39. Inelastic

574 91 6
                                    

Jennie tidak menganggap peperangannya dengan Hyuna sudah selesai. Kekesalan dan kemarahannya tidak hanya tertuju pada Jisoo yang telah membuatnya merasa dipermalukan. Bagi Jennie, permasalahannya dengan Hyuna kemarin sama sekali belum selesai.

Dengan kesadaran penuh ingin membalas, Jennie melangkah ke meja Hyuna yang tidak ada orangnya. Itu tidak sepenuhnya hanya bentuk pembalasan. Itu juga wujud pemberontakan Jennie pada Jisoo, bahwa Jisoo itu bukan tandingan yang pas sehingga bisa membuatnya berhenti.

Jennie yakin kali ini Jisoo tidak akan ke sini. Jisoo itu sangat menjaga wajahnya, anak itu pasti malu datang ke kelasnya lagi.

Jennie mengeluarkan setiap barang yang tangannya dapatkan dari dalam tas itu. Matanya berbinar ketika menemukan sesuatu yang lucu menurutnya, bukan lucu yang menggemaskan, tetapi lucu dalam artian pantas ditertawakan dengan maksud menista.

Jennie mengangkat foto itu setara dada ketika Hyuna masuk kelas dan menatap ke arahnya. Jennie membuat gelakan yang terdengar seolah tawa itu memang natural dan tidak dibuat-buat.

"Selain kau pernah di-bully, keluargamu juga bermasalah?" Itu pertanyaan yang relevan menurut Hyuna, ketika dia melihat tangan lancang Jennie menyentuh foto keluarganya.

Tawa Jennie berhenti pelan-pelan, sangat merasa kalau Hyuna sungguh telah kurang ajar.

"Tidak, menurutku ... ini hanya norak. Mau menunjukkan kalau keluargamu tipe yang hangat?"

Hyuna tersenyum tenang. "Jadi keluargamu bukan tipe yang hangat, pantas kau begini."

Ledakan amarah itu melahap Jennie, karena keluarganya baik-baik saja, sejauh ini, dan setahunya. Namun, dia berusaha hanya menampakkan kemenangan di wajah.

"Begitukah? Jadi kau dari keluarga paling hangat? Tidak heran kau hanya membawa foto usang seperti ini. Tidak bisa membuat foto baru? Keluargamu sudah tidak hangat lagi?" Senyum mengejek di wajah Jennie hampir menghilang ketika melihat wajah Hyuna berubah ... sendu(?)

"Kembalikan fotonya."

Jennie melipat tangan di dada. "Mereka bercerai? Kau kan sudah sebesar ini, kurasa itu bukan masalah besar." Mungkin suatu saat Jennie akan melabeli ini sebagai salah satu perkataan terburuk yang pernah dia ucapkan.

"Kemarikan fotonya."

Kebutaan hati Jennie memuncak ketika dia merobek foto itu di depan mata Hyuna yang basah.

Langkah kaki Hyuna ditutup dengan sambaran telapak tangannya ke pipi Jennie. "Choi sialan." Hyuna tidak pernah merasakan keberanian sebesar ini dalam dirinya, ini juga pertama kali hatinya mengutuk buruk masa depan orang.

Itu adalah Jennie, seseorang yang baru saja Hyuna tampar. Keterdiaman Jennie dalam cakupan rambutnya yang berantakan tidak menandakan dia akan diam selamanya.

Sentakan wajah Jennie yang menoleh tajam pada Hyuna bersinambung dengan dorongannya yang kuat dan membabi-buta hingga Hyuna terpuruk duduk.

Jennie menarik kerah seragam Hyuna supaya berdiri. Menyeretnya seakan tidak akan pernah melepasnya lagi.

Yang Jennie ingat dalam perjalanan ke toilet itu, hanya bagaimana Hyuna telah berani mengolok keluarganya, betapa kurang ajar Hyuna telah menamparnya.

Jennie mendorongnya di depan bilik paling pojok, tidak peduli dan memang berniat membuat punggung Hyuna membentur tembok.

"Apa?"

"Itu fotoku satu-satunya, tapi kau merobeknya." Amarah tersirat dalam kalimat tegas Hyuna. Suaranya tidak keluar dalam bentuk teriakan atau permohonan.

Before◁◁PROblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang