Antara hidup dan mati

2.2K 125 10
                                    

"Selamat ulang tahun bidadari kecil ayah, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik." Ucap ayah dengan senyum penuh bahagia, Ia memberikan buket bunga mawar yang sangat indah dan sebuah boneka bear kesukaanku.

Ayah mencium kening ku dengan penuh kasih sayang, jemari tangannya mengusap lembut kepala dan terus memuji betapa cantik diriku, putri semata wayangnya.

Mata itu sangat tulus dan meneduhkan, di dunia ini ayah adalah cinta pertama bagiku. Aku merasa aman hanya dengan berada di sisinya. Ayahku adalah pria terbaik di dunia, aku dapat merasakan cinta yang tulus dari tatap matanya.

Suatu hari nanti, aku akan jatuh cinta pada pria seperti ayah. Yang cinta nya seluas samudera dan tak pernah redup selalu membara seperti matahari.

Namun sesaat kemudian, ibu datang bersama pria nya. Mereka bermesraan di hadapan ku dan ayah, membuat ayah menjadi orang lain yang tak ku kenal, ayah mengamuk seperti orang gila, mendorong ku hingga terjatuh lalu menginjak bunga dan boneka yang sudah ia berikan padaku.

.Aku tak bisa berbuat apapun, hanya bisa menatapnya dengan rasa takut. Bukan.... Aku tidak takut Ia menyakitiku, tetapi aku takut kehilangan tatapan mata itu, aku takut kehilangan cinta pertamaku.

Seorang pria yang menjatuhkan air mata nya untuk seorang wanita, bukankah berarti cintanya sangat besar dan tulus...???

Tunggu...

Mengapa aku bisa melihat diriku sendiri? Melihat peristiwa ini seperti sebuah pertunjukan drama. Tiba-tiba dua orang pria bertubuh besar mendatangiku, mencekal tanganku dan melucuti semua pakaian ku.

Aku tak bisa menjerit, mengeluarkan suara pun aku tak bisa, hanya bisa melihat kedua pria bejad itu memperk*sa ku secara bergantian.

Dan aku melihat lagi diriku sendiri di sana, dengan keadaan yang sangat mengerikan, seperti mayat hidup yang tinggal menunggu azal nya datang.

Aku melihat sisi lain diriku yang lain, yang sedang melayani banyak pria dan aku bisa mandi uang dengan itu. Aku juga melihat diriku yang terikat dengan ratusan pria yang menjadikan ku objek fantasi mereka, mereka memasukkan pen*s ke dalam mulutku membuat ku tak bisa bernafas, bahkan aku di gilir secara bersamaan seperti sebuah pesta sek* dengan satu wanita.

Tubuhku bergidik ngeri melihat kekejaman yang lebih seperti binatang itu, rasa jijik menyelimuti diriku sendiri, aku mengutuk semua pria bejad itu, aku membenci Takdir dan menantang Tuhan yang sudah membuat hidupku penuh kegelapan, aku tak takut mati, aku tak percaya pada Tuhan maupun manusia.

Namun lagi lagi, semua adegan-adegan tadi menghilang beserta orang-orangnya, aku berada di ruangan penuh cahaya putih menyilaukan, membuat mata ku sakit dan susah melihat apapun.

"Kau takut mati?" Tanya seseorang yang tak tampak wajahnya.

*tidak .."

"Kalau begitu bagaimana kalau kau ikut aku?"
.
"Kemana?"

"Masuk ke dalam kematian mu." Ucap orang misterius itu lagi.

"Baiklah .." Sahutku spontan tanpa berfikir, rasanya sudah cukup aku merasa betapa hina diriku selama ini.

Aku berjalan tanpa ragu menuju ke sebuah pintu cahaya yang paling terang, apakah kematian sedamai ini? Jika ya seharusnya aku memilih mati saja sejak dulu.

Semakin dekat ku menuju pintu itu, semakin jelas suara memanggil ku. Suara itu tak asing, seperti nya aku sering mendengar nya memanggil namaku. Tetapi siapapun itu aku tak peduli, aku tak butuh siapapun di dunia yang kejam ini.

Aku yang tak menoleh kebelakang terus berjalan ke depan tanpa ragu, namun sebuah tangan menggenggam tanganku dan membuat langkah ku berhenti.

Degh....

Jantungku berdebar saat melihatnya, Pria itu adalah Rayyan. Ia tak bicara apapun, namun aku sungguh mengenali tatapan mata itu, sama seperti tatapan cinta ayah kepada ibuku, ekspresi wajah itu sama seperti ayah saat ibuku pergi meninggalkan nya.

"Aku mohon jangan pergi Rhea..." Suara bergetar Rayyan menusuk jantung ku, entah mengapa untuk pertama kalinya aku menjadi ragu akan keputusanku.

"Bukankah kau ingin mati Rhea...?" Ucapan pria misterius itu menyadarkan ku, tangannya mempersilahkan ku masuk ke dalam ruangan yang aku sendiri tak dapat melihat isinya karena penuh cahaya

Dan di sisi lain Rayyan terus menggenggam tanganku memohon agar aku tetap tinggal di sisinya. Untuk pertama kali sejak ayah dan ibu ku pergi, aku merasa ada yang begitu menginginkan ku.

"Ayo Rhea, dunia yang damai segera menanti mu." Seru pria misterius itu lagi

Benar, aku ingin kedamaian dan hanyalah kematian yang bisa membuat hidupku damai. Ini setara dengan lelahnya diriku menjalani kehidupan yang penuh kegelapan.

Maaf Rayyan aku harus pergi, ku lepaskan genggaman tangan pria itu dan menjauh menuju pintu kematian yang damai.

.
.
.
.
.
"Tuan, istirahat lah... Biar saya yang menjaga nona Rhea disini." Tawar Anthonie, namun Rayyan tak bergeming.

"Tidak, aku akan menjaganya sampai ia bangun." Jawab Rayyan, tangannya terus menggenggam tangan Rhea tanpa henti.

"Tapi luka-luka anda juga cukup parah tuan, anda harus beristirahat untuk memulihkan tubuh anda sendiri." Ucap Anthonie khawatir.

Anthonie benar, Rayyan juga mengalami luka yang cukup parah. Luka tembak di perut dan pukulan benda tumpul bagian leher belakangnya membuat nya harus menggunakan cervical collar atau alat penyangga leher.

Namun Rayyan memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat baik, dokter Mike mengatakan jika itu orang lain bisa saja mati saat itu juga. Tetapi Rayyan beruntung selalu lepas dari maut karena daya tahan tubuhnya yang mungkin di desain untuk rasa sakit.

"Aku takut Anthonie, apakah dia akan kembali?" Pertanyaan Rayyan membuat Anthonie terdiam, menyedihkan sekali .

Rhea sangat kritis dengan alat-alat bantu penunjang kehidupan. Dari sejak keluar ruang operasi sampai saat ini Rayyan selalu menemani nya, menggenggam tangan dan memohon agar Rhea kembali membuka mata.

"Aku tak tau jika dia benar-benar pergi. Apa yang harus kulakukan?"

"Tuan, tenanglah... Nona Rhea pasti selamat, anda harus memikirkan diri anda dulu."

"Tidak, aku yang menyebabkan nya seperti ini. Aku tidak akan meninggalkan nya lagi."

Ternyata benar, seseorang yang dingin dan berhati keras seperti Rayyan akan menjadi gila saat mencintai. 31 tahun hidupnya penuh pertarungan dan darah tanpa takut apapun, hari ini Anthonie menyaksikan nya sendiri.

"Pergilah Anthonie, kau juga butuh istirahat bukan? Pastikan rumah sakit ini aman dari pengacau!" Perintah Rayyan.

"Baik tuan..." Anthonie pun undur diri dan pergi.

Beberapa hari yang lalu saat penyekapan Rhea, Anthonie berusaha melacak mereka. Jejak Rayyan hanya sampai di pelabuhan membuat Anthonie kesulitan mendapatkan informasi keberadaan nya. Beberapa anak buahnya mencari kesana kemari namun tidak ada hasil.

Sampai penjaga dermaga mengatakan Rayyan menggunakan speed boat ke arah pulau X. Anthonie dan para anak buahnya pun langsung menuju ke arah sana.
.
Untunglah belum terlalu terlambat, saat Anthonie datang Rhea dan tuan nya masih hidup. Namun keganasan Rayyan membuat nya sedikit mual padahal ia sering melihat Rayyan menghabisi korbannya dengan brutal.

Rayyan menghabisi pria-pria yang sudah berani melecehkan gadisnya dengan sadis, ia bahkan menghancurkan kemaluan mereka dengan tembakan bertubi-tubi. Masih terngiang-ngiang jeritan mereka meminta ampun saat Rayyan melakukan penyiksaan lebih parah dari saat mereka menyiksa Rhea.

Rayyan memasukkan pistol nya kedalam mulut mereka lalu menekan pelatuk nya, tembakan itu menyebabkan bagian leher dan kepala hancur dengan darah yang muncrat kemana-mana.

Lalu bagaimana dengan Kenzo? Ia berhasil melarikan diri saat Rayyan lengah karena lebih fokus pada Rhea yang sudah sekarat akibat tembakan darinya.

Tapi Anthonie memerintahkan anak buahnya untuk mengejar Kenzo dan menangkap nya hidup atau mati.







Jangan lupa Like & Komen nya readers tercinta

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang