Chapter 34

102 10 0
                                    

"Aku bintang, kamu bulan, dan matahari sebagai cahayanya"

"Cuman kecapekan aja kok," kata petugas UKS saat memeriksa Sean. "Belum sarapan kayaknya tadi pagi."

Garrel mengangguk. "Iya, bener. Tadi Anka nggak sarapan di rumah dan langsung berangkat."

"Untuk Minggu depan tolong sarapan terlebih dahulu ya, Sean? Jadwal kamu masih padat, atau boleh izin dulu ke pak Rizal biar nggak kecapekan," ujar Bu Risa yang memeriksa Sean.

"Tidak, Bu. Tinggal seminggu saja, kok. Saya baik-baik saja," balas Sean.

"Tapi kondisi tubuh kami kurang vit."

"Nanti juga sembuh sendiri." Sean turun dari brangkar-nya.

"Tapi ka-"

"Saya baik-baiknya saja, Bu, tidak perlu khawatir," ucap Sean tersenyum tipis.

"Kamu yakin?" Sean mengangguk.

••••

"Kira-kira dia gimana ya? Apa baik-baik aja?" Sheila mondar-mandir di depan Zea.

"Nggak apa-apa, tenang aja," jawab Zea.

Zea sudah pasrah dengan Sheila yang sejak tadi mengkhawatirkan Sean dan terus-terusan bertanya kepadanya. Bahkan Zea tidak habis pikir, saling suka, punya rasa takut yang sama akan terjadi hal yang buruk, tapi tidak ada hubungan. Itulah jika mementingkan gengsi pada dirinya sendiri.

"Duduk, La, gua jadi ikut pusing lihat lo mondar-mandir," pinta Zea.

"Nggak bisa!" Sheila menghentakkan kakinya. "Gua mau nyamperin dia."

Zea langsung berdiri dan mengikuti langkah kaki Sheila yang terburu-buru. "Lo yang bener aja!"

"Iya."

Saat akan berbelok, tubuh Sheila terbentur suatu hal, dan itu tubuh Sean. Dengan sigap, Sean langsung menarik pinggang Sheila saat tubuhnya akan jatuh.
Garrel, Arzan, Naufal, Ezra, tidak tertinggal Zea kaget dan menutup mulut mereka masing-masing.

"Ekhm." Garrel menepuk pundak Sean. "Ingat tempat dan ingat temen"

Sean langsung melepaskan Sheila dan mengelus leher belakangnya. "Kalau jalan hati-hati."

Sheila terdiam. Bahkan setelah mengucapkan hal tersebut Sean langsung meninggalkannya bersama teman-temannya. Tapi ada perasaan sedikit lega setelah mengetahui kondisi Sean. Sheila memeluk Zea dan meletakkan kepalanya di pundak.
"Nggak apa-apa dicuekin, yang penting dia baik-baik aja," katanya.

Zea mengelus punggung Sheila. "Udah?"

Sheila mengangguk, tapi tidak ingin melepaskan pelukannya. "Ikut gua ya, Ze?"

"Kemana?"

"Pantai."

"Iya, abis ini juga pulang, tahan sebentar." Zea mengelus rambut Sheila.

Sudah tidak heran lagi, sifat dan sikap manja Sheila masih ada. Kalau bukan manja kepada Hani, ia akan manja kepada Zea yang selalu ada untuknya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang