Candu

23.7K 646 6
                                    

"Sayang bagaimana keadaan mu?" Tanya Cellia dengan wajah khawatirnya.

"Seperti yang kau lihat, aku sudah baik-baik saja!"

"Aku benar-benar meminta maaf padamu, aku tidak bermaksud untuk meninggalkan mu. Seharusnya aku tetap mendampingi mu di saat terburuk mu!" Sambung Cellia tulus.

"Tak apa, aku tau alasan kau pergi karena memang ada sesuatu yang sangat penting kan?" Jawab Rayyan datar.

"Tidak, aku terlalu shock mendengar kabar dari Anthonie. Saat itu aku benar-benar takut dan tak bisa berpikir jernih. Ayah takut aku melakukan hal gila jadi Ia mengirim ku ke California untuk menenangkan diri sampai aku benar-benar siap melihat keadaan mu!" Jelas Cellia.

"Dan aku sekarang sudah baik-baik saja!"

"Tetapi aku masih merasa bersalah padamu. Seharusnya saat ini kita sudah menjadi suami istri. Dan sebagai kekasih mu seharusnya akulah orang yang mengurus dirimu, bukan pelayan itu." Wajahnya tertunduk sedih, rasanya memang tidak pantas seorang tunangan pergi saat kekasih nya dalam keadaan kritis.

"Aku sudah tidak apa-apa, dan aku juga mengerti keadaan mu!"

Cklek

Suara pintu terbuka, Rhea pun melangkah masuk menemui Rayyan dan Cellia yang sedang duduk di sofa depan perapian. Melihat gadis itu datang membuat mata Rayyan beralih pandang dan tertuju padanya.

"Ini makan malam untuk Tuan Rayyan dan nona Cellia, saya pikir kalian ingin menghabiskan waktu berdua di kamar ini jadi saya berinisiatif untuk mengantarnya ke sini!" Jelas Rhea sambil menyajikan makan malam di atas meja.

"Terimakasih, maaf..."

"Saya Rhea nona!"

"Oh ya, terimakasih Rhea!" Sambut Cellia ramah. Sedang Rayyan hanya diam menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.

"Ini juga obat yang harus Tuan Rayyan minum setelah makan. Oh ya nona, sebelum tidur kaki tuan Rayyan harus di stimulasi agar mempercepat proses penyembuhannya!" Jelas Rhea kembali sambil meletakkan minyak zaitun di samping obat-obatan yang di taruhnya tadi.

Terlihat sekali bahwa gadis ini sangat telaten dan mengerti kebutuhan Rayyan.

"Rhea...!" Panggil Cellia kepada Rhea yang akan meninggalkan mereka di kamar itu, Rhea pun menoleh.

"Terimakasih banyak...!" Ucap Cellia tulus.

"Terimakasih banyak selama ini kamu sudah merawat Rayyan dengan sangat baik, aku sangat berterimakasih padamu!" Ungkap Cellia lagi.

"Tidak masalah nona, saya memang di bayar untuk itu!" Jawabnya dengan tersenyum.

Melihat senyum itu membuat Rayyan sedikit kesal karena teringat kejadian di dalam kamar mandi tadi. Jika saja Anthonie dan Cellia tidak datang maka Ia sudah berhasil menaklukkan gadis ini. Dan sekarang Rhea berhasil membuat Rayyan merasa uring-uringan.

Tatapan mata pria yang terkenal akan kekejaman nya itu tetap teguh meski Rhea sudah keluar dari kamar ini, semakin lama perasaan nya tidak dapat di kendalikan lagi. Entah itu perasaan suka atau hanya sekedar tertarik karena nafsu, entahlah.

"Rayyan...!" Panggil Cellia pada Rayyan yang seperti fokus pada dunia nya sendiri.

"Ya..."

"Ayo makan!"

Cellia ingin menyuapi Rayyan namun Rayyan menolak nya.

"Aku makan dengan tanganku sendiri, karena aku sudah baik-baik saja. Kau makan lah!" Tolak Rayyan halus.

Rayyan memang terkenal sangat dingin dengan siapa pun. Bahkan terhadap tunangan nya sendiri, Ia bukanlah tipe pria yang suka memanjakan wanita, jadi jangan pernah berharap pria satu ini menunjukkan sikap romantis nya.

Dalam hidupnya hanya lah ada ambisi untuk kemenangan dirinya sendiri, egois memang... Tapi itu lah Rayyan, ia paling tidak suka di saingi oleh siapapun apalagi di kalahkan. Soal percintaan Ia tidak sempat memikirkan hal itu, berbeda dari mafia kebanyakan yang suka bermain wanita, Rayyan lebih suka bermain dengan darah para musuhnya. Tak heran banyak yang mengira bahwa sang bos mafia adalah pria tak normal.

