Chapter 43

72 3 0
                                    

"Punya otak untuk berpikir, tapi tidak memiliki hati untuk menghargai"

"Cantik, ya?" Kezia mengangguk.

Novelia tersenyum. Temannya sangat menyukai pemandangan laut, entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam. Laut selalu dalam keindahannya.

Darren menatap Kezia lekat-lekat. Ia melihat hal yang lebih indah, yaitu Kezia. Warna jingga muncul saat matahari akan tenggelam, tapi Kezia tidak bisa terus-terusan melihatnya. Ia ingin segera pulang dan mengatur jadwal. Ini sudah mendekati ujian, maka dari itu Kezia ingin mengatur waktunya dan mulai lebih sering belajar lagi.

"Kok cepet banget sih, Kez?" Novelia melihat Kezia yang mengambil tasnya di belakangnya.

"Kan, gua udah bilang kalau sebentar, gua cuman mau ke pantai sebentar buat menenangkan diri aja." Kezia menatap Novelia. "Gua pulang, Vel."

"Ya, udah deh, hati-hati."

Novelia melambaikan tangannya menatap punggung Kezia. Ia melirik Darren yang sejak tadi diam saja, padahal tadi sangat ingin ke pantai mengikuti Kezia.

Novelia menghampirinya. "Tumben diem?"

Darren meliriknya sekilas. "Hem..."

"Gua duluan," pamit Novelia mengambil tasnya.

Darren tidak menggubrisnya. Ia terus menatap laut luas seolah-olah matanya bercerita saat melihatnya. Setelah ia rasa Novelia sudah menjauh, senyumannya mengembang. Hari ini ia bisa bersama Kezia ke pantai, karena itu salah satu keinginannya. Walaupun ada Novelia, tapi tidak apa. Kesederhanaan ini cukup membuatnya bahagia. Melihat 2 keindahan sekaligus, di depannya, serta di sampingnya.

Kezia bersepeda dengan santai dan memasuki daerah pekarangan rumahnya. Sebuah mobil hitam terparkir di halaman rumah membuat ia mengerutkan keningnya. Apa ia melupakan sesuatu?

Suara gelak tawa terdengar jelas saat Kezia memasuki rumah. Terdapat seorang laki-laki yang terlihat awet muda dengan senyumannya. Arden tampak bahagia berseri-seri dan selalu menempel pada laki-laki itu. Kezia menghampiri Zayan yang duduk di samping Zea dan menyalaminya. Tidak lupa, ia juga menyalami tamu, atau pria tersebut.

Sudah tercetak jelas di sana, semua orang terlihat bahagia. Tapi tidak dengan Ezra, ia kira Nathan ke sini akan berkunjung. Ternyata tidak, dia ingin mengambil Zea dan juga Arden bersama orangtuanya, Arfan.
Arfan memeluk Arden yang duduk di pangkuannya dengan menyandarkan kepalanya. Arden benar-benar sangat merindukan Arfan. Hampir setengah tahun ia tidak bertemu. Karena Mamanya, Arden selalu di kunci di kamar dan tidak di perbolehkan keluar. Bahkan saat Arfan ada pun tidak diperbolehkan, padahal Arfan ingin melihat Arden dan tau keadaan putra bungsunya.

"Kamu tidak perlu kerja lagi, Om yang akan membiayai semua keperluan kamu," ujar Arfan.

"Kak Zea nggak perlu capek-capek lagi, dan bisa main sama Arden tanpa kecapean juga," imbuh Arden.

"Iya," jawab Zea.

Zea sangat bahagia hari ini. Dengan keluarga kecil dari Arfan, itu cukup membuatnya tidak kesepian dan kelelahan lagi. Tidak untuk Ezra, mungkin sekarang dia akan mulai kesepian saat Zea akan pergi bersama Arden. Kezia pun mulai disibukkan oleh ujiannya, tapi dirinya juga.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang