"Kesepian itu datang kembali"
•
•Zea dan Sheila meletakkan tubuh Nathan untuk bersandar di pohon agar tidak terus menerus terkena air hujan. Malam ini masih panjang, dan keduanya akan ikut masuk ke dalam saat polisi datang nanti. Zea juga terus mengelus wajah Nathan yang tenang tanpa pergerakan sama sekali. Sangat tenang sekali hingga tidak bernyawa lagi.
"Kenapa? Nggak terima kalau nyawa lo melayang?" tanya Yusra.
"Gila," gumam Sean.
"Dari tadi juga gua mikir kayak gitu," balas Ezra.
Yusra memberikan kode kepada Novelia dan Stella untuk melepaskannya Kezia dan Arden. Setelah terlepas, Kezia dan Arden berlari menuju Zayan dan Ezra. Ezra menekuk lututnya saat Arden berlari ke arahnya dan merentangkan kedua tangannya.
"Udah, jangan nangis. Ada Abang di sini," ucap Ezra.
Arden mengangguk dalam pelukannya. "Bang Nathan sama kak Zea nggak apa-apa kan? Kok aku dari tadi punya perasaan nggak enak."
"Nggak apa-apa kok. Mereka baik-baik aja," jawab Ezra.
"Kebanyakan drama," kata Yusra.
"Daripada lo, dramanya gagal," balas Ezra.
Terdengar jelas, kalau suara sirine polisi datang, tapi Yusra dengan kedua gadis itu masih tenang dan tidak terlihat seperti kepanikan. Yusra dan Novelia mengeluarkan pistol yang sama dengan Stella dan mengarahkannya kepada mereka.
Yusra, Novelia, dan Stella akan bersiap menembak. Mereka juga mendengar suara derap langkah kaki dari arah tangga. Secara refleks, Zayan dan Ezra melindungi Kezia dan Arden dan Sean di belakangnya yang juga melindunginya.
Ezra akan melihat kebelakang untuk melihat Yusra dan kedua gadis itu, tapi Kezia memegangi wajahnya untuk tidak menoleh. Suara tembakan bertubi-tubi terdengar jelas hingga polisi-polisi itu datang dan langsung memasang pelindung untuk Ezra dan Zayan yang melindungi di bagian depan. Tapi terlambat, sudah 2 peluru yang masuk kedalam punggung Ezra, dan 4 peluru masuk ke dalam punggung Zayan serta salah satunya di bahu. Kezia dan Arden menundukkan kepalanya dan menutup kedua telinganya karena ketakutan.
Ezra menahan rasa sakit tersebut dengan memejamkan matanya. Suara kesakitan terdengar dari mulut Zayan yang membuat Kezia mendongak. Kezia meneteskan air matanya saat melihat bahu Zayan terdapat darah hingga meneteskan ke pipinya. Arden mengencangkan tangisannya saat benar-benar ketakutan karena ulah Yusra dan kedua Gadis tersebut.
Setelah suara tembakan itu tidak ada, Ezra tidak langsung mengistirahatkan tubuhnya yang kesakitan dan langsung berjalan ke arah Yusra. Ia kembali menarik kerah wanita tersebut dan memukul bahunya dengan siku tangannya. Yusra meringis saat merasakan bahunya kesakitan. Polisi akan melerai mereka, tapi karena tersulut emosi, Ezra juga melawan polisi yang berdiri di depannya dan menyingkirkannya.
"BERANINYA LO BUNUH NYOKAP GUA DAN KELUARGA GUA JUGA! GUA NGGAK AKAN MAAFIN LO!!"
"MINGGIR, PAK! SAYA MAU MENGURUS URUSAN SAYA."
"Maaf, ini dapat diselesaikan dan di bahas di pengadilan nanti. Mohon bertenang dan jangan membuat emosi menguasai diri anda," jawab polisi tersebut.
Ezra frustrasi dan berbalik melihat Zayan yang terkulai lemas dengan darah yang keluar dari punggungnya. Kezia menangis sesenggukan dengan memeluk kepala Zayan dan Arden yang menggenggam tangannya. Sean tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menenangkan Kezia dengan mengelus punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA with ES [END]
Teen Fiction"𝐋𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡-𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧" ••••••• Sejak kecil ditinggal oleh sang mama...