Chapter 38

77 10 0
                                    

"Sakitnya luar biasa, karena dilepas dengan cara terpaksa"

"Tadi siang kenapa Sheila ke sini?" Tanya Ezra duduk di samping Zea di gazebo.

"Kepo lo"

"Jangan lupa besok"

"Iya, ini udah ke 4 kalinya lo ngomong kayak gitu ke gua," ujar Zea.

"Untuk mengingatkan."

"Gua inget, tenang aja."

Langit malam ini cerah. Banyak bintang-bintang berhamburan, serta sinar rembulan tanpa penghalang. Suasana pun ikut mendukung Zea dan Ezra. Hembusan angin malam, serta pemandangan yang membuat dua insan di sana yang saling berdiam diri untuk menikmatinya.

Sementara Arden sedang tidur di kamar karena ingin tidur lebih awal.

••••

Sebuah Elf dengan bertuliskan SMA ALATRA memasuki sekolah yang mampu membuat siswa-siswi di sekitarnya menatapnya, dan menunggu orang-orang di dalamnya keluar. Sean dan Ezra menatap Elf tersebut dari bawah pohon dengan tatapan datar. Sementara itu, Zea dengan Sheila juga menatap Elf tersebut. Zea dengan perasaan tidak sabar untuk bertemu Nathan, dan Sheila yang ingin tau bagaimana dan seperti apa Nathan itu. Zea dulu pernah bercerita soal Nathan, tapi itu dulu, dan sudah sangat lama sekali.

Terdapat tiga pemuda yang keluar. Nathan menggunakan topi hitam dan tas hitam pula di punggungnya, dan kedua temannya yang baru menuruni elf dengan beradu mulut. Siapa lagi kalau bukan si kembar. Tapi apa ini? Itu hanya laki-laki saja atau perempuan?

Seseorang yang sangat mirip, benar-benar mirip itu sedang beradu dan saling menyalahkan. Mereka sangat mirip. Pertama kali saat melihatnya seperti sama-sama laki-laki, tetapi tidak. Sesuatu yang menonjol di dada mereka membuat yakin kalau salah satu dari mereka adalah perempuan. Pada awalnya dikira kalau itu otot, tapi bukan. Berlino dan Berlinda, saudara kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Rambut Linda yang pendek juga membuat orang-orang disekitarnya salah paham kalau dirinya laki-laki, padahal perempuan.

Berlino dengan panggilan Lino, dan Berlinda dengan panggilan Linda. Baru saja Nathan menuruni tangga, tapi telinganya mulai panas mendengar keduanya beradu di ambang pintu bus.

"Gua duluan, karena gua lahir duluan," sahut Lino.

Linda menarik tangan Abangnya. "Gua duluan, lo harus ngalah sama adiknya."

"Serah gua lah, pokoknya gua duluan."

Karena perebutan jalan untuk keluar, keduanya terjatuh ke depan mengenai punggung Nathan dan membuatnya tersungkur ke depan. Baru saja turun, langsung tertimpa dua si kembar yang membuatnya malu.

"Sialan," umpat Nathan.

Nathan mendorong Lino dan membantu Linda berdiri. Sementara itu, Lino menatap Nathan dengan tatapan sinis. "Mentang-mentang cewek di tolongin duluan, gua sahabat lo gimana?"

"Sendiri." Cukup singkat, tapi mampu membuat tangan Lino menyentuh dadanya.

"Aduh! Sakit hati gua," katanya.

"Nggak usah alay, bangun sendiri," balas Linda.

Nathan mengibaskan tangannya untuk membersihkan pasir-pasir kecil yang menempel, dan juga bajunya.

"Yang mana, Ze?" Tanya Sheila.

Zea terdiam, wajah Nathan dengan waktu kecilnya sangat berbeda. Namanya juga pertumbuhan. Wajahnya tampak lebih cerah, padahal dulu dekil, tapi sekarang sangat tampan, dan auranya terpancarkan.
Zea berjalan mendekat dengan langkah pelan. Ezra dan Sean menatap Zea yang tiba-tiba melangkah mendekati siswa perwakilan SMATRA atau SMA Alatra dengan bingung.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang