Chapter 37

82 10 0
                                    

"Mencintai seseorang, tapi kalah dengan orang yang lebih menarik untuknya"

Sheila sekarang sedang merasakannya. Melihat senyuman dan tawa Sean, Anita, dan Arsa beriringan. Mereka bertiga bermain air, sementara dirinya duduk di gazebo memegangi es kelapa. Sheila juga tidak mau turun, karena tidak membawa baju ganti dan takut jika basah, lalu kotor. Sean sekarang juga tidak terlalu menggubrisnya. Bahkan, dia seolah-seolah hanya bersama Anita dan Arsa saja, tidak mempedulikan Sheila yang sedang menatapnya.

••••

Senyuman itu manis, tapi tidak untukku
Hembusan angin menerpa wajah yang tampak letih. Tapi diriku sedang tidak dalam keadaan letih ataupun kelelahan.

Hanya saja, saat aku melihatmu dengan orang lain dan senyummu mengembang bukan karena ku, itu menyakitkan.
Aku tidak ada hak untuk cemburu, tapi bagai tersayat pisau kala itu.

Jujur, aku dulu menyukaimu karena senyumanmu yang menawan. Matamu ikut tersenyum saat pertama kali aku melihatmu.

Aku tidak tau ini apa, tapi sangat mengganjal saat aku mengingatmu. Aku sering usil dan selalu memiliki keingintahuan untuk mengetahui dirimu terlalu dalam. Tapi itu dianggap terlalu terobsesi.

Maka dari itu, aku hanya bisa melihat, tau dari gosip-gosip yang beredar. Dan yang paling tidak kusukai adalah pura-pura tidak kenal, dan juga seakan-akan tidak pernah saling berbicara. Kecanggungan selalu menyelimuti saat kita berbicara.

Tapi sekarang, kau sudah menyukai orang lain selain aku. Aku ikut bahagia. Lalu aku berdoa agar namamu lenyap dari pikiranku. Aku sudah tidak lagi merasakan sakit dan cemburu saat melihat mu dengan orang lain, tapi bahagia.

Disisi lain, orang yang kau sukai itu melebihi diriku. Dan aku hanya rata-rata dari sekian banyaknya orang-orang di luar sana. Kecanggungan pun sudah tidak pernah menyelimuti lagi, karena kita tidak pernah berbicara seperti dulu lagi.

Aku melepaskan mu. Tapi ini tidak bisa dikatakan melepaskan, karena kita belum terikat sebuah hubungan. Aku hanya mengikhlaskan mu. Terakhir kita berbicara, menjadi sebuah kenangan saja.

••••

"KAK LIA!!" Arsa menghampiri Sheila dengan keadaan bajunya yang basah.

Sheila hanya tersenyum melihat Arsa menghampirinya. "Kenapa?"

"Kenapa nggak ikut main?"

Sean dan Anita masih tertawa di sana. Yang tadinya Arsa berada di sana bersama mereka, tapi saat Arsa tidak ada, mereka tidak menyadarinya. Sheila tetap tersenyum walaupun dadanya terasa sakit.

"Kakak nggak bawa baju ganti, Arsa main aja di sana, kakak lihat dari sini," kata Sheila.

Arsa menjadi cemberut saat Sheila berucap seperti itu. Padahal, ia mengajak Sheila untuk bersenang-senang juga bersamanya, tapi tidak. Sheila seakan-akan tidak ada keinginan untuk bermain bersama Arsa, tapi yang sebenarnya terjadi adalah karena melihat dua insan di sana yang membuatnya tidak mood.

Arsa tersenyum saat memiliki ide. Ia mengambil beberapa batu-batu kecil dan ranting kayu. Ia menuliskan sesuatu di atas pasir pantai dengan menghiasinya batu-batu kecil tersebut. Sheila melihat Arsa bolak-balik. Ia bingung, tapi saat Arsa menuliskan sesuatu di sana. Senyuman Sheila mengembang dengan moodnya yang kembali juga.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang