Chapter 36

84 10 0
                                    

"Aku melihatmu, tapi jauh di lubuk hatiku terasa perih kala itu"

"Mana, bang..." Arsa menggoyangkan lengan Sean. "Katanya bakal hubungi kak Lia, tapi mana...?"

"Kak Lia sibuk, Sa."

"Bohong!" Arsa bersedekap dada. "Sekarang mana hp Abang?" Pinta Arsa.

"Lowbat." Arsa memicingkan matanya menatap Sean. "Udah kelihatan bohongnya."

Arsa menepuk-nepuk pinggang dan celana Sean. Ia menemukan ponsel Sean dalam keadaan mati. Arsa mencoba menyalakannya, dan ternyata baterainya masih banyak. Ia memicingkan matanya lagi ke Sean dan mengotak-atik benda pipih tersebut, lalu menempelkannya pada telinganya. Tidak lama, panggilannya benar-benar tersambung.

"Apaan?" Tanya Sheila langsung.

"Kak Lia!"

"Arsa?"

"Iya ini aku, kak Lia bisa kesini nggak? Arsa kangen... Banget, bang Anka juga."
Sean membulatkan matanya karena kebohongan Arsa yang akan menjebaknya nanti. Apa-apaan ini? Ia bahkan seperti orang yang menjaga jarak dengan Sheila jika bertemu.

"H-ha? Apa?" Sheila cengo dengan ucapan Arsa.

"Kak Lia bisa ke sini nggak? Lagi free kan? Nggak ada kegiatan lagi." Jujur saja, Arsa juga takut jika mengganggu aktivitas Sheila.

Sean langsung menyahut ponselnya.

"Lo kalau sibuk juga nggak apa-apa nggak ke sini, Arsa cuman kangen aja, butuh temen buat main. Soalnya dia beranggapan kalau main sama lo itu seru, dan dia juga dalam keadaan nggak enak badan sekarang," Sean menghela nafasnya. "Kalau sempat, gua mohon lo buat ke sini, kasian Arsa. Gua udah janji bakal turutin semua kemauannya."

Sheila meremas tangannya. "Gua bisa"

"Makasih"

Panggilan berakhir dengan Sheila yang mematikannya terlebih dahulu.

Arsa menarik lengan Sean. "Gimana?"

Sean mengangguk. "Iya"

Senyuman Arsa mengembang. "Kak Lia beneran kesini?"

"Iya, senang?"

Arsa mengangguk cepat dan tersenyum menampilkan deretan giginya. "Banget!"

"Makan dulu biar perutnya nggak sakit, nanti Abang ajak main."

"Main kemana?"

"Ke pantai, sambil beli es kelapa kesukaan Arsa." lagi-lagi Arsa tersenyum senang dan memeluk kaki Sean.

"Makasih, bang!"

"Iya, makan yang banyak." Arsa mengangguk.

••••

Ting!
Bunyi notifikasi ponsel Zea. Ia melirik ponselnya di atas nakas dan membaca sebuah pesan yang masuk. Sempat bingung, karena ini nomor asing.

 Sempat bingung, karena ini nomor asing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang