"Ada acara apa di Daegu? Kenapa kau tidak ikut?"
Bibir Jisoo menutup rapat. Jisoo pikir penjelasannya dan reaksi Jennie tentang itu sudah cukup tadi.
Jennie menatap Jisoo menanti sahutan. Jennie bertanya sebab hawa di sekitar mereka terasa canggung karena saling diam. Jennie hanya bertanya untuk menyambung obrolan, agar tidak terlalu sepi saat mereka berjalan berdua menuju tempat parkir.
"Aku... ada kegiatan... maksudku aku harus berlatih taekwondo."
Jennie berhenti, begitu pun Jisoo. Jennie memandang Jisoo seolah kurang percaya.
"Aku ikut kompetisi d-dua minggu lagi, makanya harus berlatih mulai sekarang. Appa juga tidak ikut karena harus mengambil raportmu makanya cuma Eomma, Chaeyoung, dan Lisa yang pergi." Jisoo berujar cepat, berusaha sebaik mungkin terlihat natural supaya kebohongannya tidak tersingkap.
"Kau berbohong, kan?"
Itu terdengar dan terasa jelas dari intonasi ucapan dan sikap Jisoo. Jennie merasa bingung kenapa Jisoo sampai harus berbohong.
Sesungguhnya pertanyaan Jennie lebih mengarah pada alasan Jisoo tidak ikut. Tidak mungkinlah Jisoo tidak pergi bersama Yoona hanya karena ingin ikut mengambil raport Jennie hari ini. Namun, disebabkan gelagat Jisoo yang mengindikasikan seperti sedang membuat alibi, Jennie kan jadi ge-er. Jennie jadi berpikir Jisoo terlalu malu untuk mengakui kalau Jisoo sedang merindukan Jennie.
"Aku tidak berbohong."
"Apa sulitnya mengakui? Sebenarnya kau sangat ingin bertemu denganku, kan?"
Jisoo memegang tengkuknya. Menyadari isi kepalanya sendiri yang lagi-lagi mengira situasi sedang sangat buruk. Padahal sebenarnya tidak seburuk itu.
Jisoo berjalan lebih dulu, tidak menghiraukan Jennie lagi, yang penting Jennie tidak curiga tentang alasan kepergian Yoona yang sebenarnya. Biar saja Jennie mempercayai segala anggapannya sendiri.
"Pergi ke kelas sana, sebentar lagi Appa juga akan segera menyusul dari toilet."
"Siapa yang bilang aku sedang menemanimu agar kau tidak sendirian? Aku ingin berpamitan dengan Appa."
"Gengsi," sahut Jisoo lirih, tapi masih bisa ditangkap telinga Jennie.
"Kata itu lebih cocok untukmu, Jisoo-ya."
"Pembohong."
Jennie menginjak kaki Jisoo kelewat kesal. Dua kata yang Jisoo ucapkan untuk Jennie itu sangat lebih cocok mendeskripsikan diri Jisoo sendiri. Jisoo pembohong dengan gengsi melewati ubun-ubun.
"Yak! Kupukul mati kau."
Jennie justru tertawa mendapat amukan itu. "Kau mau memukulku? Coba saja kalau berani, Pecundang."
Jisoo memberikan tatapan membara pada Jennie. Jisoo tambah kesal lagi ketika Jennie malah semakin mengejeknya.
Momen ini membuat Jisoo lupa pada Jisoo yang beberapa puluh menit lalu begitu terjebak pada permasalahan hubungan ayah dan ibunya. Jisoo melupakan saat-saat berat yang terjadi sebelum dia bertemu Jennie. Saat-saat di mana bahkan Jisoo tidak bersemangat untuk turun dari tempat tidur.
Mungkin memang hanya untuk sesaat, tapi setidaknya itu bisa membuat pikiran Jisoo meluas pada perasaan lain, tidak hanya sedih dan marah pada masalah keluarga yang kompleks itu.
"Jennie-ya!!"
Bukan suara Jisoo.
Teriakan itu menjeda kejahilan Jennie dan juga kekesalan Jisoo pada Jennie. Mata mereka mengarah pada seorang siswa laki-laki yang berlari mendekat, Kim Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...