"Aku ingin menikah."
Tak mengikuti arah pandang ayah dan ibu mereka pada Jennie; Jisoo, Chaeyoung, dan Lisa hanya memandang meja.
"Setidaknya kau harus memberi kesempatan makanan kami turun dulu, Unnie."
Anggapan Siwon dan Yoona yang hampir sampai pada penilaian Jennie hanya berusaha mengerjai, perlahan hilang mendengar balasan Chaeyoung juga melihat Jisoo dan Lisa yang tidak berkehendak mengangkat wajah.
Jennie mengesampingkan segala hal kecuali kemauannya. "Aku ingin menikah, Appa, Eomma."
Siwon mendorong diri lebih lekat ke meja, memberikan seluruh perhatian pada Jennie. "Itu hal yang normal. Maksud Appa, saat seusiamu, Appa juga menginginkan itu." Mendapat balasan keheningan, Siwon melipat bibir ke dalam berakhir bertemu pandang dengan istrinya. Menilai tatapan itu sebagai dukungan, Siwon melanjutkan, "Bahkan Eomma juga begitu."
Siwon tersenyum sendirian, sehingga kembali pada wajah istrinya. Memutuskan diam setelah mendapat gelengan kecewa Yoona.
"Aku menemukan seseorang dan ingin menikah dengannya. Kami sudah membicarakan ini, dan merasa yakin dengan keputusan kami."
Jisoo berusaha menahan ketidaksetujuan dalam hati supaya tak sampai terlihat melalui ekspresi wajah, karena Jennie berada tepat di sampingnya.
"Jennie-ya, itu sesuatu yang sebaiknya terjadi sekali seumur hidup. Seumur hidup itu lama sekali, Nak. Kau harus memikirkannya baik-baik." Yoona berucap pelan-pelan.
"Kami sudah mempertimbangkannya sejak lama, Eomma."
Bohong. Kedua tangan Jisoo saling menggenggam. Yang tak luput dari mata Jennie.
"Dan sebelum menikah, aku ingin bagian kami semua dibagi. Aku ingin mengambil bagianku untuk kukelola sendiri."
Chaeyoung mendengus seharusnya sudah menduga hal itu.
Sementara Lisa menggigit bibir, mengorek punggung ibu jarinya.
Yoona menarik diri dari yang semula sangat condong demi membuat Jennie merasa dipahami, beralih duduk lebih tegak.
"Choi Jennie ...." Setiap tarikan dan hembusan nafas Siwon terdengar lebih jelas. "Apa kau mengharapkan Appa dan Eomma cepat mati?" Pertanyaan Siwon menggantung di udara.
Lengan Yoona terulur menggenggam tangan suaminya di meja.
Mata Jennie berpindah dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya, mencari pengertian tetapi hanya menemukan kebingungan dan rasa sakit hati.
Yoona menghela nafas dalam-dalam, menatap Jennie dengan kasih sayang yang terluka. "Jennie-ya, Appa dan Eomma mencoba memahamimu. Tapi, meminta bagian warisan sekarang, seolah-olah kami tidak ada lagi, itu melukai Appa dan Eomma."
Jennie menahan air mata agar tetap berkilap di matanya. "Aku tidak bermaksud begitu, Eomma, Appa. Bagaimana mungkin aku mengharapkan kepergian Appa dan Eomma."
Siwon menghela nafas, mengusap wajahnya dengan tangan. "Ini bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam semalam. Ada banyak yang harus dipertimbangkan. Apa pun alasanmu, ini keputusan yang terburu-buru. Kau jelas tidak memikirkannya matang-matang. Gambaran tentang pernikahan dalam pikiranmu itu jelas masih terlalu dangkal."
Jennie menatap ayahnya penuh harap. Mengangguk tanpa ragu. "Baiklah, Appa, aku setuju. Aku tidak mengharapkan keputusan yang sangat cepat. Appa dan Eomma bisa mempertimbangkannya, sementara kita bisa bertemu dan saling mengenal keluarga masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before◁◁PROblem
FanfictionTidak ingin disentuh, tapi benci kesepian. Sudah menutup hati, tapi masih mudah terluka. Peduli hanya akan berakhir sakit hati. Choi Jisoo selalu melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat. Kenakalan berujung kesepian. Kesepian ditambah tekanan. Te...