lebih lebar," jawab Arden.
Nathan tersenyum mengelus rambut Arden dan mengajaknya pemanasan terlebih dahulu. "Tiruin, pemanasan dulu sebelum joging biar nggak kram dan sakit."
"Iya, ini udah." Arden menirukan gerakan Nathan mengangkat kepalanya dengan kedua jempolnya.
"Bagus."
••••
Adara sendirian duduk di taman sekolah dengan melihat sekitarnya. Ia menghabiskan waktu istirahatnya sendiri dan memilih untuk minum saja daripada ikut makan bersama teman-temannya di kantin. Seorang gadis berlari kearahnya dengan kuncirnya yang bergoyang ke kanan-kiri karena dia berlari.
"Kenapa nggak makan?" Tanya Ara.
"Lagi males, perut gua nggak enak," ujar Adara.
Ara duduk di samping Adara. "Kenapa?"
Adara menaikkan bahunya tanda tidak tau.
Ara tersenyum saat mengingat kalau Adara sudah terbebaskan oleh perlakuan Yusra. Gugatan cerai orang tua Adara juga sudah diurus oleh Faiz karena alasan Yusra meninggalkannya, dan perilakunya terhadap putrinya, sehingga langsung disetujui.
"Kenapa senyum-senyum? Ada hal baru? Ada apa? Gua ngelewatin sesuatu? Kalau ada apa-apa cerita ke gua, gua juga mau tau berita terupdate," cerocos Adara.
Ara tertawa kecil dan memukul bahu Adara pelan. "Jangan langsung tanyain gua segitunya juga kali.."
Adara menunggu kelanjutan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA with ES [END]
Fiksi Remaja"𝐋𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡-𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧" ••••••• Sejak kecil ditinggal oleh sang mama...