"Kamu kenapa?" Tanya Cellia.

"Tidak apa-apa!"

"Aku tau kamu pria salju, hatimu sangat dingin. tetapi bisakah kamu menunjukkan bahwa kamu senang bertemu denganku kembali?"

"Aku senang bertemu dengan mu!" Jawab Rayyan tanpa ekspresi, Cellia pun tertawa getih.

"Kau memang sebongkah es!"

"... ..."

"Tetapi aku mencintaimu!" Lanjut Cellia lagi dengan Irish mata indahnya menatap mata Rayyan menunjukkan kejujurannya.

"... ..." Rayyan hanya membalas nya dengan tersenyum.

Tatapan Cellia menurun dan berhenti pada bibir Rayyan, tangan nya membelai pipi pria itu dan meraba tengkuknya dengan lembut.

"... ..."

Cellia memajukan kepalanya mendekati Rayyan dan bibirnya mencium bibir Rayyan dengan sangat lembut, Cellia memejamkan matanya menunggu reaksi Rayyan. Ia berharap ada perlawanan dari Rayyan namun Rayyan sangat pasif dan hanya diam pasrah tanpa ingin berinisiatif melakukan lebih.

Saat Cellia mencium nya justru pikiran Rayyan malah mengingat saat ciuman panas nya dengan Rhea, Sungguh ia menjadi gila karena gadis malam itu. Tidak pernah semenginginkan ini ia bercinta dengan seorang gadis. Namun Rhea seperti candu yang membuatnya menggila.

Sikap pasif Rayyan membuat Cellia melepaskan ciuman nya, ini bukan kali pertama terjadi. Cellia sering mendapatkan penolakan dari Rayyan, tidak secara langsung tetapi dari sikap Rayyan padanya.

Namun Cellia adalah wanita terhormat yang tidak akan menunjukkan kekecewaan atau menunjukkan sikap agresif nya. Namun ia tidak akan menolak jika memang Rayyan menginginkan nya.

Ya, meskipun hubungan mereka di dasari oleh sebuah politik namun perlahan ia mulai merasakan cinta pada pria yang telah di jodohkan dengannya. Bukan tidak tahu bahwa Rayyan tidak pernah mencintai nya, juga hubungan perang dingin antara Rayyan dengan ayahnya. Masa bodoh dengan itu semua, Rayyan pria yang mahal dan berbeda. Dan itulah yang membuat Cellia jatuh hati padanya.

"Baiklah, ini sudah waktunya untuk tidur. Dan biarkan aku menjadi pelayan mu malam ini, aku akan mengurus mu seperti yang di lakukan Rhea. Apa dia mengurusmu dengan baik?" Ucap Cellia tersenyum menutupi rasa kecewanya.

"Ya...!"

"Kalau begitu aku akan menjadi lebih baik!"

"Tentu saja!"

"Em, katakan... Siapa yang lebih baik? Aku atau dia?" Pertanyaan standar para wanita.

"Pasti kau, dia memang profesional. Tetapi sangat cerewet dan menjengkelkan!" Jawab Rayyan jujur.

"Apakah itu sangat mengganggu? tetapi dia gadis yang ramah dan ceria. Aku menyukainya!" Review Cellia untuk Rhea.

"Baiklah, kau boleh membawa nya pulang jika mau!"

"Berapa usianya?" Tanya Cellia

"21!"

"Waw... Sangat muda sekali, pantas wajahnya imut dan terlihat sangat energik. Aku harus berteman dengan pelayanmu itu agar bisa tertular aura positif dari nya!" Canda Cellia.

"Terserah kau saja. Tetapi bisakah kita berhenti membicarakan nya?"

Cellia berpikir bahwa saat ini mereka sebagai sepasang kekasih tidak suka membicarakan orang lain. Padahal yang ada dalam pikiran Rayyan adalah sulit nya menahan gejolak yang ada dalam dirinya pada Rhea.

"Baiklah aku meminta maaf. Aku tidak akan membicarakan nya lagi, aku akan membicarakan soal kita berdua. Bukankah seharusnya hari ini aku sudah menjadi istimu?"

"Seharusnya...!" Jawab Rayyan Seadanya

"Apa kau tau siapa menabrak dirimu?"

"Aku sudah tau, dan aku akan segera membereskan nya!"

"Siapa orang itu?"

"Bukan siapa-siapa, jangan khawatir dan aku pasti akan baik-baik saja!"

.
.
.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang