"Hidupmu tidak akan semakin mudah, dan rasanya semakin banyak tantangan. Jadi, bersiaplah, jangan manja"
•
•Sean memakai sepatu sportnya di pagi-pagi buta karena ia harus pergi ke sekolah lebih awal daripada sebelumnya. Tara juga sibuk dengan peralatan dapur yang membuat suasana dapur menjadi ramai.
Garrel yang terganggu waktu tidurnya langsung menuruni tangga. Ia melirik Tara dan Sean sedang sibuk. Garrel duduk di samping Sean dan bersandar pada sofa. Matanya tidak terlalu mengantuk karena semalam ia tidur lebih awal."Pagi-pagi banget lo ke sana, mau bantuin petugas kebersihan?" Tanya Garrel mengusap-usap wajahnya.
"Enggak juga," jawab Sean menali tali sepatunya.
"Terus?"
"Nyiapin semuanya biar nanti tinggal langsung dimulai acaranya, jadi nggak kesiangan."
Garrel menatap wajah Sean yang terlihat kurang tidur. "Mata lo aja kelihatan capek banget, kurang tidur. Kemarin juga gua lihat masih nyatat materi, nggak capek?"
"Menurut lo? Kalau gua nggak berpatisipasi lebih awal dan nggak ada yang ngasih arah, nanti acaranya dimulainya bakalan telat, alias kesiangan," jelas Sean.
"Ohh, gua cuman bantu doa aja, ya? Hehehe" Garrel menepuk-nepuk punggung Sean.
"Hhm"
"Sarapannya udah siap, bekalnya juga udah bunda taruh di meja, kamu makan gih," suruh Tara. Ia melirik Garrel. "Kamu kalau mau makan sekarang juga nggak apa-apa, barengan sama Anka."
"Nggak deh. Aku bareng Arsa sama om Gilang aja," jawab Garrel.
Sean beranjak dari duduknya setelah selesai dengan sepatunya. Ia berjalan menuju meja makan yang telah disiapkan bekal di atasnya oleh Tara.
Tidak berselang lama, Sean selesai dengan memasukkan bekalnya pada tas. Ia mencium punggung tangan Tara dan mengecup pipi Tara sebentar.Tara tersenyum dan mengelus rambut Sean. "Hati-hati, kalau kecapean istirahat dulu, jangan dipaksain. Awas aja kalau Nita nanti laporan sama bunda"
"Siap! Laksanakan,"
Sean membalas senyuman Tara dan melirik Gilang yang baru menuruni tangga dengan muka bantal, baru bangun tidur.Sean menghampiri Gilang dan mencium punggung tangan Gilang. "Doain biar lancar, Yah"
"Iya, hati-hati," balas Gilang.
Sean mengeluarkan sepeda gunungnya dari garasi dan mulai mengayuhnya. Melewati pantai yang indah. Setengah matahari sangat indah di sana. Wajah manis Sean terkena cahayanya, matanya sedikit menyipit. Dinginnya pagi hari, angin-angin sejuk pagi, jalanan sepi pengendara, Sean sangat menikmatinya. Tersenyum manis menunjukkan lesung pipinya, ia menikmati paginya dengan bersepeda menuju sekolah dan indahnya daerah sini yang tidak pernah membosankan.
Memasuki parkiran bersamaan dengan mobil Sheila. Sean yang awalnya melangkah ingin keluar parkiran. Ia justru melihat Sheila keluar dari mobil dengan seorang laki-laki, dan laki-laki itu adalah Ansel.
Sean melirik sekilas, melihat Ansel mengulurkan tangannya membantu Sheila keluar dari mobil.Sean menjadi malas setelah melihat hal tersebut. Langkah kakinya menjadi lebar menuju ruang OSIS dengan perasaan kesal, padahal Sheila belum menjadi pacarnya. Ia meletakkan tasnya dan keluar ke ruang guru menemui guru pembimbing.
Sementara itu, Sheila tersenyum kearah Ansel. Ia berterima kasih karena Ansel mau menuruti permintaan maminya untuk mengantarkan Sheila lebih awal ke sekolah, padahal Ansel bukan anggota OSIS. Sebenarnya Sheila tidak diperbolehkan untuk masuk sekolah terlebih dahulu oleh Endra, tapi sifatnya Sheila keras kepala. Ia tidak ingin izin di saat acara sekolah dilaksanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA with ES [END]
Teen Fiction"𝐋𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧. 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡-𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧" ••••••• Sejak kecil ditinggal oleh sang mama...