10. Complex Feelings

734 93 8
                                    

Setelah mengantar Bona pulang, tersisa Jisoo, Chaeyoung, dan tentu saja sopir dalam mobil itu. Jisoo dan Chaeyoung jarang sekali duduk bersama hanya berdua. Jisoo merasakan kecanggungan secara individu. Padahal bagi Chaeyoung ini momen yang biasa saja.

Jisoo sedang memikirkan ide random yang akan dia bicarakan, supaya keheningan ini sedikit menghilang. Jisoo menilai jika mereka membicarakan sesuatu, artinya tidak ada kecanggungan.

Jisoo menatap paper bag lumayan besar di pangkuannya. "Kau yakin Lisa akan menyukainya? Bukannya dia suka cokelat?"

"Unnie suka kopi, kan? Apa kau juga suka kue rasa kopi?"

"Benar juga, sih. Tapi, bukannya kau yang suka cheese cake?"

Chaeyoung berdecak mulai merasa terganggu dengan Jisoo yang banyak tanya. "Aku suka keju, bukan cheese cake. Sudah paham atau perlu kujelaskan lagi alasannya?"

"Yang satu suka keju dan yang lain suka cokelat. Padahal kalian kan kembar. Jangan-jangan kau terpaksa suka keju agar dinilai berbeda dengan Lisa. Kadang kan memang menyebalkan kalau ada orang yang sama denganmu dalam setiap hal."

"Kenapa Unnie jadi banyak bicara sekarang? Aku lebih suka saat kau diam."

Jisoo terdiam merasakan panah runcing ucapan Chaeyoung menembaknya. "Akibat terlalu sering bergaul dengan Jennie beginilah jadinya."

"Ooo, Unnie masih ingat kalau punya adik Jennie unnie? Merasa sakit hati sekarang? Makanya diam saja."

Jisoo sepenuhnya tidak akan bicara lagi saat ini. Jisoo memang sengaja tidak ingin bertemu Jennie. Lagi pula Jisoo juga akan bertemu dengannya saat Jennie pulang. Jisoo masih ingat bagaimana wajahnya terluka karena kuku sialan Jennie. Jisoo agak menyesal karena menahan diri agar tidak membalas Jennie saat itu. Tanpa tahu, sekarang Jennie lebih terluka dari yang diterima Jisoo waktu itu.

Akhirnya mereka sampai di mansion. Seharusnya Siwon belum pulang saat ini, tapi mereka bertemu ayahnya di ruang tamu. Kelihatannya memang sengaja menunggu mereka, atau mungkin sebelumnya ada tamu? Jisoo dan Chaeyoung juga tidak tahu alasan Siwon sudah ada di sana sekarang. Chaeyoung mendempet pada Jisoo, merasa takut pada ayahnya. Berbeda dengan Jisoo yang tenang, berusaha tenang maksudnya.

"Kalian dari mana?"

Chaeyoung menggoyang lengan Jisoo agar segera menjawabnya.

"Chaeyoung dan Lisa baru selesai ujian, Appa. Jadi, aku mengajak Chaeyoung ke luar untuk membeli makanan ringan."

"Baiklah, lain kali jangan pulang terlalu malam." Siwon masuk ke dalam setelahnya.

"Hanya begitu? Woahh, Unnie, lain kali kau ikut saja terus denganku. Appa tidak akan marah kalau kau ikut."

Jisoo menarik lengannya dari pegangan Chaeyoung. "Dalam mimpimu."

Ketika Jisoo merasa Yoona terlalu memberi kebebasan pada Chaeyoung, Jisoo sekaligus sadar Siwon lebih memberi kelonggaran pada dirinya daripada pada Jennie, Chaeyoung, atau Lisa. Jisoo merasa lebih dipahami oleh ayahnya. Jisoo merasa lebih dipercaya oleh Siwon. Mungkin itu juga sebabnya Jisoo merasa sangat tidak terima ketika Yoona mengkhianati Siwon meski didampingi fakta kadang Siwon melakukan kekerasan terhadap Yoona.

"Unnie, terima kasih puding cokelatnya."

Jisoo menjawabnya dalam hati, lalu masuk ke dalam mendahului Chaeyoung. Jisoo harap dia tidak perlu berpapasan dengan ibunya. Jisoo memang putri yang jahat. Jisoo sendiri juga sudah melabeli dirinya begitu. Jisoo tidak menyukai keadaan yang mengandung drama. Mungkin Yoona akan bersikap sangat lembut pada Jisoo karena merasa bersalah.

Jisoo tidak akan bisa membalasnya. Seperti yang terlihat, Jisoo itu gadis yang kaku. Seseorang yang menganggap memeluk atau sekadar mengatakan hal manis pada ibunya sebagai sesuatu yang memalukan. Jisoo terbiasa untuk tidak pernah membebaskan perasaannya keluar. Mungkin karena selalu sibuk belajar ilmu dunia, membuat Jisoo lupa pentingnya merawat hubungan.

Selain itu, Jisoo terbiasa melihat ikatan yang pada akhirnya hanya akan membuat sakit hati. Contoh paling pertama yang dia lihat adalah hubungan antara ayah dan ibunya. Jisoo jadi takut dirinya akan sakit hati saat terlalu terikat dengan seseorang. Misalnya jika terlalu terikat dengan adik-adiknya, Jisoo yang mudah sakit hati pasti akan sangat sakit hati saat mereka melawan perkataannya. Selain egois, Jisoo itu juga pendendam dan sering berpikir terlalu berlebihan.

Hal-hal yang biasa saja menurut orang lain, bisa berarti hal sangat besar bagi Jisoo. Misalnya ketika seseorang sedikit membentaknya, Jisoo akan langsung berpikir kalau orang itu membencinya lalu merasa sangat terluka. Ketika di rumah tidak ada orang yang menyapa, Jisoo pikir seluruh dunia sedang memusuhinya. Kadang Jisoo terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai melupakan sekitarnya.

"Sooyaa, kau dari mana saja?"

Jisoo tetap menunduk tidak menjawab ibunya. Mungkin Yoona akan menganggap Jisoo sedang marah, tapi sebenarnya Jisoo hanya terlalu malu karena tadi Jisoo sudah menunjukkan wajah kemarahannya di depan Yoona. Jisoo takut menemukan tatapan Yoona yang menilai Jisoo sebagai anak yang bengis. Jisoo tidak mau menghadapi tatapan Yoona yang sebenarnya penuh rasa sayang.

"Eomma membuat Samseon Jjampong untukmu. Eomma akan menyuruh Ahjumma mengantarkannya ke kamarmu."

Ucapan terima kasih Jisoo tertahan di ujung lidah. "Ini pisang cokelat untuk Eomma sekalian untuk Appa. Aku mau ke kamar." Itu contoh rasa terima kasih sekaligus rasa bersalah Jisoo.

Jisoo lebih suka mengungkapkannya melalui tindakan daripada mengakuinya melalui kata-kata. Dia menilai itu lebih samar, mungkin orang-orang tidak akan menyadari jika dia merasa bersalah. Memang itu yang Jisoo inginkan. Namun, Yoona adalah ibunya. Mana mungkin tidak menyadarinya. Bukankah mereka berdua sebenarnya sama?

Jisoo menuju kamar Lisa. Langkahnya sempat ragu, tapi tetap menuju ke sana. Lisa yang mendengar ketukan di pintunya segera berjalan membukanya.

"Chaeyoung membelikan ini untukmu. Dia bilang, semoga kau menyukainya."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang