Kabut malam

7.3K 255 14
                                    

"Selamat malam nona manis..." Sapa dokter Mike. Saat ini ia memiliki waktu senggang karena jam tugasnya sudah selesai. Ia berpikir untuk menemani Rhea karena dokter Clara mengatakan dokter Mike adalah satu-satunya orang yang Rhea percaya.

Rhea memberi senyuman nya pada Mike, tetapi rasanya sedikit aneh jika kau mengalami masalah tragis dan kau masih mampu tersenyum bahkan tampak baik-baik saja

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya Malah merasa khawatir.

"Tentu saja, memangnya aku harus seperti apa?" Jawabnya santai.

"Tidak, seperti ini saja."

"Kau terlihat tampan hari ini dokter."

"Terimakasih, sudah minum obatmu?"

"Sudah, kau sangat khawatir padaku ya.... Jangan jangan kau suka padaku." Candanya sambil tertawa

Melihat tawa Rhea membuat Mike menjadi sedih, gadis ini berusaha terlihat biasa saja namun matanya tidak bisa berbohong.

"Kau baik-baik saja?"

"Tentu dokter, seperti yang kau lihat...."

"Tetapi aku tidak melihat kau baik-baik saja Rhea, tidak apa jika kau ingin menangis. Hal yang normal kita menangis untuk mengeluarkan ekspresi kesedihan kita " saran Mike karena ia tak tahan melihat Rhea.

"Mengapa aku harus menangis?"

"Rhe, jangan simpan penderitaan mu sendiri. Aku siap menampung segala kesedihanmu, jika kau ingin menangis, maka menangislah... Aku akan pinjamkan bahu ku untuk mu."

"Apa aku terlihat selemah itu...?" Tanya Rhea serius.

"Tidak, tetapi aku tak tahan melihat mu seperti ini. Kau bukan robot, kau juga manusia biasa yang berhak untuk mendapatkan perlindungan. Kau bebas untuk mengekspresikan hidupmu, tertawa jika bahagia dan menangis jika kau merasa sedih."

"Lalu apa dengan menangis hidupku bisa kembali seperti sedia kala?"
.
"Mungkin tidak, tetapi setidaknya dengan menangis akan mengurangi beban mu."

Rhea pun hanya tersenyum remeh.

"Aku sudah menghabiskan setengah hidupku dalam tangisan dokter, Tetapi semakin aku menangis semakin takdir mempermainkan ku. Lalu apa gunanya menangis? Agar Tuhan tertawa melihat ku kalah?"

"Rhea..."
.
"Sudahlah dokter, aku bisa mengatasi hidupku sendiri... Aku tidak butuh kasihan dari siapapun. Ini tentang pertarungan ku dengan takdir."

"Percayalah, Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya." Mike berusaha menenangkan Rhea.

"Tapi aku bukan seorang hamba." Balas Rhea sinis. Percayalah, Rhea kecil pernah menjadi hamba yang patuh. Namun semua kepercayaan nya hilang saat satu persatu kebahagiaan nya di renggut.

"Aku mungkin tidak akan sekuat dirimu, aku juga tidak tau seberapa dalam penderitaan mu. Tapi setidaknya kau jangan sampai putus harapan. Apalagi sampai membenci takdirmu dan juga Tuhan."

"Harapan apa lagi yang aku miliki dokter? Ayahku, ibuku, bahkan kehormatan ku sudah tidak ada lagi. Aku hanya bertahan saat keadaan tak pernah berpihak padaku. Aku hanya mencoba tetap berdiri walau badai menghantam tubuhku. Rasanya sakit dokter, bahkan sangat sakit sampai air mata pun tidak akan berguna untuk sekedar mengurangi beban. Kau tak akan tau karena kau tak pernah menjadi aku."

"Aku mengerti, aku hanya bisa berbicara namun kenyataannya aku tidak akan pernah sanggup menjadi dirimu. Sebagai teman aku ingin terus menemanimu bahkan di saat tersulit pun." Papar dokter Mike, mengusap kepala gadis itu lembut.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang