Salah bicara

2.8K 134 10
                                        

Tubuh Rhea mulai terusik karena sinar matahari yang menerobos masuk melalui jendela kaca, Ia yang semula tertidur pulas merasa terganggu saat cahaya menyentuh matanya yang terpejam.

Perlahan gadis itu pun membuka mata dan mengedipkan nya berulang kali untuk menetralkan pandangan, melihat sekeliling ruangan membuat nya teringat akan peristiwa semalam. Masih baru terbangun dari mimpi tetapi jantungnya sudah seperti sehabis berolahraga.

"Apa yang sudah kulakukan?" Batinnya penuh rasa bersalah.

Rhea beranjak dari tempat tidur, saat mencoba untuk berdiri kakinya bergetar dan terjatuh karena tak seimbang.

"A..." Jeritnya dengan nada kecil, tangannya memegang dadanya yang terluka. Ternyata masih terasa nyeri apalagi saat ia terjatuh tadi. Dengan berpegang pada sisi ranjang Rhea mencoba untuk berdiri kembali dan mendudukkan dirinya.

Saat menolah ke arah nakas sudah tersedia berbagai macam makanan, ada salad, bubur, buah-buahan, susu dan air mineral di sana. Cacing-cacing di perutnya langsung berdemo meminta jatah asupan makan saat melihat makanan yang menggugah selera. Rhea pun menyantap makanan itu dengan lahap. Ia bersyukur saat ini ia masih bisa menikmati lezatnya rasa makanan dan bisa melihat kembali dunia.

Pertama kali dalam hidupnya gadis itu bersyukur masih di beri kehidupan, padahal kematian adalah hal yang ia impikan. Semua ini karena Rayyan, Rayyan seperti membawa kehidupan baru untuk nya. Rhea tak ingin percaya namun hatinya berkata lain. Semakin ia menyangkal semakin hatinya menginginkan kebahagiaan bersama pria itu.

Ngomong-ngomong soal Rayyan, kemana pergi nya pria ini? Sedari tadi saat Rhea terbangun ia sudah tidak ada. Setelah menyelesaikan sarapannya, Rhea mencoba berdiri dan berjalan dengan pelan, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh lagi.

Dengan kerja keras akhirnya Rhea berhasil mencapai pintu kamar, para pelayan terkejut saat mendapati gadis itu membuka pintu kamar sendiri dan berdiri di sana. Mereka panik dan langsung mengambil kursi roda lalu meminta Rhea duduk di kursi rodanya.

"Kami meminta maaf nona, jika anda butuh sesuatu anda bisa meminta kami melakukannya."

"... ..." Melihat wajah takut mereka membuat Rhea bingung sendiri.

"Iya Nona, ampuni kesalahan kami sudah lalai menjaga anda."

"Sebentar, aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Minta maaf, minta ampun. Memang nya kenapa?"

"Kami sudah membiarkan anda bersusah payah keluar kamar sendiri padahal anda masih kurang sehat."

"Sudahlah, tidak perlu berlebihan. Memang seharusnya aku berusaha sendiri agar tubuhku cepat pulih."

"Tidak nona, tuan Rayyan bisa menghukum kami jika melihat anda melakukan semuanya sendiri."

"Rayyan...?" Benar, semua penghuni rumah ini tunduk pada nya. Melihat ketakutan di wajah mereka seharusnya sudah bisa di tebak siapa pelakunya.

"Kalian pikir aku ini siapa? Aku sama seperti kalian, kita sama-sama pelayan di rumah ini. Jadi kalian tidak perlu terlalu canggung padaku."

"Tidak nona, kami bisa mati jika menyamakan diri anda dengan seorang pelayan." Jawab mereka tertunduk, Rayyan benar-benar penguasa, tidak ada satupun yang berani melanggar aturan yang ia buat, tetapi hal ini malah membuatnya merasa tidak nyaman. Tetapi egois jika ia tidak menuruti permintaan Rayyan karena puluhan pelayan rumah ini akan terkena imbasnya.

"Baik, bisa antarkan aku ke luar. Aku sangat bosan di sini."

"Baik nona." Salah satu pelayan mendorong kursi roda dan membawa Rhea berjalan-jalan di sekitar rumah.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang