58. Intense

344 69 5
                                    

Tanpa kehadiran Jisoo dan Siwon, makan malam tetap berlangsung. Semua anggota keluarga bertambah Jinyoung ada di sana.

Jennie dan Lisa baru kembali dari membeli beberapa hal untuk acara sederhana mereka malam ini.

Lisa menatap kursi kosong di samping Jennie. "Sepertinya Jisoo unnie benar-benar sibuk."

Jennie memandang ibunya untuk melanjutkan pembukaan Lisa. "Eomma, Jisoo unnie——"

"Unnie, tolong bawakan Samseon Jjampong-nya ke kamar Jisoo unnie." Chaeyoung memotong.

Chaeyoung merasa itu langkah terbaik untuk menghentikan percakapan yang akan mengarah pada keheningan ini. Chaeyoung percaya penuh Jennie cukup paham sketsa permasalahan saat ini.

Chaeyoung seakan berharap kakaknya cenayang.

Lisa menahan diri untuk tidak mengikuti Jennie yang membawa mangkuk sup ke kamar kakak mereka.

Jennie tidak mengetuk, tapi pintu itu terkunci. "Unnie, cepat buka. Supnya panas!"

Terpaksa Jennie ke kamarnya lebih dulu untuk mengambil kunci duplikat yang masih dia simpan.

Jennie berhasil masuk ke kamar Jisoo. Namun, dia tidak menemukan siapa pun di sana.

Jennie menaruh mangkuk ke meja nakas. Menuju pintu ruang ganti, dan kembali menemukan pintu yang terkunci.

"Aiihh, sekarang kau jadi lebih pintar." Jennie menunggu, tapi tidak mendengar apa pun. "Aku akan tanya langsung pada Eomma."

"Choi Jennie!"

Senyum kemenangan Jennie terbit mendengar suara itu. Sekarang ada dua dugaan, antara Jisoo berselisih dengan ibu mereka atau Jisoo tidak ingin ibu mereka sampai tahu masalahnya.

"Aku akan menyelesaikannya sendiri."

Jennie tidak percaya. "Aku sangat tau bagaimana kau akan menyelesaikannya, dengan diam saja di sana."

"Ini bukan sesuatu yang bisa kuterima. Aku merasa tidak dihargai. Semua yang kulakukan sepertinya tidak ada artinya bagi Eomma."

Jennie menarik nafas, merasakan rasa sakit dalam setiap ucapan Jisoo yang beberapa kali tersedak isakan.

Jadi, sekarang sudah pasti Jisoo dan ibu mereka sedang berseberangan.

"Sejak kapan kau ingin dihargai? Dari dulu kau terbiasa menurut tanpa bertanya. Karena sekarang kau memimpin perusahaan cabang?"

"Ini bukan hanya tentang itu. Aku merasa tidak dianggap sebagai putrinya. Aku kelelahan sendirian. Aku berusaha menyeimbangkan pekerjaan dan hubungan personal, tapi itu tidak ada artinya. Eomma hanya peduli pada putra angkatnya."

"Jinyoung oppa? Kau membandingkan dirimu dengannya?" Jennie belum mengerti permasalahan jelasnya. Dia sama sekali tidak bisa mendapat gambaran, kecuali tentang Jisoo dan ibu mereka berseteru karena Jinyoung.

"Kau sudah menjelaskan? Kau yakin Eomma tau keseluruhan yang kau lakukan?"

"Apa itu masih dibutuhkan? Kalau Eomma menganggapku sebagai putrinya, Eomma pasti bisa memperkirakan tindakanku. Namun, mungkin tidak. Eomma pasti mengira ... aku akan membiarkan Appa tau perbuatan Jinyoung yang akan berakhir dengan Appa dan Eomma bertengkar hebat. Apa aku akan membiarkan itu? Aku tidak mau mengalah lagi."

"Tapi, Eomma ibumu, Unnie. Perkataanmu hanya membuatmu terkesan buruk."

"Aku tidak peduli. Di mata Eomma, aku sudah buruk sejak awal."

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang