Mungkin untuk pertama kalinya, keempat putri Choi ke meja makan benar-benar bersamaan. Suasananya tidak tegang, namun berjalan senyap seperti yang selalu Yoona minta.
Jennie memberikan sepotong daging ke piring Jisoo. Pandangan Jisoo yang semula berpusat pada Lisa kini beralih menatap Jennie yang tersenyum padanya. Itu tidak terlewat dari tangkapan mata Yoona.
Di lain sisi, Yoona juga melihat Chaeyoung begitu memperhatikan Lisa, sangat lebih dari biasanya. Meski tidak terdengar karena suaranya yang lirih, kelihatannya Chaeyoung banyak bertanya pada Lisa. Terakhir saat makanan di piring mereka habis, Chaeyoung juga menyeka bibir Lisa, membuat Lisa sedikit tersipu.
Itu yang ingin dilihat seorang ibu. Melihat mereka perhatian pada satu sama lain.
Yoona berdehem untuk menarik perhatian mereka. "Sooyaa dan Nini kelihatannya menjadi lebih dekat. Chaeyoungie dan Lili juga jadi jarang berdebat. Bisa beritahu Eomma apa saja yang terjadi?"
Jennie dan Chaeyoung saling memandang, melihat ke arah Jisoo dan Lisa juga bergantian. Jisoo menatap meja makan berpikir mungkin Yoona harus tahu yang menimpa Lisa. Namun, Jisoo serahkan pada Jennie atau yang lainnya.
Dari menunduk, Lisa menatap ibu mereka dengan senyuman gemilang. "Ini hasil dari banyak bertengkar, Eomma. Sekarang kami sudah lelah bertengkar."
Senyum Yoona, Jennie, dan Chaeyoung berwujud sama. Namun, sebenarnya hanya milik Yoona yang diikuti hati yang lega dan benar-benar bahagia.
"Eomma, kenapa Jinyoung oppa tidak pernah ikut makan malam dengan kita? Aku jarang sekali melihatnya." Chaeyoung bertanya karena memang penasaran.
"Jinyoung oppa kan sekarang bekerja. Dia pasti makan dengan Appa."
"Aku mau ke kamar." Jisoo beranjak dari kursinya.
Jisoo berusaha membuat langkahnya terlihat normal. Dia berlari ketika merasa sudah keluar jangkauan penglihatan dari arah meja makan.
Jisoo sambil berlari menutupi mulutnya. Menutup pintu kamar dengan minim kehati-hatian sehingga menimbulkan suara cukup keras.
Jisoo duduk di depan closet. Memuntahkan isi perutnya. Cukup lama berharap mualnya cepat mereda.
Jisoo berbaring di ranjang, menarik selimutnya. Memeluk perutnya yang menimbulkan berbagai macam rasa, sulit menjelaskan secara pasti itu rasa mual yang masih samar-samar terasa, nyeri seperti melilit, atau mungkin campuran dari keduanya.
Mata Jisoo kembali terbuka mendengar suara pintu. Kemungkinan itu Jennie karena Jisoo tidak mendengar ketukan.
"Sooyaa ...."
Jisoo memejamkan mata sembari mengingat-ingat kembali. Menerka-nerka, kira-kira apa yang membawa ibunya kemari.
Lisa mengintip dari pintu. Sekarang Yoona duduk di hadapan Jisoo.
Jisoo miring berpindah haluan. Menghindari mata ibunya yang akan terus menatapnya.
"Kenapa selalu seperti ini? Kau pergi ketika kita sedang membahas Jinyoung oppa."
Hati lapang Jisoo mendadak menyempit. Telinganya panas begitu juga matanya. Ibunya selalu saja mempermasalahkan itu, bahkan ketika dia tidak berniat bersikap begitu, Jisoo bahkan tidak kepikiran sampai ke sana.
"Eomma sudah bilang itu bukan kesalahannya."
Senyum Jisoo merekah dalam balutan rasa ingin menangis. Yoona tidak membentak, tapi kalimatnya tetap mengoyak.
"Kau tau Jinyoung oppa bilang apa pada Eomma? Dia bertanya, 'kenapa Jisoo selalu cemberut saat melihatku? Apa dia tidak suka padaku?'. Kakakmu sampai bertanya begitu pada Eomma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...