Chapter 50

71 3 0
                                    

"Berpikir berlebihan, padahal belum dilakukan. Jangan berpikir berlebihan, karena suatu hal yang belum kita lakukan akan membuat pikiran keberatan"

Perasaan aneh tiba-tiba muncul begitu saja. Ezra duduk di taman dengan melamun dan memegangi dadanya yang tiba-tiba sesak. Perasaan aneh ini selalu muncul saat waktu tidak tepat. Ia jadi ingat Kezia. Ezra langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi adiknya karena merindukannya.

Kezia merasakan ponselnya yang bergetar di tas selempangnya. Ia meminta bantuan Darren untuk membawakan minumannya dan mengangkat panggilan dari abangnya.

"Kenapa, bang?"

"Kamu di mana?"

"Pasar malam."

"Sama siapa?"

"Adara, Ara, Darren, sama kak Dinda."

Ezra mengerutkan keningnya karena tidak mengenal Ara, dan kak Dinda yang di sebutkan Kezia.

"Ara itu siapa? Dan Dinda itu juga siapa?"

"Ara itu temen Adara, sekaligus adik kelas aku, dan kak Dinda itu kakaknya Darren."

"Ohh, hati-hati, perasaan Abang kok nggak enak kalau nggak tau keadaan kamu."

"Abang tenang aja, aku nggak apa-apa kok. Bahkan aku malah seneng-seneng sama temen-temen aku di pasar malam. Jangan lupa oleh-olehnya."

"Kalau buah mau nggak? Di sini banyak yang panen."

"Boleh, yang penting dikasih. Hehehehe"

Ezra tersenyum, "Abang kangen kamu, Zia."

"Aku juga kangen sama Abang, hati-hati ya? Cepet pulang biar ada temennya di rumah."

"Iya, kamu juga hati-hati di sana, soalnya nggak ada Abang jadi khawatir yang disini."

Kezia terkekeh. "Aku nggak apa-apa, bang. Abang seneng-seneng aja, jangan berpikir yang nggak-nggak. Aku baik-baik aja kok."

"Tapi Abang yang kepikiran."

"Nggak ada apa-apa, kalau ada apa-apa juga nanti aku cerita."

"Bener?"

"Iya, Abang jangan khawatir."

"Ya, udah, Abang pulang besok malam."

"Iya."

Panggilan selesai dengan Ezra yang mematikannya. Ia bernafas lega dan bersandar pada sandaran bangku taman. Zea datang dengan dua minuman kaleng yang ia bawa dan melemparkannya satu kepada Ezra.

"Abis telponan sama siapa?"

"Kezia," jawab Ezra, yang membuka minumannya.

"Ehm..." Zea mengangguk paham.

Dari kejauhan, Zea dan Ezra melihat Sean dan Sheila berjalan bersamaan dengan Naufal yang menyendiri di belakang.

"AYO!!"
Dengan semangat, Sean mengembangkan senyumannya dan mengangkat kedua keresek yang ia bawa

Ezra tersenyum dan mengikuti Sean ke taman atas. Semua peralatan sudah siap, dan hanya bahan-bahannya saja yang perlu dikeluarkan. Arzan dan Garrel keluar saat mendengar suara-suara dari luar. Mereka semua mengembangkan senyumannya saat Sean membeli daging yang banyak.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang