Jisoo menekan beberapa tombol password pintu. Tangannya tertahan sebentar pada kenop untuk menarik nafas.
Ketika masuk, Jennie sudah menghilang dari kantong tidur di tengah ruangan itu.
Jisoo tersenyum pada Jennie di dekat jendela, menunjukkan kantong kresek di tangan.
Jisoo menghampiri. "Aku beli minuman ginseng merah untukmu." Mengulurkan kantong plastik itu pada Jennie, berpindah melipat kantong tidur mereka.
Masih sedikit membungkuk, Jisoo melihat Jennie masih memperhatikan. "Ada hotbar dan kimbap. Makanlah. Sudah kuhangatkan di microwave minimarket."
"Aku terlihat menyedihkan, ya?"
Jisoo tidak berdiri lebih tegak, melanjutkan melipat alas tidur mereka. "Semua orang pasti akan terlihat begitu saat merasa kehilangan pria yang dicintainya selama lima tahun, apalagi yang tidak pernah membentak dan sangat memahaminya."
Jennie duduk di lantai bersandar pada kaca jendela. Mengambil sebungkus ginseng merah lantas meminumnya.
"Taehyung mengajakku bertemu."
"Baiklah, aku akan langsung ke kantor."
"Kenapa tidak pulang dulu? Ini masih terlalu pagi untuk ke kantor." Jennie berucap sementara ujung terbuka kemasan minuman herbal itu menempel di bibirnya.
"Aku tidak ingin ikut campur masalahmu. Appa dan Eomma pasti akan bertanya kalau aku pulang sendirian tanpamu. Jelaskan sendiri pada Appa dan Eomma."
"Kau marah padaku?"
Jisoo menyelesaikan lipatan terakhir lantas menatap Jennie. "Aku hanya memudahkan diriku sendiri."
"Dulu kau memilih menyulitkan dirimu sendiri untuk membantuku."
Senyum lebar Jisoo hampir membentuk tawa. "Dulu aku masih penuh tenaga, sekarang aku jadi mudah lelah."
Ketika matahari semakin naik, Jisoo sedang menyangga kepala dengan sebelah lengan bersama seluruh anggota divisi marketing di ruang rapat.
Rapat mereka masih berjalan, hanya pikiran Jisoo mengganti topik dengan Jennie alih-alih cara menaikkan penjualan mereka.
Jisoo tanpa sadar menghela nafas, membuat matanya jadi melihat semua orang di sana semakin berusaha keras berpikir.
"Begini saja ...."
Mereka menaruh perhatian penuh pada seseorang di ujung tengah meja panjang ruang rapat. Itu adalah kalimat yang mereka tunggu-tunggu akan diucapkan seseorang sehingga dapat mengakhiri proses berpikir dalam hening mereka yang panjang ini.
Jisoo kembali membuka beberapa halaman berkas laporan penjualan di meja. "Kita akan mengadakan event peragaan produk-produk yang mengalami penurunan penjualan signifikan di beberapa pusat penjualan milik perusahaan. Kita akan menyiapkan beberapa koki yang memeragakan cara baru pengolahan produk-produk tersebut dan memperbolehkan pelanggan mencoba sampelnya. Produk kita memang sudah siap saji, poin dari event ini adalah untuk menunjukkan ada cara lain yang menarik dalam menyajikan dan menikmati produk-produk kita. Jika dilihat dari laporannya, beberapa produk yang mengalami penurunan merupakan produk yang sudah lama dan ada beberapa produk baru. Dengan mengadakan event ini, selain mengenalkan produk-produk baru, kita juga bisa membangun kembali tren untuk produk-produk lama. Ada pertanyaan?"
"Bagaimana kalau kita juga membuat tren challenge di media sosial?"
"Lakukan."
"Apa kita harus menyewa koki-koki terkenal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...