Selamat Tinggal, Luka

3.2K 137 11
                                    

"Rhea, kau di dalam...?" Suara bariton Rayyan terdengar dari luar. Namun Rhea tak mendengar karena pikiran nya yang sedang kalut.

Pria itu nekat menerobos masuk kamar mandi khusus wanita untuk mencari Rhea. Kosong... Dari lima ruang toilet hanya satu yang tertutup. Rayyan memanggil namanya namun tetap tidak ada jawaban.

Dari seorang saksi mata mengatakan Rhea masuk ke dalam kamar mandi, Rayyan yang khawatir segera mendobrak pintu toilet dan benar saja, ia menemukan Rhea yang terlihat sesenggukan, mata nya sembab dengan tubuh gemetaran.

Rayyan langsung memeluk tubuh mungil itu dengan erat, Rayyan tak mengeluarkan kalimat apapun, hanya membiarkan Rhea menangis di pelukannya. Namun di wajahnya terlihat sekali kemarahan. Siapapun yang berani mengganggu gadis nya akan berurusan dengan dirinya sendiri.

Rayyan menghapus sisa-sisa airmata Rhea dengan sapu tangan nya.

"Kau ingin pulang?" Tanya Rayyan, dan di balas anggukan oleh Rhea.

"Baiklah, Anthonie akan mengantarkan mu pulang. Aku masih ada urusan sebentar di sini." Ujar Rayyan, namun hati gadis itu berdenyut tak nyaman. Ia ingat kejadian-kejadian di masa lalu. Rayyan tidak akan segan untuk menghabisi siapapun yang mengganggunya dan Rhea tidak ingin itu terjadi lagi.

"Tidak... Aku ingin pulang dengan mu. Sungguh aku tidak apa-apa tuan." Ucap Rhea dengan suara bergetar, Rhea sedang menahan dirinya sendiri. Dari cara nya bersikap menunjukkan ia benar-benar ingin sembuh.

Namun sikap tegar Rhea malah membuat Rayyan Semakin ingin membalas orang-orang itu.

Rayyan berjalan sambil merangkul Rhea, membiarkan semua mata tertuju pada mereka. Rayyan sengaja berdiri ke tengah tengah ruang aula dengan wajah dinginnya.

"Aku ingin mengumumkan sesuatu, hanya sekali dan tidak akan ku ulangi. Gadis ini adalah calon istriku, siapapun yang berani mengganggu nya atau membuat nya menangis seperti ini lagi, maka hidup kalian tidak akan pernah ku ampuni." Seru Rayyan dengan lantang, ancaman itu membuat beberapa orang yang merasa menundukkan kepalanya takut.

Mereka lupa berurusan dengan siapa, penguasa seperti Rayyan mampu melakukan apapun. Hatinya tetap dingin kepada orang lain, apalagi jika ia dalam mode garang. Nyawa orang lain tidak akan berarti apa-apa baginya.

Mendengar seruan Rayyan, Rhea semakin mengeratkan genggaman tangannya. Terus berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh. Sebagai seorang penderita OCD, Rhea tetap berusaha mempertahankan kesadarannya. Meskipun tubuhnya semakin berat terasa.

"Aku akan selalu menjagamu sampai akhir..." Ucap Rayyan pada Rhea, Rhea tidak bisa lagi fokus pada Rayyan atau apapun. Gadis itu sedang berperang dengan dirinya sendiri mengakibatkan tubuhnya lelah dan tidak stabil. Akhirnya Rhea jatuh ke dalam pelukan Rayyan dan kehilangan kesadarannya.

Tanpa basa-basi Rayyan langsung menggendongnya dan membawa Rhea ke rumah nya. Mengistirahatkan tubuh sang gadis yang tertidur pulas. Dokter Cindy yang datang untuk memeriksa kondisi Rhea.

"Memulihkan trauma seseorang itu tidak lah mudah tuan... Karena sampai kapanpun Rhea tidak akan bisa melupakannya. Gangguan psikis yang Rhea alami itu cukup berat, dan akan semakin parah jika lingkungannya tidak mendukung pada kesembuhan nya. Mungkin anda atau di dalam rumah ini bisa menjadi Rumah yang nyaman untuknya, namun dunia luar belum tentu. Dunia luar yang saya maksud adalah dunia anda tuan..." Ucap dokter Cindy.

"Baik, terimakasih dokter Cindy..." Ucap Anthonie, sedang Rayyan hanya terdiam sambil memandangi wajah Rhea saja.

Hingga dokter Cindy pamit undur diri pun Rayyan tetap acuh, Anthonie meninggalkan Rayyan berada di kamarnya bersama kekasihnya berdua saja. Anthonie menutup pintu kamar dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara yang mengganggu.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang