Dua minggu tiga hari telah berlalu. Masa libur sekolah pun telah berakhir. Kini akhirnya mereka mengenakan seragam sekolah yang sama, duduk dalam satu mobil, dengan perasaan beragam.
Tidak ada banyak perubahan yang terjadi di mansion atau setiap diri anggota keluarga Choi. Kebiasaan keluarga ini adalah tidak menyelesaikan masalah sampai benar-benar tuntas, sehingga sisa sakit hati atas masalah itu hanya menumpuk dan terpendam di hati semua atau beberapa orang.
"Hari ini adalah penentuan kelas mana yang akan kalian tempati, kan? Semoga kalian bisa sekelas. Saat istirahat temui aku, oke? Kita bertemu di kantin, mau, kan?"
Jisoo diam, wajahnya memang sok tak acuh. Namun, dalam hati, sejujurnya dia iri mendengar Jennie bisa mengatakan seluruh isi hati yang penuh dukungan itu.
Jisoo ingin memiliki karakter itu, menjadi kakak yang penuh perhatian. Tetapi semua orang sudah mengenalnya sebagai anak yang pendiam dan kaku. Rasa-rasanya akan sangat sulit untuk berubah.
"Unnie." Chaeyoung duduk merapat pada Lisa agar lebih leluasa menggosip dengan Jennie yang berada di sebelah Lisa.
Mata Chaeyoung lebih dulu menatap Jisoo yang duduk di samping kursi kemudi, takut kalau orang yang mau digosipkan sampai mendengar.
"Kemarin aku melihat Jisoo unnie di rooftop, dengan murid laki-laki." Chaeyoung berusaha berbisik dengan volume yang pas agar Jennie bisa dengar tanpa Jisoo mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Lisa merasa tidak nyaman menjadi penghalang di antara dua jiwa yang kelihatannya bersemangat membicarakan orang. Dia memberi isyarat pada Chaeyoung agar mereka berganti tempat.
"Apa dia tampan?" sambut Jennie antusias atas topik gosip yang Chaeyoung lempar.
"Lumayanlah, tapi, di sana juga ada murid perempuan lain. Tidak mungkin kan kalau ada yang suka dengan orang jutek seperti Jisoo unnie. Kelihatannya dia hanya menjadi obat nyamuk saat itu."
Jisoo mulai terusik dengan itu. Berani sekali mereka menggosipkan dirinya tepat di samping telinganya. "Jangan kira aku tidak dengar apa yang kalian bicarakan. Jennie, aku punya senjatamu, jangan macam-macam denganku."
"Yak! Aku tidak bilang apa-apa, dari tadi Chaeyoung yang banyak omong."
Chaeyoung menutupi rasa paniknya sebab telah ketahuan dengan mencoba menguasai Jisoo sebagaimana Jisoo membuat Jennie was-was seketika.
"Bagus kalau Unnie dengar, aku akan mengadu pada Appa dan Eomma kalau Unnie pacaran."
"Baru saja kau bilang aku hanya obat nyamuk, begitu cepat berubah. Appa tidak akan percaya meski kau memberikan bukti berupa foto aku bersama laki-laki," sahut Jisoo diakhiri kebanggaan.
Chaeyoung memang tidak bisa menyangkal. Siwon begitu percaya pada Jisoo, sedangkan Yoona begitu sayang pada Lisa. Anak tengah seperti Jennie dan Chaeyoung merasa tidak punya harga.
Begitu turun dari mobil, mereka berjalan memasuki gerbang lalu berpisah di lorong untuk menuju ke kelas masing-masing, kecuali Chaeyoung dan Lisa. Mereka bersama-sama menuju papan mading untuk melihat di mana kelas mereka.
Chaeyoung memegang tangan Lisa, berusaha menenangkan dan meyakinkan kalau mereka pasti bisa sekelas kali ini.
Ketika sampai, area papan mading dipenuhi banyak siswa.
Chaeyoung yang begitu peka, menatap saudari kembarnya seraya tersenyum. "Tunggu di sini, biar aku yang melihatnya."
Lisa menurut, membiarkan Chaeyoung melakukan keinginannya. Lisa tidak berharap banyak. Keadaan tidak mungkin berjalan terlalu mulus untuknya, dan perasaan tenang memang akan selalu sulit dia dapatkan saat di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanficTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...