Chapter 39

76 11 0
                                    

"Ekspektasi gua emang tinggi, tapi tau nggak hal yang lebih tinggi lagi?"
-Berlino Azya Kumala.

"Harapan orang tua kita"
-Berlinda Aya Kumala.

Tangan Nathan sedikit gemetaran di dalam air, tetapi ia harus terus melanjutkan. Cairan merah keluar dari bibirnya dan bercampur dengan air kolam renang. Nathan mengigit bibirnya, menahan sesuatu akan keluar. Sebentar lagi ia mencapai ujung dan berputar kembali untuk mengakhiri perlombaan ini, lalu memenangkannya.

Ezra dengan sepenuh tenaga dan dadanya juga mulai sesak saat ingin menyentuh dinding. Kaki raja tiba-tiba kram di pertengahan jalan. Ia jadi berhenti dan mengangkat tangannya menyerah karena ini sangat sakit. Temannya dan para guru-guru pun membantunya.

Sorakan SMA SYAPDA menjadi-jadi saat Ezra menyentuh dinding terlebih dahulu dan naik mengangkat tangannya dengan tersenyum sumringah. Ia berhasil. Celingak-celinguk mencari keberadaan Zea dan suara Arden tadi, tapi ia tidak menemuinya. Senyumannya tidak se sumringah tadi, tapi Ezra tetap tersenyum. Sean datang dengan Arzan, Garrel, dan Naufal bersamaan dengan drum yang memenuhi pendengarannya.

Sean merangkul pundak Ezra dan menepuk-nepuk nya. "Selamat, Ndra!"

Ezra tersenyum. Ia melihat pak Ihsan dengan pak Rizal beriringan menghampirinya. Senyuman bangga tercetak jelas di wajah keduanya. Ezra menutup kedua telinganya saat suara drum itu semakin keras, apalagi ketiga temannya sangat dekat.

"Selamat, dan terimakasih, Ndra." Pak Ihsan menepuk-nepuk bahu Ezra.
"Nanti jangan pulang dulu, kita makan bareng sama semua peserta dan yang lain." Pak Ihsan melihat teman-teman Ezra.

Naufal, Arzan, Garrel tersenyum girang. Sungguh sangat bahagia mereka sekarang. Dan di mana Zea dan Arden?

Lino dan Linda menarik tangan Zea yang diikuti Arden di sampingnya. Sheila yang tadi ikut menyaksikan perlombaan di bangku bersama para pendukung langsung turun saat temannya ditarik oleh seseorang. Apalagi orang itu datang bersama Nathan tadi.
Sheila pun menarik tangan Zea berlawanan arah.
"Mau bawa Zea kemana?"

"Kita cuman mau bahas soal Nathan," jawab Lino.

"Gua ikut, gua udah tau semuanya soal Nathan kok, tapi gua khawatir kalau Zea lo apa-apain." Sheila menatap mata Lino.

Lino menyetujuinya dan mengajak Sheila ikut juga. Tangan Arden menggenggam tangan Sheila dengan raut wajah takut. "Kak Sheila kenal?"

Sheila tidak mengenalnya, tapi ia mengangguk agar Arden tidak merasa ketakutan ditarik oleh orang asing baginya. Arden mengikuti Zea dan Sheila yang di tarik oleh dua laki-laki tersebut, karena Linda tidak bersuara sama sekali. Itu membuat Arden salah paham kalau Linda adalah laki-laki, padahal perempuan.

••••

Di sebuah taman sekolah yang tampak ramai siswa-siswi, entah dari SMA SYAPDA, SMATRA, ataupun SMA Wirakartika. Lino mengajak Zea dan Sheila duduk di bangku dengan Arden yang mendudukkan dirinya di samping Sheila.

"Lo tau besok hari apa?" Tanya Lino pada Zea.

Zea menggeleng. "Emang apaan? Buruan, gua nggak ada waktu senggang sekarang."

"Besok ulang tahun Nathan lho." kali ini Linda angkat suara.

Arden menggangga, suara Linda seperti suara perempuan. Begitupun Sheila. Ia hampir kaget, tapi memaksa dirinya untuk bersikap natural.

Zea terdiam dan mencoba mengingat sesuatu. Tapi apa ini? Ia merasa tidak mengingat apa-apa mengenai Nathan, ulang tahun Nathan pun Zea tidak mengingatnya.

KALANDRA with ES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang